Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCAWARNA

Minggu, 29 Oktober 2017

Oleh: Faidi Ansori
“Hanya kesadaran untuk bersatu yang akan mengantarkan kita pada peradaban bangsa yang besar”
(PANCAWARNA)

Hidup Mahasiswa! Atau Matilah Mahasiswa!

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyadarkan para penggagas PANCAWARNA dari keterpurukan moral kaum hedonis, apatis, egosentris, dan kediktatoran-kediktatoran kelompok-kelompok organisasi yang di bawa oleh pribadi-pribadi pengekor dan penengadah, serta tidak mau berproses pada tuntunan Ideologi, azas atau ismenya yang murni baik didalam organisasinya masing-masing.

Saudara-saudariku, kawan-kawanku, sahabat-sahabatiku, kakanda-adindaku, imawan-imawatiku, bung dan sarinahku, cak-broku, coi-abangku, dan panggilan-panggilan sapaan akrab lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu kepda kalian, tetapi salam hormat dan persatuan tetap kami sampaikan dengan mesra, seperti sifat manusia humanis yang lain.

Saudara-saudariku yang terhormat, bertahun-tahun berlalu Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan tersebut didapat karena semua kelompok dan rakyat mau bersatu bersama-sama melawan kaum penjajah, sehingga tercapailah revolosi besar, namun kemerdekaan tersebut tidaklah sempurna tercapainya, sebab kemerdekaan haruslah 100%, demikian Tan Malaka berucap. Akan tetapi harus tetaplah kita mengingat perkataan Kusno, bahwa kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 hanyalah pintu gerbang, jembatan awal untuk kemerdekaan sempurna dikemudian hari.

Dibalik kemerdekaan Indonesia banyak pula sumbangsih sarjana-sarjana seperti: Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir, dan kawan-kawan lain semasanya. Dibalik semua itu karena semangat persatuan. Namun akan hilanglah semangat daripada mereka, apabila kaum pemuda dan Mahasiswa di era sekarang terlena pada pribadi sendiri dan kepentingan kelompok, serta memamerkan kekuatan masa untuk kekuasaan sementara.

Saudara-saudariku yang kami cinta. Kiranya sudah cukup susunan kata-kata, kalimat-kalimat, dan pragraf-pragraf diatas sebagai stimulus untuk saudara-saudari sekalian sebagai rangkaian pembuka. Kini sudah tiba maksud daripada itu semua dengan hadirnya PANCAWARNA di depan kalian, tiada lain sebagai wadah pemersatu dan rasa kesadaran untuk bersama-sama melawan ketidakadilan dari kelompok-kelompok pemecah yang bertarung hanya demi kepentingan kelompoknya sendiri, tetapi bukan dari ajaran Ideologi dan Teologinya yang murni.

Aktivis-aktivis Mahasiswa dari berbagai macam organisasi eksternal kampus yang berlebelkan Ideologi dan Teologi dengan bermacam jargon ciptanya membuat kami bertanya-tanya untuk maksud apa organisasi tersebut dibentuk?, dengan alasan apa Ideologi dijadikan pandangan hidup dan harga mati kalau cukup dipamerkan dipanggung kekuasaan dan ruang-ruang kecil kelompokny, tetapi keyakinan kami tidaklah seperti itu jawabannya. Kami percaya organisasi tersebut pasti mempunyai tujuan baik, maksud baik demi mencapai kesejahteraan bersama dengan menjalankan isme masing-masing.

Banyak sekali organisasi kemahasiswaan besar dalam panggung sejarah Indonesia serta sumbangsihnya terhadap rakyat dan negara, seperti: HMIGMNIPMIIIMMKAMMIPMKRIGMKI, LMNDGMSOS, dan lain-lain.

Saudara-saudariku, perlu kiranya kami sampaikan kepada kalian, bahwa latar belakang lahirnya PANCAWARNkarena melihat realitas yang terjadi dilapangan bersama Mahasiswa-mahasiswa fanatik, egosentris, dan apatis terhadap kebenaran ajaran yang dibawa, serta mengaku diri dan kelompoknya paling benar dan yang tidak sejalan kemudian dianggap sesat dan salah. Pemikiran sempit tersebut tidak cocok berada dipermukaan alam Mahasiswa.

Mahasiswa yang tergabung diberbagai organisasi kemahasiswaan baik internal ataupun eksternal kampus, tidak sedikit karena kemauannya sendiri. Namun disebabkan ada dorongan dari luar untuk masuk kedalam dengan gaya pergerakan. Perlombaan pencarian kader dan anggota seakan-akan itu adalah kebiasaan baik untuk masadepan kekuasaan. Menuduh orang dan oganisasi lain dengan kekejian seakan-akan diperbolehkan untuk ajang perebutan masa kader demi besarnya organiasasi. Perekrutan kader dengan promosi organisasi dianggap tradisi. Perolehan masa paling terbanyak adalah bentuk daripada kesuksesan itu sendiri, tetapi bukan untuk kebaikan dan progresnya organisasi. Ide-ide dan gagasan ilmu pengetahuan yang didapat dari organisasi banyak dipergunakan untuk eksistensi bukan esensi. Lambang organisasi dijunjung tinggi melebihi tuhannya sendiri, dan dibawa dengan baju buatan sendiri, hasil dari kesepakatan kelompok masing-masing. Janji-janji kekuasaan dan kepetingan didorong dengan Ideologi untuk melambangkan kebenaran tanpa bukti-bukti suci, dengan literatur-literatur dan diskusi-diskusi diwarung-warung kopi demi sensinya pribadi. Ini semua disebabkan pemikiran sempit akal budi dan hati nurani.

Saudara-saudariku, Pancawarna bukan milik satu orang dan yang sadar untuk melahirkannya. Namun Pancawarna lahir karena kesadaran bersama dengan latar belakang perbedaan, sehingga bersatulah dengan kesadaran itu. Pancawarna hadir untuk menyadarkan yang tertidur, bukan yang tidur menyadarkan yang tidur. Pancawarna hadir dengan jiwa seni sinkretisme, berpadu menjadi satu.

Tidak menjadi persoalan karena pemikiran Aswaja dengan memegang Nilai Dasar Pergerakan (NDP), atau Islam univers dengan Nilai Dasar Perjuangan (NDP), ataupun Marhaenisme dengan azaznya, apalagi pemahaman ke-Nusantaraan yang dibawa pada pandangan, atau tentang Muhammadiyah dan ajaran-ajaran lain yang dibawa oleh latar belakang organisasi manapun, asal mereka mau bersatu, berpada bersama-sama. Maka Pancawarna menerimanya dengan leluasa. Inilah esensi sebenarnya didalam Organisasi Pancawarna.

Kami PANCAWARNA yakin, bahwa Mahasiswa Nahdiyin, Mahasiswa yang Islamnya bersifat Univers, para Mahasiswa yang membawa nilai-nilai ke-Nusantaraan, para Mahasiswa Marhaenis, dan Mahasiswa-mahasiswa lain yang tidak sempat bergabung dalam ruang organisasi, tentu yang bergabung bisa saling bahu membahu untuk kemaslahatan bersama. Kami yakin seyakin-yakinnya, jikalau mereka bergotong royong menjadi satu barisan dan saling mengerti satu sama lain dengan persaudaraan yang tidak mengenal batas, egosentris, dan fanatisme pimikiran kolot. Maka kemerdekaan kemanusian akan hadir dan keadilan bersama pasti tercapai.

Sekali lagi kami tidak mengharap, yang Aswaja supaya berubah faham menjadi pemahaman ke-Nusantaraan yang asli, atau Islam tanpa kenal golongan-golongan, atau faham Marhaenisme. Bukan maksud kita menyuruh faham ke-Nusantara yang asli berubah faham menjadi Islam univers, apalagi menjadi Marhaenisme, atau faham keaswajaan, tatapi kita hanya mengharap kerukunan, persaudaraan, dan kesadaran antar golongan-golongan itu untuk bersatu. Inilah maksud kita yang sebenarnya.

Pancawarna bukan itu semua, Tapi Pancawarna bisa menjadi itu semua.

Bersatulah Mahasiswa Indonesia!

Penggagas lahirnya Pancawarna:
1.      Saudara Riko Sebastian Ariesta
2.      Saudara Dika Farisy
3.      Saudara Yongky Pranata
4.      Saudara Faidi Ansori 
5.      Saudara Ramadhan Mustika Pamungkas
6.      Saudara Aryo Gendeng (Ach. Fauzi Wibowo Saputro)

Terimakasih saudara-saudari sudah sadar untuk membaca tulisan ini.

Tulisan ini juga sempat dipublis di blognya Bung Faidi[1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi