Oleh: Faidi Ansori
“Banyak orang-orang Agung dimasa lalu waktu negeri kita bernama
Nusantara, maka tak perlu kiranya kita sampai mengagungkan satu orang bagaikan
Dewa”
(Roihan Amamy)
Kebangsaan
kita bukan kebangsaan kerajaan Hindu, bukan kebangsaan kerajaan Bhuda, bukan
kebangsaan Islam, tetapi kebangsaan kita adalah kebangsaan Indonesia yang kaya
dengan bermakai macam latar belakang. Saya tidak terlalu suka bila di antara
kita masih mengagungkan satu orang yang hidup di masa lampau. Kita terkadang
terlalu mengagungkan Tuan Gajah Mada, kita melupakan bahwa manusia Sriwijawa
mengatakan “Yang mendirikan Candi Borobudur ialah seorang Raja Bhuda yang
berasal dari pulau Sumatra yang pernah juga menduduki pulau Jawa”. Kita
tidak boleh terlalu membusungkan dada pada Majapahit karena mampu berlayar ke
seantero negeri yang dipimpin oleh Mahapatihnya, sehingga kita melupakan Hang
Tuah orang Melayu yang pernah mengamuk di dalam keraton Sang Prabu Majapahit.
Namun tidak ada satu pun Satria tanah Jawa yang berani menangkapnya.
Pengakuan
terhadap satu tokoh karena kejayaannya di masa lalu sangatlah merekam kehidupan
kita di masa kini. Kejadian-kejadian hebat pada waktu itu bisa menjadi objek
kita untuk bisa lebih baik di masa kini dan masa depan. Fanatisme sempit yang
di ajarkan tek sejarah atau manusia di dekat kita pada satu pribadi orang,
membuat kekakuan nilai-nilai luhur sebenarnya sebagaimana manusia pribadi
dengan lingkuangan sosialnya. Membuka cakrawala kelilmuan dan pengetahuan pada
semua lini manusia supaya kita bisa mengerti Filsafat manusia itu sendiri.
Menerima semua manusia yang membatu peradaban dunia lebih baik, baik dari arah
timur, islam atau barat akan lebih ternilai daripada menyombongkan diri dengan
mengunggulkan tokoh yang berperan penting diarea kebangsaann sendiri.
Sebelum
negara kita bernama Indonesia terlebih dahulu kita disebut negeri Hindia,
disebabkan kolonial menjajah bangsa kita. Sebelum bernama Hindia kita dikenal
dengan sebutan bangasa Nusantara. Nusantara berdiri sejak 10 November 1293 dengan dinobatkannya Raden Wijaya
sebagai Raja Majapahit, kemudian seiring berjalannya kerajaan tersebut,
Majapahit besar sampai puncak kejayaan karena peran pentingnya Gajah Mada
sebagai Mahapatih dari Raja Hayam Wuruk, raja ke empat yang bergelar Sri
Rajasanagara. Namun kejayaan tersebut tidak begitu lama kokohnya, hanya bisa
bertahan sampai tahun 1400 saka atau 1478 Masehi disebabkan karena perang
saudara. Namun tidak hanya sebatas pada kebesaran Majapahit dengan
Nusantaranya, sebelum itu bangsa kita bernama Dwipantara. Dwipantara juga
berbicara persatuan pulau-pulau. Dwipantara dicetuskan oleh Raja Singhasari
yaitu Kertanegara 1275 setengah abad sebelum deklarasi kerajaan Majapahit yang
kemudian dikenal dengan konsep Cakrawala Mandala Dwipantara. Konsep
tersebut juga merupakan konsepsi Nasionalisme (Persatuan).
Kita tidak boleh meninggalkan satu dengan yang lain untuk
menyongsong kekuatan besar demi terciptanya bangsa yang besar tanpa sekte-sekte
antar wilayah, suku, budaya, tradisi, dan agama. Kita perlu persatuan, bukan
hanya Kertanegara, Gajah Mada, Soekarno. Kita butuh banyak para pelopor
penggerak yang mampu menaklukkan seantero Indonesia dan dunia. Kita butuh sana
sini. Kita butuh ini dan itu yang benar-benar mempunyai jiwa pahlawan yang
revolusioner dan visioner. Kita coba buka mata leber-lebar dilembaran tek yang
menuntut kita untuk membaca para pahlawan bangsa kita terdahulu dimana bangsa
masih bernama Nusantara dan Dwipantara.
Coba kita lihat bagaimana peran pentingnya Raja Mulawarman
salah seorang raja yang sangat berpengaruh dikerajaan Kutai Martapura.
Kalau diperbolehkan saya mendongeng sedikit tentang Raja Mulawarman, beliau
adalah seoarang raja yang sangat mencintai rakyatnya, berbudi baik, kuat, dan
perkasa yang memerintah Kutai pada sekitar abad 4 Masehi. Raja Mulawarman perlu
kita contoh sebagaimana kita harus mengambil sesuatu yang baik darimana saja
datangnya. Tidak hanya Raja Mulawarman yang patut kita jadikan figur. Namun
perlu kiranya kita melihat para aktor lain yang mempunyai karakter karakyatan
dan jiwa persatuan serta melawan penindasan. Kita tahu juga Tuan Raja Hayam
Wuruk, raja ke 4 dikerajaan Majapahit. Majapahit mengalami pertumbuhan
signifikan dan kejayaan serta mencapai puncaknya dengan bantuan Mahapatih Gajah
Mada, seorang kesatria yang gagah perkasa. Kita perlu tahu bahwa Tuan Raja
Hayam Wuruk adalah cicit dari Raden Wijaya dan Tuan Hayam Wuruk diserahi
kekuasaan sebagai raja sejak masih berusia 16 tahun pada tahun 1350. Kita bisa
menengetahui semua, bahwa dengan dua orang itu Nusantara dengan Majapahitnya
mampu menaklukkan kerajaan disekitarnya. Majapahit bisa menembus daerah-daerah
di asia Tenggara termasuk Singapura, Tailand, dan Malaysia. Begitu hebatnya
para kesatria itu dengan umur yang masih muda. Tuan Mahapatih Gajah Mada
menjadi salah satu manusia Nusantara yang tak bisa di lupakan sampai sekarang,
apalagi ketika melihat sepak terjangnya ketika menjadi Patih di Majapahi kala
itu.
Saya kira tidak akan pernah selesai ketika kita melihat siapa
Tuan Gajah Mada, dan kalau boleh secara jujur dibalik keemasan Majapahit yang
dipimpin olehnya dapat diketahui masih ada kekurangannya. Karena setelah Tuan
Gajah Mada meninggal tidak ada yang mampu menggantikan dan meneruskan
perjuangannya untuk tetap mempertahankan kejayaan Nusantara kala itu. Tapi kita
tidak bisa melawan takdir Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa setiap kejadian pasti
akan ada hikmahnya. Kita harus yakin seyakin yakinnya bahwa kekuasaan tertinggi
hanyalah milik tuhan semesta alam Allah SwT, dan kita hanya mampu sebisanya
sebagaimana manusia tidak diberi sesuatu terkecuali dengan batasan. Cukup
kiranya saya melihat Tuan Gajah Mada apalagi dengan sumpah mukti palapa, yang
sampai tertulis didalam tek pararaton yang berbunyi Sira Gajah
Mahapatih Amangkhubumi tan ayun amuktia Palapa, sira Gajah Mada: “Lamun
huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, iyamun kalah ring Gurun, Ring Seran,
Tanjung Pura, Ring Haru, Ring Pahang, Dompo, Ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, Samana, Isun Amukti Palapa” Yang artinya beliau Gajah
Mahapatih Amangkubhumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada: “Jika
mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan
Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa”. Demikianlah
beratnya sumpah tersebut. Namun Tuan Gajah Mada mampu melakukan itu sebagai
janjinya. Kita perlu mencontah. Gajah Mada adalah manusia besar yang mampu
membawa Nusantara kepada ke emasan. Saya kira cukup sebagai pengantar walaupun
cerita ini tidak seperti yang dibaca oleh pembaca berat yang sudah mengenyam
berkali-kali sejarah Nusantara terkait Majapahit dan Gajah Mada didalam banyak
buka sejarah.
Selama ini sebagian banyak diantara kita masih kurang terlalu
membuka tek sejarah manusia-manusia besar yang mampu menoreh kemegahan
peradaban. Saya salah satu orang yang berusaha mengetahui sekalipun
berkali-kali jatuh lupa ingatan apa yang sudah diketahui dari tek-tek buku yang
saya baca. Namun semoga ingatan saya masih benar bahwa Raden Arya Wiraraja
pernah menolong Raden Wijaya ketika beliau dengan empat istrinya berhasil
meloloskan diri ketika kerajaan Singasari diserang oleh Jayakatwang pada tahun
1292 sampai-sampai Raja Kertanegara terbunuh dan Singasari terkalahkan. Yang
menolong Raden Wijaya pada waktu itu Adalah Raden Arya Wiraraja Adipati pertama
Sumenep, Madura. Dengan terjadinya Historis penting itu kita perlu tahu bahwa
Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya juga merupakan peran penting
dari Raden Arya Wiraraja (Madura). Diantara kita jangan sampai lupa bahwa Arya
Wiraraja merupakan manusia penting dalah perjalanan Majapahit menuju keemasan.
Kita perlu tahu jua bahwa akhli taktik startegi (Startag) yang diakuai oleh
para kesatria adalah Tuan Arya Wiraraja. Tentu sejarah tentang Arya Wiraraja
sangat mungkin terlalu sedikit, tetapi semoga dapat bermanfaat untuk masa depan
bangsa kita terkait Tuan Arya Wiraraja yang saya dongenkan.
Kita harus beralih pada informasi lain siapakah
manusia-manusia penting didalam pergolakan sejarah bangsa kita. Apakah kita
pernah mendengar Pangeran Trunojoyo. Siapakah beliau. Apa peran pentingnya
terhadap peradaban bangsa. Perlukah kita tahu selain Kertanegara, Wijaya, dan
Gajah Mada. Kalau boleh saya mendongengkannya lagi walaupun ini adalah masalah
serius. Maka perlu kiranya saya unjuk jari sambil mengetik, siapakah Pangeran
Trunojoyo itu.
Saya mengenal sebutan nama Trunojoyo sejak kuliah di
Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Namun sayang seribu kali sayang ruang
kampus Trunojoyo tidak memberi tahu siapakah Trunojoyo sebenarnya, apalagi
kelas yang sangat kaku seperti ruang-ruang kuliah. Kenapa malah saya baru tahu
nama kebesaran Trunojoyo ketika meranjak semister akhir. Kiranya perlu juga
saya harus jujur, bahwa nama kebesaran Tuan Pangeran Trunojoyo karena
disebabkan mendengarkan dongeng teman-teman ketika diskusi diwarung kopi, dan
juga karena nonton film “Misteri Gunung Merapi”. Setelah cukup dapat informasi dari mulut sampai ketelinga dan
mata dari film, maka muncullah stimulus untuk mencari siapakah Tuan Trunojoyo
sebenarnya. Dengan saya mebuka buku hasil karya banyak orang. Maka cukup kiranya
untuk disampaikan kehalayak Bahwa pangeran Trunojoyo itu adalah pahlawan yang
perlu diapresiasi sebagai salahsatu Manusia Nusantara yang besar punya
sumbangsih terhadap peradaban bangsa.
Tatkala kerajaan Islam pertama Demak berdiri dengan tanpa ragu-ragu
Madura menggabungkan diri dalam perjuangan Demak. Kita perlu tahu bahwa orang
Madura pada waktu itu sudah kental dengan agama Islam. Maka tidak heran kiranya
kalau orang Madura bersama-sama berjuang dengan Kerajaan demak. Demak pada
waktu itu menghadapi perjuangan amat berat karena melawan sisi-sisa kerajaan
Majapahit dan juga kerajaan Medang Kemulan.
Insyallah saya masih ingat betul Pangeran Trunojoyo itu
adalah merupakan darah keturanan dari Pengeran Langgar dan Pangeran Langgar
merupakan menantu dari Sultan Terenggono. Pangeran langgar adalah seorang
pahlawan Madura yang punya banyak pengaruh. Namun diwaktu sekarang sangat masih
banyak diantara kita yang lupa siapa Pangeran Langgar itu. Trunojoyo sebagai
darah keturunannya memadukan tenaga menegakkan cita leluhur. Sehingga dapat
kita ketahui siapakah yang memimpin pasukan yang terkenal dengan nama “Pasukan
Perang Sabil”. Dialah Trunojoyo yang gagah perkasa dengan jiwa kemaduraan,
pantang menyerah kepada kolonial dan pemimpin-pemimpin zalim.
Diakhir cerita perjuangan Trunojoyo menghadapi raja Dholim,
yaitu Amangkurat II yang kemudian membuat Trunojoyo Mati olehnya. Kejadian
kematian Trunojoyo ada yang menyebutkan bahwa pembunuhan itu oleh Amangkurat II
dengan menggunakan kerisnya dalam majlis dan menikamnya.
Itulah cerita Dongeng singkat “Banyak Orang Agung di
Nusantara ini” dan maafkanlah bila saudara/i tidak puas dengan apa
yang saya coret. Saya yakin bahwa saya bukan ahli sejarah dan apalagi bisa
ingat dengan teliti soal-soal berat itu. Maafkan saya kalau pemahaman ini jauh
dari kata sempurna.
Terimakasih saudara/i sudah merelakan diri untuk membaca
coretan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi