Oleh: Faidi Ansori
Di dalam buku “Lenin
Revolusi Oktober 1917” karya Saiful Arif dan Eko Prasetyo terdapat banyak hal
yang saya dapati, sehingga hasrat untuk menulis tentang diri Lenin mulai muncul
dialam pikiran. Sadar atau tidak sadar, sedikit atau banyak pengaruh buku
tersebut sungguh menggugah.
Kepada Bung Saiful Arif
(PMII) dan Bung Eko Prasetyo (HMI) ucapan terimakasih saya haturkan, karena sudah
mengantarkan saya mengetahui sejarah Lenin dengan diterbitkannya buku tersebut.
Alhamdulillah sedikit atau banyak
saya dapat mengerti seorang pejuang kemerdekan Uni Seviet yang tidak
pantang mundur dalam berjuang melawan kapitalisme.
Lenin lahir 17 April 1870 atau
didalam kalender lama Rusia disebutkan bahwa, kelahiran bayi tersebut tepat
pada 22 April 1870. Nama pemberian orang tuanya adalah Lenin, tetapi ketika
berpindah ke wilayah Olga berubah menjadi Ulyanovski. Kita mengenal nama
populernya adalah Lenin.
Lenin memang pantas untuk
diapresasi sebagai seorang revolusioner yang gigih berani melawan penjajahan
kapitalisme, walaupun keadaannya tidak seberuntung kita di dalam lingkungan
keluarga, karena sebelum usia 16 tahun sang ayah meninggal dunia.
Tidak hanya itu, Alexander
sebagai kakak laki-lakinya dihukum gantung oleh pemerintah Tsar Alexander III
karena terlibat didalam aksi gerakan revolusioner kelompok yang dianggap
teroris. Sebab itulah keluarga Lenin dialenasikan oleh masyarakat sekitar sehingga
keluarganya pindah ke desa yang tidak jauh dari Kazan.
Alangkah malang keluarga
Lenin, namun Lenin tidak pantang semangat untuk berproses. Dian tetap maju
hingga memasuki Fakultas Hukum Universitas Kazan.
Dari itulah saya
mengapresiasi dirinya walaupun sudah ditinggal keluarga yang disayangi, oleh
karena itu saudara/i tentu harus mengerti juga bagaimana Lenin dalam berjuang melahirkan Uni Soviet yang menjadi negara komunis pertama itu.
Komunis!, ya, betul. Lenin
adalah komunis, tetapi ia juga seorang internasionalis (berperikemanusiaan). Oleh
asalah itulah artikel ini dihaturkan kepadanya sebagai tanda terimakasih karena
sudah memotivasi saya dalam menambah semangat belajar.
Dalam menulis artikel “Pemahaman
Saya Tentang Sosok Lenin” ini bukan berarti saya juga seorang komunis. Sekali
lagi, saya ini merupakan penganut agama Islam dan tidak mungkin menganut ajaran
yang dipegang tuguh oleh Lenin, apalagi sampai memeluk ajaran komunisme.
Pembaca jangan cemberut muka
terlebih dadulu dan jangan sampai juga bersikap tidak berlaku adil pada diri
Lenin. Anda ketahui dulu siapa dia, apa, bagaimana dan kenapa jejak-jejak
perjuangannya dikenang sampai sekarang.
Pada tahun 1887 sebelum
bertemu dengan kaum revolusioner terutama saat dia menjadi mahasiswa di
Universitas Kazan, Lenin ditangkap karena terlibat menentang peraturan universitas.
Dia melancarkan aksi demontrasi menolak peraturan kampus yang melarang pembentukan
organisasi kemahasiswaan, sebagai akibat dari persoalan tersebut dia dikelurkan
dari kampus Kazan dan dibuang ke Kokushkino.
Selama pembuangan itu Lenin
kemudian bertemu dengan kaum revolusioner tua, pada waktu itu pula sebenarnya dia
sudah banyak membaca literatur kiri yang diakui oleh kelompok revolusioner
sosialis-marxis-komunis, yaitu “Das Kapital” karya Karl Marx. Bahkan pada tahun
1989 Lenin mengukuhkan dirinya sebagai seorang marxis.
Pengaruh ajaran Marxisme
merasuki pikiran-pikiran dan tindak-tanduk perjuangan Lenin. Maka jangan heran
jika dia mati-matian menghendaki revolusi. Seperti yang dilukiskan kan oleh
seorang kelompok Mensyewik, “Tak ada orang lain yang begitu terobsesi oleh
revolusi selama dua puluh empat jam sehari, yang tak punya fikiran lain selain
pikiran tentang revolusi, dan bahkan saat tidur pun mimpi-mimpinya tak ada lain
selain revolusi,”[1].
Itulah sosok lenin. Bahkan diumurnya yang ke 16 tahun dia sudah menjadi ateis.
Dilain waktu saat dikelurkan
dari universitas, maka dikemudian hari tiba-tiba pihak universitas
memperbolehkan ia kembali lagi dan mengikuti ujian. Dengan kejeniusan Lenin, dia
mendapat rangking satu dari semua mata pelajaran. Kita tidak perlu heran
apabila kelulusannya dengan kualitas dan kapasitas cemerlang nomer satu dikelas.
Kemungkinan besar dari
literatur-literatur marxisme Lenin bisa mendapatkan predikat nomer satu dikelas.
Dengan kegigihannya maka dikemudian hari dia menjadi orang yang dianggap
berbahaya oleh si kaitalis, bahkan dimusuhi dikalangan sesama kelompok
sosial-demokrat.
Dilingkungan kelompok
revolusioner dia juga amat benci terhadap mereka yang mengklim diri sebagai
kelompok sosial-demokrat, dan ini terbukti disaat Lenin bekerja sebagai
pengacara Samara. Ditempat tersebut didalamnya banyak klien para petani kecil dan tukang kuli bangunan sehingga Lenin
amat-termat benci karena terjadi bias kelas dari sintem hukum yang berlaku.
Kebencian akan perlakuan
ketidak adilan. Maka diwaktu lain ternyata Lenin malah bernasib kurang baik
karena terlibat dalam organisasi Union
for the Struggle for the Liberation of the Working Class atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan;
Persatuan Perjuangan untuk Pembebasan Kelas Buruh. Sebab organisasi itu, Lenin
ditangkap dan dipenjara selama 15 bulan.
Kontribusi marxisme membuat
nama Lenin tambah besar walapun dibuang lagi ke Siberia. Dari pembuangan
tersebut bukan menambahnya tidak lagi punya semangat untuk menuntut keadilan
dari sistem kapitalisme, justru ditempat itu dia lebih mempergiat studinya
tentang kapitalisme yang telah merenggut hak-hak kaum petani-petani kecil.
Kecintaannya pada petani-petani
kecil dan buruh dari kezaliman kapitalisme mengantarkan tulisannya rampung
dengan judul “The Development of Capitlsm in Rusia” pad tahun 1899 dengan nama
samaran Vladimir Ilyin.
Kita harus sadar, itu pula
bagi kaum petani sedunia harus berterimakasih terhadap Lenin, karena dengan dia
kelompok tani nantinya juga ikut andil menentang dan memberangus kapitalisme di dalam negerinya dalam upaya mencapai revolusi.
Sebelum cerita perjuangan
Lenin sampai pada puncak revolusinya lalu nampak meletus gejolak dalam
menjatuhkan pemerintah Rusia, yaitu Tsar Nikolas II pada 16 April 1917. Alasan
menjatuhkan Tsar Nikolas II sebenarnya merupakan upaya untuk cepat berdamai
dengan Jerman. Namun setelah pemimpin Rusia jatuh ternyata perjuangan Lenin
masih berlanjut. Dan sejak itulah, certia kehidupan Lenin tumpang tindih dengan
cerita tantang Revolusi Blosyewik Rusia.[2]
Sementara itulah yang dapat
saya terangkan, tetapi Lenin masih belum berhenti berjuang untuk mempertahankan
revolusi.
Dari itu semua patut untuk kita
catat, bahwa Lenin merupakan seorang revolusioner, bahkan dia pula yang berani
mengkritik kaum marxis dengan menerbitkan Protest
sebagai pandangannya terhadap ajaran bid’ah
revisonisme. Lenin memang sangat membenci kecenderungan revisionesme dalam
ajaran Marx,[3]
apalagi yang masuk ke Rusia.
Dari Lenin itulah kita kenal
suatu ajaran baru Marxisme-Leninisme. Marxisme-Leninisme inilah yang dipegang
oleh kaum komunis Indonesia di dalam tubuh Partai Komunisme Indonesia (PKI).
Sumber
bacaan
Saiful Arif & Eko
Prasetyo, 2004. Lenin Revolusi Oktober
2917. Yokyakarta: RESIST BOOK.
[1] Saiful Arif & Eko
Prasetyo, LENIN REVOLUSI OKTOBER 2917,
(Yokyakarta: RESIST BOOK, 2004), hal. 1
[2] Ibid. Hal, 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi