Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

RUNTUHNYA DIGDAYA RAKYAT MEGA REMENG MENGHADAPI EKSPANSI DINASTI DARI UTARA

Jumat, 22 Desember 2017
Oleh : Fendi Bhrata Pradana
Kader: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komisariat HMI ISIB UTM

Di abad milenium kedua ini perang dan intervensi antar ummat manusia menjadi hal yang biasa, sekalipun model dan metode yang dilakukan sangatlah kontras perbedaannya, akan tetapi tujuannya tetaplah sama, yaitu menghancurkan digdaya suatu masyarakat akan hak yang seharusnya ia miliki. Seperti kisah suatu daerah bernama Mega Remeng yang kehilangan otoritasnya akibat neokolonialisme dinasti dari utara. Cengkeraman dari berbagai aspek sosial dan birokrasi membuat rakyat dan rajanya tak bisa berbuat apa-apa, sekalipun rakyat sadar akan hilangnya kekayaan alam yang seharusnya mereka miliki dan mereka nikmati untuk generasi selanjutnya, mereka tidak bisa melawan dan memberontak karena penguasanya telah termakan upeti yang membuat mereka lupa akan tugas dan tanggung jawabnya.

Ketika melihat kondisi di daerah Mega remeng hari ini sangatlah miris, dimana banyak rakyat yang kehilangan tanah yang menjadi permata mereka, hingga hilangnya hak dan kesempatan dalam mencapai kemuliaan. Kemulian yang dimaksud adalah hilangnya mata pencaharian dan harga diri mereka, dimana mereka mau diperbudak dan diperalat untuk saling memusuhi satu sama lain dan memecah belah mereka, alasan semua itu tiada lain adalah Uang.

Berbagai akibat yang saat ini terjadi di daerah Mega Remeng ialah rusaknya ekosistem akibat eksplorasi besar-besaran sumber daya alam dan pembangunan berbagai Aquakultur yang menyebabkan tanah menjadi kehilangan unsur hara dan berubah menjadi tanah asam dan akhirnya menjadi tanah non fungsional. Jika hal seperti ini dibiarkan terus menerus maka generasi selanjutnya hanya akan mewarisi sebuah padang tandus, padahal dulunya alam yang mereka punya adalah tanah indah dan membawa ketenangan jiwa.

Tindakan yang saat ini ditunggu sebenarnya adalah peran pemuda terpelajar dan terdidik untuk menggulingkan otoritas bangsa utara tersebut dan yang ditunggganginya adalah rakyat tanah kelahiran sendiri (Sumenep). Tentunya hanya niat suci dan ide revolusioner yang dapat menumpas impereilisme yang saat ini mencengkeram rakyat Mega Remeng. Seperti kata para arif, bahwasanya ”Ketika kebodohan tinggal dalam kegelapan, bijaksana dalam kesombongan mereka sendiri, dan kesombongan dengan pengetahuan yang sia-sia berputar-putar sempoyongan kesana kemari, seperti orang buta yang dipimpin oleh orang buta”, kalau boleh kita amati dengan teliti dimana intisari dari seruan tersebut kita sebagai pemuda harus selalu menegakkan persatuan dan melepas belenggu kesombongan untuk mencapai kemaslahatan serta terwujudnya tatanan masyarakat adil dan makmur yang bisa berdiri di atas kebesaran jiwa dan cita-cita mulia.

Hanya sekedar mengingatkan!
Siapa yang benar, siapa yang salah, atau apa yang benar dan apa yang salah?

Selanjutnya saya akan melanjutkannya dilain kesempatan, yang berkaitan dengan Masalah sebenarnya.

Mungkin ini sekedar pengantar.

Kita harus sadar diri dengan segala sesuatu yang ada. 

1 komentar:

Silahkan kolom komentar diisi