Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Puisi Puisi Deni Puja Pranata

Rabu, 20 Desember 2017
Deni Puja Pranata. Penyair kelahiran Sumenep, Madura. Alumnus Sosiologi FISIB Universitas Trunojoyo Madura. Puisinya tergabung dalam antologi bersama “Memo untuk Presiden” 2014.  “Jalan Bersama” Yayasan Panggung Melayu 2014. “Wakil Rakyat” 2013Puisi bahasa Madura “JHIMAT” Disparbud Sumenep 2014. “Nyanyian Para Pecinta” 2015. “Memo Anti Terorisme” Forum Sastra Surakarta 2016. “Laut Kenangan” UKM Nanggala,  2017. Saat ini sedang hilir mudik Sumenep-Bangkalan, menyajikan dialog sastra, filsafat, kopi, dan gagasan-gagasan kebudayaan.

TERKAPAR DARI SEBERKAS PUISI YANG MEMBUNUH
luka mendekamku
laharnya menggumpal menggerayangi darah
luka memasungku
jelma keringat tubuh menjerit
darahku api dan keringatku air

kini tiba oktober yang ke sepuluh
ingatanku kembali meleleh 
melepas kebisingan dengan tuak
yang membawaku pada jalan yang lebih gelap
semangatku tersayat, pada kabar yang kau kirim
dari bibir angin yang jatuh di lubang telinga
dulu, aku ingin mengukur bintang
agar sesuatu itu tak pernah runtuh
setiap berkali kali ulang kau berucap
darahku api dan keringatku air

diberingin tua terpahat namamu bergurat oktober
ratapan kepedihan menunggu kematian
dengan dupa dan kemenyan kau bacakan ritual kematian
kau bingkis upacara dengan bunga bunga melati
tersusun rapi menjadi hiasan kalung dilerhermu

oktober yang kesepuluh kau membunuh dengan puisi
akupun bersimpuh dengan tangisku sendiri
darahku api dan keringatku air
Madura 10 0ktober 2013 

Jangan Didik Aku Menjadi Pemberontak                                                                               
Jangan didik aku menjadi pemberontak
sebelum aku bakar kibasan debu dari lantai
batu-batu telah kusiram demi cuaca
jika kelak aku membangkang, itulah
tanda-tanda dimana ledakan kata
di sembunyikan. Setelah kau memaksaku
untuk mengejar matahari yang tak
sanggup ku capai, di situ juga letak
kemarahan Tuhan

Jangan didik aku menjadi pemberontak
sebelum aku akan segalanya menguasaimu
dalam rindumu, dalam gelisahmu juga risaumu
adakah yang engkau ingat saat jatuh di lubang
yang jauh dari pemukiman? Aaaaaaah… Aku 
masih punya Tuhan yang lebih dari segalanya

Jangan didik aku menjadi pemberontak
sebelum segalanya meledak.
Bangkalan Madura 2014

Aku Ingin Kawini Seribu Pelacur
Permohonan pada seribu penghulu
kawinkan aku dengan seribu pelacur
tanpa janur di sebelah pintu, bukan
di wisma juga bukan di lokalisasi

Berikan aku pulau yang sepi dan
setiap petak tanahnya akan kutanam
kuil, masjid, gereja, wihara, klenteng
di mana kelak, setiap anak anakku
berlayar menyusuri lautan dan tak lagi
mengenal kemacetan serta bising knalpot

Sepanjang rel  tanpa lintasan kereta
aku mengeja namamu dengan cemas
saat setelah ribuan demonstran
memblokir jalan menuntut naiknya BBM

Di lokasari, kramat tunggak, pulau bunder,
pelak pelak, pasar kembang, dolly dan jarak
apa kau dengar berita televisi menelanjangimu?

Aku ingin kawini seribu pelacur
yang vaginanya adalah air mata
Madura 2014

Namamu Bukan di Sungai dan di Tanah
Telah kutenggelamkan namamu di deras sungai
bersama sepi dari sepotong sisa amis kenangan
biar arus jeram menyeret namamu ke hulu-hulu
tanpa tepian. Dari segala waktu yang ada, debur
arus sungai membentur batu-batu ribuan tahun
yang mengendap dan dimuntahkanlah namamu
ke cerobong ingatan. Namamu tak diterima sungai

Lalu aku bakar namamu bersama reranting sayup
yang berserak di halaman. Abunya aku tabur diatas
tanah basah dekat pepohonan pisang, januari, beberapa
hari kemudian, pohon pisang tumbuh, dan lembaran-
lembaran daunnya ada ejaan bertuliskan namamu

Tanah dan sungai adalah saksi dimana jalan namamu
bukan di sungai atau di tanah, namamu untuk aku telan
dengan gerobak puisi untuk menjadi abadi, lalu kurajam
namamu dengan bongkahan besi yang menimbun namamu
dalam hati. Namamu bukan di sungai dan di tanah tanah.
Madura 2014

Aku Yang Tidak Pernah Jatuh Cinta
Aku yang tidak pernah jatuh cinta
dendang pagi dari hitungan telapak jari
aku yang tidak pernah jatuh cinta
dari kemurungan hari kusam dan sepi
aku yang tidak pernah jatuh cinta
pada teror dan perang tayangan televisi

Dan balada hutan kota ceritakan
air laut pasang dengan darah, karena setiap
kuncup bulan diterangi kilauan cahaya rudal
anak-anakpun hanya bisa meratapi kambing
yang digembalanya menjilat pasir, sebab,
ledakan menjadikan rumput coklat kering

Dari himpitan memori yang ia jumpai
disetiap detak saat pesawat tempur
berjarak seratus kaki dari rumah huniannya
dentuman peluru, kelumpuhan kota, tak ada hari raya
air matanya yang terbatas
daging kulitnya yang tak kebal jarum suntik
dan berikanlah aku segala cinta yang tak pernah patah
Bangkalan 21 Juli 2014

Surga Terbakar
laut ajalmu hempaskan rembulan
berasapkan perih dari rerumputan
kering dan tumpukan sampah
meringkas perjalanan menuju kembali

kedap api berarak pergi
melambaikan asap pada daun
pesankan jika daun layu melepuh
isyaratkan ada yang luka

kita punguti serpihan pada hari
diam, karna asap ada yang perih
dan daun layu yang melepuh
adalah tanda lukaku

pesta malam, aroma sengat keringat
wanita telanjang membuka-buka tutup botol bir
surgapun terbakar dengan perayaan darah vagina
dilumuri berbotol-botol bir tanpa api
Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi