Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Pemahaman Saya Tentang Sosok Lenin

Selasa, 26 Februari 2019


Oleh: Faidi Ansori

Di dalam buku “Lenin Revolusi Oktober 1917” karya Saiful Arif dan Eko Prasetyo terdapat banyak hal yang saya dapati, sehingga hasrat untuk menulis tentang diri Lenin mulai muncul dialam pikiran. Sadar atau tidak sadar, sedikit atau banyak pengaruh buku tersebut sungguh menggugah.

Kepada Bung Saiful Arif (PMII) dan Bung Eko Prasetyo (HMI) ucapan terimakasih saya haturkan, karena sudah mengantarkan saya mengetahui sejarah Lenin dengan diterbitkannya buku tersebut. Alhamdulillah sedikit atau banyak saya dapat mengerti seorang pejuang kemerdekan Uni Seviet yang tidak pantang mundur dalam berjuang melawan kapitalisme.

Lenin lahir 17 April 1870 atau didalam kalender lama Rusia disebutkan bahwa, kelahiran bayi tersebut tepat pada 22 April 1870. Nama pemberian orang tuanya adalah Lenin, tetapi ketika berpindah ke wilayah Olga berubah menjadi Ulyanovski. Kita mengenal nama populernya adalah Lenin.

Lenin memang pantas untuk diapresasi sebagai seorang revolusioner yang gigih berani melawan penjajahan kapitalisme, walaupun keadaannya tidak seberuntung kita di dalam lingkungan keluarga, karena sebelum usia 16 tahun sang ayah meninggal dunia.

Tidak hanya itu, Alexander sebagai kakak laki-lakinya dihukum gantung oleh pemerintah Tsar Alexander III karena terlibat didalam aksi gerakan revolusioner kelompok yang dianggap teroris. Sebab itulah keluarga Lenin dialenasikan oleh masyarakat sekitar sehingga keluarganya pindah ke desa yang tidak jauh dari Kazan.

Alangkah malang keluarga Lenin, namun Lenin tidak pantang semangat untuk berproses. Dian tetap maju hingga memasuki Fakultas Hukum Universitas Kazan.

Dari itulah saya mengapresiasi dirinya walaupun sudah ditinggal keluarga yang disayangi, oleh karena itu saudara/i tentu harus mengerti juga bagaimana Lenin dalam berjuang melahirkan Uni Soviet yang menjadi negara komunis pertama itu.

Komunis!, ya, betul. Lenin adalah komunis, tetapi ia juga seorang internasionalis (berperikemanusiaan). Oleh asalah itulah artikel ini dihaturkan kepadanya sebagai tanda terimakasih karena sudah memotivasi saya dalam menambah semangat belajar.
Dalam menulis artikel “Pemahaman Saya Tentang Sosok Lenin” ini bukan berarti saya juga seorang komunis. Sekali lagi, saya ini merupakan penganut agama Islam dan tidak mungkin menganut ajaran yang dipegang tuguh oleh Lenin, apalagi sampai memeluk ajaran komunisme.

Pembaca jangan cemberut muka terlebih dadulu dan jangan sampai juga bersikap tidak berlaku adil pada diri Lenin. Anda ketahui dulu siapa dia, apa, bagaimana dan kenapa jejak-jejak perjuangannya dikenang sampai sekarang.

Pada tahun 1887 sebelum bertemu dengan kaum revolusioner terutama saat dia menjadi mahasiswa di Universitas Kazan, Lenin ditangkap karena terlibat menentang peraturan universitas. Dia melancarkan aksi demontrasi menolak peraturan kampus yang melarang pembentukan organisasi kemahasiswaan, sebagai akibat dari persoalan tersebut dia dikelurkan dari kampus Kazan dan dibuang ke Kokushkino.

Selama pembuangan itu Lenin kemudian bertemu dengan kaum revolusioner tua, pada waktu itu pula sebenarnya dia sudah banyak membaca literatur kiri yang diakui oleh kelompok revolusioner sosialis-marxis-komunis, yaitu “Das Kapital” karya Karl Marx. Bahkan pada tahun 1989 Lenin mengukuhkan dirinya sebagai seorang marxis.

Pengaruh ajaran Marxisme merasuki pikiran-pikiran dan tindak-tanduk perjuangan Lenin. Maka jangan heran jika dia mati-matian menghendaki revolusi. Seperti yang dilukiskan kan oleh seorang kelompok Mensyewik, “Tak ada orang lain yang begitu terobsesi oleh revolusi selama dua puluh empat jam sehari, yang tak punya fikiran lain selain pikiran tentang revolusi, dan bahkan saat tidur pun mimpi-mimpinya tak ada lain selain revolusi,”[1]. Itulah sosok lenin. Bahkan diumurnya yang ke 16 tahun dia sudah menjadi ateis.

Dilain waktu saat dikelurkan dari universitas, maka dikemudian hari tiba-tiba pihak universitas memperbolehkan ia kembali lagi dan mengikuti ujian. Dengan kejeniusan Lenin, dia mendapat rangking satu dari semua mata pelajaran. Kita tidak perlu heran apabila kelulusannya dengan kualitas dan kapasitas cemerlang nomer satu dikelas.

Kemungkinan besar dari literatur-literatur marxisme Lenin bisa mendapatkan predikat nomer satu dikelas. Dengan kegigihannya maka dikemudian hari dia menjadi orang yang dianggap berbahaya oleh si kaitalis, bahkan dimusuhi dikalangan sesama kelompok sosial-demokrat.

Dilingkungan kelompok revolusioner dia juga amat benci terhadap mereka yang mengklim diri sebagai kelompok sosial-demokrat, dan ini terbukti disaat Lenin bekerja sebagai pengacara Samara. Ditempat tersebut didalamnya banyak klien para petani kecil dan tukang kuli bangunan sehingga Lenin amat-termat benci karena terjadi bias kelas dari sintem hukum yang berlaku.

Kebencian akan perlakuan ketidak adilan. Maka diwaktu lain ternyata Lenin malah bernasib kurang baik karena terlibat dalam organisasi Union for the Struggle for the Liberation of the Working Class  atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan; Persatuan Perjuangan untuk Pembebasan Kelas Buruh. Sebab organisasi itu, Lenin ditangkap dan dipenjara selama 15 bulan.

Kontribusi marxisme membuat nama Lenin tambah besar walapun dibuang lagi ke Siberia. Dari pembuangan tersebut bukan menambahnya tidak lagi punya semangat untuk menuntut keadilan dari sistem kapitalisme, justru ditempat itu dia lebih mempergiat studinya tentang kapitalisme yang telah merenggut hak-hak kaum petani-petani kecil.

Kecintaannya pada petani-petani kecil dan buruh dari kezaliman kapitalisme mengantarkan tulisannya rampung dengan judul “The Development of Capitlsm in Rusia” pad tahun 1899 dengan nama samaran Vladimir Ilyin.

Kita harus sadar, itu pula bagi kaum petani sedunia harus berterimakasih terhadap Lenin, karena dengan dia kelompok tani nantinya juga ikut andil menentang dan memberangus kapitalisme di dalam negerinya dalam upaya mencapai revolusi.

Sebelum cerita perjuangan Lenin sampai pada puncak revolusinya lalu nampak meletus gejolak dalam menjatuhkan pemerintah Rusia, yaitu Tsar Nikolas II pada 16 April 1917. Alasan menjatuhkan Tsar Nikolas II sebenarnya merupakan upaya untuk cepat berdamai dengan Jerman. Namun setelah pemimpin Rusia jatuh ternyata perjuangan Lenin masih berlanjut. Dan sejak itulah, certia kehidupan Lenin tumpang tindih dengan cerita tantang Revolusi Blosyewik Rusia.[2]

Sementara itulah yang dapat saya terangkan, tetapi Lenin masih belum berhenti berjuang untuk mempertahankan revolusi.

Dari itu semua patut untuk kita catat, bahwa Lenin merupakan seorang revolusioner, bahkan dia pula yang berani mengkritik kaum marxis dengan menerbitkan Protest sebagai pandangannya terhadap ajaran bid’ah revisonisme. Lenin memang sangat membenci kecenderungan revisionesme dalam ajaran Marx,[3] apalagi yang masuk ke Rusia.

Dari Lenin itulah kita kenal suatu ajaran baru Marxisme-Leninisme. Marxisme-Leninisme inilah yang dipegang oleh kaum komunis Indonesia di dalam tubuh Partai Komunisme Indonesia (PKI).  

Sumber bacaan
Saiful Arif & Eko Prasetyo, 2004. Lenin Revolusi Oktober 2917. Yokyakarta: RESIST BOOK.



[1] Saiful Arif & Eko Prasetyo, LENIN REVOLUSI OKTOBER 2917, (Yokyakarta: RESIST BOOK, 2004), hal. 1
[2] Ibid. Hal, 14
[3] Ibid. Hal, 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi