Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Banyak Orang Agung di Nusantara ini

Sabtu, 09 Desember 2017
Oleh: Faidi Ansori
“Banyak orang-orang Agung dimasa lalu waktu negeri kita bernama Nusantara, maka tak perlu kiranya kita sampai mengagungkan satu orang bagaikan Dewa”
(Roihan Amamy)
Kebangsaan kita bukan kebangsaan kerajaan Hindu, bukan kebangsaan kerajaan Bhuda, bukan kebangsaan Islam, tetapi kebangsaan kita adalah kebangsaan Indonesia yang kaya dengan bermakai macam latar belakang. Saya tidak terlalu suka bila di antara kita masih mengagungkan satu orang yang hidup di masa lampau. Kita terkadang terlalu mengagungkan Tuan Gajah Mada, kita melupakan bahwa manusia Sriwijawa mengatakan “Yang mendirikan Candi Borobudur ialah seorang Raja Bhuda yang berasal dari pulau Sumatra yang pernah juga menduduki pulau Jawa”. Kita tidak boleh terlalu membusungkan dada pada Majapahit karena mampu berlayar ke seantero negeri yang dipimpin oleh Mahapatihnya, sehingga kita melupakan Hang Tuah orang Melayu yang pernah mengamuk di dalam keraton Sang Prabu Majapahit. Namun tidak ada satu pun Satria tanah Jawa yang berani menangkapnya.

Pengakuan terhadap satu tokoh karena kejayaannya di masa lalu sangatlah merekam kehidupan kita di masa kini. Kejadian-kejadian hebat pada waktu itu bisa menjadi objek kita untuk bisa lebih baik di masa kini dan masa depan. Fanatisme sempit yang di ajarkan tek sejarah atau manusia di dekat kita pada satu pribadi orang, membuat kekakuan nilai-nilai luhur sebenarnya sebagaimana manusia pribadi dengan lingkuangan sosialnya. Membuka cakrawala kelilmuan dan pengetahuan pada semua lini manusia supaya kita bisa mengerti Filsafat manusia itu sendiri. Menerima semua manusia yang membatu peradaban dunia lebih baik, baik dari arah timur, islam atau barat akan lebih ternilai daripada menyombongkan diri dengan mengunggulkan tokoh yang berperan penting diarea kebangsaann sendiri.

Sebelum negara kita bernama Indonesia terlebih dahulu kita disebut negeri Hindia, disebabkan kolonial menjajah bangsa kita. Sebelum bernama Hindia kita dikenal dengan sebutan bangasa Nusantara. Nusantara berdiri sejak 10 November 1293 dengan dinobatkannya Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit, kemudian seiring berjalannya kerajaan tersebut, Majapahit besar sampai puncak kejayaan karena peran pentingnya Gajah Mada sebagai Mahapatih dari Raja Hayam Wuruk, raja ke empat yang bergelar Sri Rajasanagara. Namun kejayaan tersebut tidak begitu lama kokohnya, hanya bisa bertahan sampai tahun 1400 saka atau 1478 Masehi disebabkan karena perang saudara. Namun tidak hanya sebatas pada kebesaran Majapahit dengan Nusantaranya, sebelum itu bangsa kita bernama Dwipantara. Dwipantara juga berbicara persatuan pulau-pulau. Dwipantara dicetuskan oleh Raja Singhasari yaitu Kertanegara 1275 setengah abad sebelum deklarasi kerajaan Majapahit yang kemudian dikenal dengan konsep Cakrawala Mandala Dwipantara. Konsep tersebut juga merupakan konsepsi Nasionalisme (Persatuan).

Kita tidak boleh meninggalkan satu dengan yang lain untuk menyongsong kekuatan besar demi terciptanya bangsa yang besar tanpa sekte-sekte antar wilayah, suku, budaya, tradisi, dan agama. Kita perlu persatuan, bukan hanya Kertanegara, Gajah Mada, Soekarno. Kita butuh banyak para pelopor penggerak yang mampu menaklukkan seantero Indonesia dan dunia. Kita butuh sana sini. Kita butuh ini dan itu yang benar-benar mempunyai jiwa pahlawan yang revolusioner dan visioner. Kita coba buka mata leber-lebar dilembaran tek yang menuntut kita untuk membaca para pahlawan bangsa kita terdahulu dimana bangsa masih bernama Nusantara dan Dwipantara.

Coba kita lihat bagaimana peran pentingnya Raja Mulawarman salah seorang raja yang sangat berpengaruh dikerajaan Kutai Martapura. Kalau diperbolehkan saya mendongeng sedikit tentang Raja Mulawarman, beliau adalah seoarang raja yang sangat mencintai rakyatnya, berbudi baik, kuat, dan perkasa yang memerintah Kutai pada sekitar abad 4 Masehi. Raja Mulawarman perlu kita contoh sebagaimana kita harus mengambil sesuatu yang baik darimana saja datangnya. Tidak hanya Raja Mulawarman yang patut kita jadikan figur. Namun perlu kiranya kita melihat para aktor lain yang mempunyai karakter karakyatan dan jiwa persatuan serta melawan penindasan. Kita tahu juga Tuan Raja Hayam Wuruk, raja ke 4 dikerajaan Majapahit. Majapahit mengalami pertumbuhan signifikan dan kejayaan serta mencapai puncaknya dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, seorang kesatria yang gagah perkasa. Kita perlu tahu bahwa Tuan Raja Hayam Wuruk adalah cicit dari Raden Wijaya dan Tuan Hayam Wuruk diserahi kekuasaan sebagai raja sejak masih berusia 16 tahun pada tahun 1350. Kita bisa menengetahui semua, bahwa dengan dua orang itu Nusantara dengan Majapahitnya mampu menaklukkan kerajaan disekitarnya. Majapahit bisa menembus daerah-daerah di asia Tenggara termasuk Singapura, Tailand, dan Malaysia. Begitu hebatnya para kesatria itu dengan umur yang masih muda. Tuan Mahapatih Gajah Mada menjadi salah satu manusia Nusantara yang tak bisa di lupakan sampai sekarang, apalagi ketika melihat sepak terjangnya ketika menjadi Patih di Majapahi kala itu.

Saya kira tidak akan pernah selesai ketika kita melihat siapa Tuan Gajah Mada, dan kalau boleh secara jujur dibalik keemasan Majapahit yang dipimpin olehnya dapat diketahui masih ada kekurangannya. Karena setelah Tuan Gajah Mada meninggal tidak ada yang mampu menggantikan dan meneruskan perjuangannya untuk tetap mempertahankan kejayaan Nusantara kala itu. Tapi kita tidak bisa melawan takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa setiap kejadian pasti akan ada hikmahnya. Kita harus yakin seyakin yakinnya bahwa kekuasaan tertinggi hanyalah milik tuhan semesta alam Allah SwT, dan kita hanya mampu sebisanya sebagaimana manusia tidak diberi sesuatu terkecuali dengan batasan. Cukup kiranya saya melihat Tuan Gajah Mada apalagi dengan sumpah mukti palapa, yang sampai tertulis didalam tek pararaton yang berbunyi Sira Gajah Mahapatih Amangkhubumi tan ayun amuktia Palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, iyamun kalah ring Gurun, Ring Seran, Tanjung Pura, Ring Haru, Ring Pahang, Dompo, Ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana, Isun Amukti Palapa” Yang artinya beliau Gajah Mahapatih Amangkubhumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada: “Jika mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa”. Demikianlah beratnya sumpah tersebut. Namun Tuan Gajah Mada mampu melakukan itu sebagai janjinya. Kita perlu mencontah. Gajah Mada adalah manusia besar yang mampu membawa Nusantara kepada ke emasan. Saya kira cukup sebagai pengantar walaupun cerita ini tidak seperti yang dibaca oleh pembaca berat yang sudah mengenyam berkali-kali sejarah Nusantara terkait Majapahit dan Gajah Mada didalam banyak buka sejarah.

Selama ini sebagian banyak diantara kita masih kurang terlalu membuka tek sejarah manusia-manusia besar yang mampu menoreh kemegahan peradaban. Saya salah satu orang yang berusaha mengetahui sekalipun berkali-kali jatuh lupa ingatan apa yang sudah diketahui dari tek-tek buku yang saya baca. Namun semoga ingatan saya masih benar bahwa Raden Arya Wiraraja pernah menolong Raden Wijaya ketika beliau dengan empat istrinya berhasil meloloskan diri ketika kerajaan Singasari diserang oleh Jayakatwang pada tahun 1292 sampai-sampai Raja Kertanegara terbunuh dan Singasari terkalahkan. Yang menolong Raden Wijaya pada waktu itu Adalah Raden Arya Wiraraja Adipati pertama Sumenep, Madura. Dengan terjadinya Historis penting itu kita perlu tahu bahwa Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya juga merupakan peran penting dari Raden Arya Wiraraja (Madura). Diantara kita jangan sampai lupa bahwa Arya Wiraraja merupakan manusia penting dalah perjalanan Majapahit menuju keemasan. Kita perlu tahu jua bahwa akhli taktik startegi (Startag) yang diakuai oleh para kesatria adalah Tuan Arya Wiraraja. Tentu sejarah tentang Arya Wiraraja sangat mungkin terlalu sedikit, tetapi semoga dapat bermanfaat untuk masa depan bangsa kita terkait Tuan Arya Wiraraja yang saya dongenkan.

Kita harus beralih pada informasi lain siapakah manusia-manusia penting didalam pergolakan sejarah bangsa kita. Apakah kita pernah mendengar Pangeran Trunojoyo. Siapakah beliau. Apa peran pentingnya terhadap peradaban bangsa. Perlukah kita tahu selain Kertanegara, Wijaya, dan Gajah Mada. Kalau boleh saya mendongengkannya lagi walaupun ini adalah masalah serius. Maka perlu kiranya saya unjuk jari sambil mengetik, siapakah Pangeran Trunojoyo itu.

Saya mengenal sebutan nama Trunojoyo sejak kuliah di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Namun sayang seribu kali sayang ruang kampus Trunojoyo tidak memberi tahu siapakah Trunojoyo sebenarnya, apalagi kelas yang sangat kaku seperti ruang-ruang kuliah. Kenapa malah saya baru tahu nama kebesaran Trunojoyo ketika meranjak semister akhir. Kiranya perlu juga saya harus jujur, bahwa nama kebesaran Tuan Pangeran Trunojoyo karena disebabkan mendengarkan dongeng teman-teman ketika diskusi diwarung kopi, dan juga karena nonton film “Misteri Gunung Merapi”Setelah cukup dapat informasi dari mulut sampai ketelinga dan mata dari film, maka muncullah stimulus untuk mencari siapakah Tuan Trunojoyo sebenarnya. Dengan saya mebuka buku hasil karya banyak orang. Maka cukup kiranya untuk disampaikan kehalayak Bahwa pangeran Trunojoyo itu adalah pahlawan yang perlu diapresiasi sebagai salahsatu Manusia Nusantara yang besar punya sumbangsih terhadap peradaban bangsa.

Tatkala kerajaan Islam pertama Demak berdiri dengan tanpa ragu-ragu Madura menggabungkan diri dalam perjuangan Demak. Kita perlu tahu bahwa orang Madura pada waktu itu sudah kental dengan agama Islam. Maka tidak heran kiranya kalau orang Madura bersama-sama berjuang dengan Kerajaan demak. Demak pada waktu itu menghadapi perjuangan amat berat karena melawan sisi-sisa kerajaan Majapahit dan juga kerajaan Medang Kemulan.

Insyallah saya masih ingat betul Pangeran Trunojoyo itu adalah merupakan darah keturanan dari Pengeran Langgar dan Pangeran Langgar merupakan menantu dari Sultan Terenggono. Pangeran langgar adalah seorang pahlawan Madura yang punya banyak pengaruh. Namun diwaktu sekarang sangat masih banyak diantara kita yang lupa siapa Pangeran Langgar itu. Trunojoyo sebagai darah keturunannya memadukan tenaga menegakkan cita leluhur. Sehingga dapat kita ketahui siapakah yang memimpin pasukan yang terkenal dengan nama “Pasukan Perang Sabil”. Dialah Trunojoyo yang gagah perkasa dengan jiwa kemaduraan, pantang menyerah kepada kolonial dan pemimpin-pemimpin zalim.

Diakhir cerita perjuangan Trunojoyo menghadapi raja Dholim, yaitu Amangkurat II yang kemudian membuat Trunojoyo Mati olehnya. Kejadian kematian Trunojoyo ada yang menyebutkan bahwa pembunuhan itu oleh Amangkurat II dengan menggunakan kerisnya dalam majlis dan menikamnya.

Itulah cerita Dongeng singkat “Banyak Orang Agung di Nusantara ini” dan maafkanlah bila saudara/i tidak puas dengan apa yang saya coret. Saya yakin bahwa saya bukan ahli sejarah dan apalagi bisa ingat dengan teliti soal-soal berat itu. Maafkan saya kalau pemahaman ini jauh dari kata sempurna.

Terimakasih saudara/i sudah merelakan diri untuk membaca coretan ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi