Oleh: Aryo Gendeng
Celurit sudah tidak asing lagi di
kalangan masyarakat Madura, orang Madura terkenal karena celuritnya.
Celurit adalah senjata orang Madura untuk menjaga diri dari bahaya, seperti
ular, binatang buas, maling, dan rampok. Celurit juga dijadilakan alat pemotong
rumput untuk pakan sapi. Madura menjadikan celurit sebagai senjata khas, bahkan
orang luar Madura pun tau bahwa clurit itu senjata khasnya orang Madura.
Celurit berasal dari pak sakera yang menjadikan sajam arek sebagai
alat untuk melawan penjajah belanda, sehingga sampai sekarang celurit dijadikan
senjata untuk mempertahankan kebenaran.
Ada daerah tertentu yang memiliki
tradisi nyikep clurit,
dan ada daerah-daerah tertentu yang tidak menjadikan tadisi nyikep celurit. Nyikep clurit
ialah membawa celurit kapan pun dan di mana pun sebagai senjata untuk menjaga
diri. Di Bangkalan bagian selatan lebih jelasnya desa Rabesen memiliki budaya nyikep celurit.
Bagi masyarakat desa Rabesen nyikep celurit
ialah suatu hal yang biasa dan tidak usah, bahkan bila ada warga
yang tidak membawa celurit dianggap sombong. Berbeda dengan desaku atau bisa
disebut desa Kraton yang tidak memiliki budaya seperti itu, bahkan bila ada
salah satu warga yang membawa celurit. Maka dianggap sombong, karena dekat
dengan kota.
Ada beberapa macam bentuk celurit
yakni, are’ biasa, bulu ajem, gel tong, gel
dua’, gel tello’. Nama dan bentuk celurit yang ada di Bangkalan
sedikit sama seperti di Sampang. Adapun yang pertama celurit biasa yang
bentuknya lebih kecil dari clurit bulu ajam. Masih belum diketahui maknanya.
Namun celurit ini memiliki banyak guna dalam kehidupan masyarak Madura yaitu
sebagai alat mencari pakan sapi. Kedua celurit bulu ajam bentuknya seperti ekor
ayam meiliki arti seorang kesatria harus seperti ayam, tidak pernah menyerah
dalam pertarung atau jangan menyerah sampai mati dalam mempertahankan
kebenarannya. Ketiga ialah gel tong. Gal tong ialah
berbentuk sama seperti celurit biasanya. Namun celurit gel tong ini
ujungnya lebih melengkung ke bawah dan emiliki makna bahwa seorang
kesatria harus selalu merendahkan diri dan selalu sopan seperti celurit yang
ujungnya menunduk kebawah. Keempat ialah gel dua’. Gel
dua’ bentuknya sama dengan celurit gal tong. Namun gal
dua’ ujungnya tidak melengkunng ke bawah melainkan menghadap ke depan
memiliki makna bahwa seorang kesatria itu harus memiliki pandangan kedepan
serta setiap tindakannya harus dikaitkan ke masa depan sebagaimana bentuk ujung
celuritnya yang menghadap ke depan. Sedangkan yang kelima ialah gal
tello’, yang bentuknya agak lurus, namu sedikit melengkung memiliki makna
seorang kesatria harus berada di jalan yang lurus, tidak neko-neko.
Kebiasaan nyekep ini kan udah menjadi hal yg biasa dilakukan oleh masyarakan madura, yang ingin saya pertanyakan, jika dengan makna celurit yg sedemikian rupa, apakah benar sifat pemegang nya sesuai dengan makna celuritnya?
BalasHapusMakna celurit sudah dipaparkan ditulisan saudara saya diatas, maknanya pun juga akan berbeda-beda sesuai dengan macam macam celurit yang disebutkan. Tinggal pemegangnya mau menempatkan sifat celurit yang mana. Dan seharusnya pemegang celurit harus memahmi filosofi dari macam-macam celurit yang sudah disebutkan.
HapusSeharusnya pemegangnya harus sesuai dengan filosofi daripada hasil tulisan yang sudah dipaparkan oleh si-penulis
Hapussudah sampai mana sih, observsinya penulis bentuk celurit itu?
Hapuskok ce' beraniny menulis tentang bentuk dan filosofi celurit? saya ingin bertemu dengan penulisnya itu. barangkli dengan dialog saya bisa mendengarkan narasi tentang observasi penulis tentang hal tersebut