Oleh: Aryo Gendeng
Dikesunyian malam, bunyi jangkrik
semakin lantang begitu pula dengan angin terus menyelimutiku dan adik
perempuanku yang sedang mendengarkan embah bercerita tentang pedang Kek Lesap
yang bernama “Peddeng Dul Pakkar”. Konon kata embah, pedang
itu dibuat oleh Kek Lesap waktu berada dalam Gua gunung sumeru, pedang itu akan
memotong orang-orang yang meninggalkan shalat. Aku semakin takut ketika
mendengarkan cerita itu apalagi peneritaanya menggunakan ekspresi yang begitu
membuat si pendengar akan segera bertaubat. Pedang itu dibuat setelah Kek Lesap
diusir oleh Buju’ Buker. Konan Katanya pedang itu tidak akan
selasai bila masih ada orang mengumandangkan adzan. Ketika pedang itu akan
selesai, pedang tersebut akan patah gagangnya atau patah ujungnya lantaran
adzan masih berkumandang. Namun setelah di dunia ini tidak ada
orang adzan, maka pedang itu akan selasai dan berjalan dengan
sendirinya untuk memotong kepala orang-orang yang meninggalkan shalat.
Begitulah embah bercerita padaku dan adik perempunku. Biasanya aku diceritakan
olehnya ketika semua cucu-cucu embah berkumpul. Namun cerita Peddeng
Dul Pakkar ini hanya diceritakan kepadaku mungkin embah tau bahwa aku
malas untuk shalat. Dan aku pun langsung takut kalau meninggalkan shalat
gara-gara mendengarkan cerita itu, sungguh ajaib embahku, tidak mukul dan tidak
marah ketika melihat anak dan cucunya tidak shalat, embah malah mengajak kita
untuk mendengarkan ceritanya dan dalam cerita itu ada pesan yang dapat
dimengerti oleh anak-anak dan orang-orang dewasa. Namun dia sekarang sudah tua
tak mampu bercerita lagi, sedangka cucu-cucunya terbius oleh televisi sehingga
jarang cucu-cucunya yang berkumpul dengannya. Waktu itu embah bukan hanya
cerita tentang senjatanya Kek Lesap Melainkan bercerita tentang sejarah Kek
Lesap dan Kesaktiannya juga.
Kek lesap adalah tokoh sakti yang
diagung-agungkan oleh masyarakat desa Plakaran Kec. Jerengik Kab. Sampang. Dia
berasal dari gunung sumeru. Sejak kecil Kek Lesap diasuh oleh Bujuk Buker yang
berada di Desa Buker Kec. Jerengik Kab. Sampang. Dimasa kecil kelesap sudah
memiliki kelebihan-kelebihan. Banyak cerita-cerita kesaktian Kek Lesap yang di
yakini oleh masyarakat Buker dan Plakaran sampai sekarang, salah satu contoh
ceritanya yang kesohor di masyarakat tersebut adalah pada musim
menanam padi, Kek Lesap disuruh memulai membajak sawah dan menanam
bibit padi oleh Bujuk buker. Namun Kek Lesap tidak mengerjakan tuganya dan
malah menjawab sudah selesai. Tiga kali bujuk Buker menyuruh kek lesap. Namun
jawabannya tetap saja, yaitu sudah selesai. Keesokan harinya Bujuk Buker
membuktikan jawaban dari Kek Lesap, ternyata hal tersebut benar-benar terjadi.
Dengan tersohornya cerita dimasyarakat sosok pendekar itu keramat hingga
sekarang. Dan salah satu peninggalan darinya tetap ada sampai sekarang dengan
bukti adanya sawah yang di dan sawah itu dipercayai keramat sampai sekarang,
apalagi sawah tersebut diyakini menjadi sarang jin oleh masyarakat Plakaran.
Sawah tersebut terletak di Kamapung Lembung, Desa Plakaran, Kec. Jerengik, Kab.
Sampang. Pada 20 tahun yang lalu sawah itu memakan korban. dalam cerita
tersebut ada seorang warga yang membajak sawah dengan sapi di dekat sawah
keramat milik Kek Lesap. Sapi itu lari lepas dari nanggelena sampai
orang yang menahan itu jatuh dengan kepala dibenturkan ketanah hingga mati. Adapula
cerita yang mengenaskan dari sawah keramat milik Kek Lesap itu. Cerita lain
juga tentang orang yang mengambil buah kelapa di sawah Kek Lesap. Pada awalnya
orang itu bingung dengan buah kelapa itu, sebab di sawah dan di dekatnya tidak
ada pohon kelapa. Tapi ada buah kelapa yang terdepak di bawah pohon Gurnis akirnya
orang itu memabawa pulang buah kelapa yang terdepak ditanah dekat pohon Gumis itu
dan pada malam harinya orang itu berimpi di datangi orang berjubah putih lalu
menasehatinya untuk mengembalikan buah kelapa itu. Namun orang itu tidak
mengembalikan buah kelapa yang di bawa pulanang olehnya dia malah membuangnya
ke kali kecil akhirnya hingga dia kena batunya dan dia mati sesampainya
dirumahnya.
Cerita keanehan itu ternya Bukan
hanya embah yang menceritakan tentang Peddeng Dul Pakkar dan
Kesaktian Kek Lesap, tapi ada seorang pendatang dari kampung lain yang juga
bercerita tentang Kek Lesap. Dia senang bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangga
dan bercerita tentang Kek Lesap dan cerita yang disampaikannya banyak pesan
yang terselip bahwa Kek Lesap adalah sosok pendekar yang sakti dan yang
mendengarkan juga sadar bahwa Kek lesap memang Sakti Mandra Guna. Moh Raji
namanya yang bercerita tentangnya, dia berasal dari kampung sebelah yaitu tanah
merah. Dia bercerita bukan hanya terhadap anak-anak, tapi juga kepada yang
dewasa. Cerita-ceritanya membuat orang yang mendengarkan jera seperti tanpa
sebab, salah satunya cerita soal maling. Konon katanya maling pada zaman dahulu
dengan sekarang itu berbeda. Pada zaman dahulu maling itu dijadikan pahlawan
tanpa jasa. Sebab maling dahulu sangat menjaga masyarakat baik kaya ataupun
yang miskin. Dan ketika maling itu melihat si miskin tidak kuat menahan rasa
lapar, maling tidak akan mencuri milik tetangganya yang silapar tapi mencuri
didesa lain. Bahkan dia bersekongkol dengan sesama maling di kampung yang akan
dicurinya. Begitulah ceritanya. Itulah kabar cerita dimasa lalu.
Ketika matahari menatap
terdapatlah sekumpulan orang yang mau berangkkat ke sawah. Pohon bambu yang
mulai kehilangan sehelai rambutnya itu menaungi sekumpulan orang saling
menunggu dan disitu Moh Raji menghampiri sekumpulan yang mau berangkat ke sawah
dan menceritakan kisah-kisahnya. Salah satu cerita selain cerita Kek Lesap
yaitu tentang “adik dan kakak”. Konon katanya, adik dan kakak ini hidup berdua
di rumah besar yang ditingglkan oleh kedua orang tuanya ke dalam tanah. Dalam
cerita tersebut, si adik rajin shalat dan menjauhi larangan-larangan tuhan.
Berbeda dengan si kakak yang sukanya minum-minuman keras, zinah, dan
berfoya-foya. Namun suatu ketika si kakak membawa seorang pelacur kerumah
lengkap dengan minumannya. Si adik langsung mengintip dan mempunyai
keinginan untuk merasakan hal yang sama dengan sang kakak. Dia perfikir tuhan akan
mengampuninya bila yang dilakukannya cuma satu kali. Tanpa kata dia menghampiri
sang kakak dengan meminta izin untuk melakukan hal yang sama seperti yang
dilakkukann sang kakak. Namun ketika pertengahan jalan menuju sang kakak
dia terjatu karena keseleo sehingga kecelakaan itu membuat si adek kehilangan
nyawanya. Hal tersebut yang menyeret si adik ke dalam neraka, sedangkan sang
kakak bertaubat lantaran ia merasa bersalah pada tuhan dan adiknya. Dia melihat
adiknya tergeletak di lantai secara sepontan dia mengucap sahadat, setelah satu
jam kemudian dia meninggal juga lantaran kaget, pada sebelumnya dia mempunyai
penyakit jantung jadi tidak heranbila dia mati mendadak. Dia tergeletak juga
dengan kehilangan nyawanya dan karena taubat itulah dia menerima surga dari tuhan.
Sedang adiknya mendapat neraka sebab keinginan hawa nafsunya. Begitulah akhir
dari cerita “Adik dan Kakak” yang diceritakan oleh Moh Raji. Namun sekarang dia
tidak bercerita lagi lantaran ada konflik yang dimainkan kepala desa sehingga
konflik itu berdampak pada Moh Raji. Sekarang kampungku sepi tanpa Moh Raji.
Kisah-kisah yang dibawanya hilang tertiup oleh angin yang kabur di tengah malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi