Oleh: Faidi Ansori
”Feodalisme kuno yang terutama sekali
feodalismenya Brahmanisme, yang tidak memberi jalan sedikitpun jua pada rasa
kepribadian yang menganggap raja beserta bala keingratannya sebagai titisan
dewa dan menganggap rakyat sebagai perkakas melulu dari pada titisan dewa itu,”
(Sukarno, Mencapai Indonesia Merdeka)
Rakyat
Nusantara dan Indonesia sebenarnya belumlah merdeka seutuhnya, bukan hanya Tan
Malaka yang mengatakan bahwa Indonesia tidak merdeka 100%. Namun Prof. Veth
juga mengatakannya dengan tegas bahwa “Sebenarnya Indonesia tidak
pernah merdeka. Dari zaman purbakala sampai sekarang, dari zaman ribuan tahun
sampai sekarang, dari zaman hindu sampai sekarang”, itulah perkataan
Prof. Veth yang dikutip oleh Sukarno dalam bukunya (Mencapai Indonesia Merdeka).
Penjajahan
bangsa atas bangsa, penjajahan rakyat atas rakyat sendiri, dan penjajahan
pemimpin akan yang dipimpin membuat suatu bangsa atau organisasi yang dinamakan
Negara membuatnya tidak merdeka dan tetap pada situasi jajahan. Tunduk pada
negara lain atau bahkan terhadap kekuasaan pemimpin atas nama pribadi bukan
berdiri diatas semua golongan akan pasti melahirkan kesengsaraan besar yang
membuat suatu bangsa tidak akan merdeka selama-lamanya. Tapi apa benarkah
pertakaan para pujangga itu ketika melihat negara kita sekarang yang sudah
tergoyang persatuan dengan makarnya terorisme, radikalisme, fanatisme golongan
keagamaan, korupsiisme, nepotiisme, kolusiisme, koncoisme, dan lain-lain
problematika yang terjadi nampak di Indonesia sekarang. Maka jawabannya betul
kiranya para pujangga itu mengatakan bahwa kita dalam kedaan demam dan tak
merdeka seutuh-utuhnya. Karena Indonesia sekarang bukan lagi menghadapi bangsa
lain dengan cara jajahan yang lebih halus dengan alat-alat canggih Pos-Moderent
bangsa barat tetapi yang dihadapi bangsa kita sekarang adalah bangsa sendiri
dengan membawa tradisi dan kebudayaan nenek moyang yang kolot, baik budaya,
tradisi, agama, dan konsep kepemerintahan serta lain-lain. Inilah yang
menyebabkan bangsa kita tak merdeka 100%.
Ketidakmerdekaan
suatu bangsa dan negara karena banyak sebab terjadinya. Apa sebab suatu negara
tidak merdeka dan kenapa pula setelah kemerdeaan awal didapat. Namun ternyata
masih tetap ada sistem-sistem yang mau merenggut kemerdekaan tersebut. Apa saja
sistem yang merenggut kemerdekaan suatu bangsa tersebut? Maka tentu banyak
pertanyaan-pertanyan yang membuat diri kita bingung, siapakah sistem yang
membuat suatu negara terjajah dan sulit untuk mempertahankan kemerdekaan yang
sudah dicapai. Dialah sistem kapitalisme, imperialisme, kolonialisme, dan
feodalisme. Semua itu membuat penyakit dinegara Indonesia merdeka. Dengan ini
perlu kiranya musuh-musuh itu diketahui oleh halayak, bahwa sistem-sistem
demikian tidak cocok keberadaannya dibumi kita Indonesia. Kita harus menolak,
terutama sekali sistem feodalisme dengan sedemikian kuat mencokol diwaktu
kerajaan-kerajan bangsa kita dikenal dengan nama Nusantara.
Istilah
feodalisme baru muncul sejak abad 17 dengan difinisinya sebagai struktur
pendeligasian kekuasaan Sosio-Politik yang dijalankan oleh kalangan bangsawan
dengan sistem monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaemnya
melalui kerjasama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Namun karena
penggunaan sistem feodalisme tersebut semakin lama semakin berkonotasi negatif
dan hanya memberikan kekuasaan besar terhadap golongan bangsawan serta
sistemnya yang hanya mengagung-angungkan pangkat dan jabatan. Maka sistem
tersebut menjadi jelek dan itu tidak bisa kita terima keadaannya dimasa
sekarang dan akan datang.
Mari
kita mencoba berfikir sebelum kita mendengar munculnya istilah feodalisme itu
serta difinisinya dan cobalah singgungkan dengan tradisi bangsa kita sebelum
muncul istilah bangsa Indonesia. Kita perlu tahu bahwa sistem feodalisme
bukanlah sesuatu hal yang baru didengar, bahkan sebelum lahirnya istilah
tersebut, bangsa kita sudah berabad-abad tahun lamanya sejak bangsa kita
bernama bangsa Nusantara dengan sistem Monarkinya (Raja). Namun harus diingat
dengan adanya sistem feodalisme diwaktu kerajaan-kerajaan besar sebelum bernama
Indonesia dan Hindia Belanda itu. Maka nasib rakyat kita bagai perkakas oleh
raja-raja dengan segala bala keningratannya. Rakyat dipaksa untuk patuh pada
sang raja baik atau buruk, mereka tidak diberi bergerak secara leluasa untuk
menentukan nasib sendiri menuju masa depan dan anak keturunannya. Nasib rakyat
pada waktu itu terpaksa mengikuti para ningrat sebagai kaum atasan. Mereka
menderita ditanah sendiri dengan sistem feodalisme yang dibuat oleh raja-raja
dan ningrat itu. Tanah yang dimiliki oleh petani bukan lagi milik mereka secara
utuh sebab hasil dari pertanian dan segalanya masih dimintai pajak. Namun malah
dimiliki kaum ningrat dan raja-raja. Bumi kita sendiri sudah dimonopoli oleh
kaum atasan. Maka patutkah bila milik kita diberikan kepada sang raja atau
kalau sekarang terhadap presiden dan pemerintah lain dibawah kekuasaannya.
Tidak merasa kasihankah kita pada rakyat dimana mereka hanya dijadikan perkakas
oleh diri yang mengaku keturunan dewa dan rakyatnya dianggap perkakas.
Dimanakah letak kemanusian kita, dimanakah kemanusian sang raja, diamanakah
kemanusian kaum ningrat, dimanakah kita memahami sejarah masa lalu yang
seharusnya diadopsi baiknya saja dikehidupan masa lalu itu untuk kondisi
sekarang abad ke-21 dan dikemudian hari. Merasa belaskasihankah kita pada
rakyat yang dirugikan dan dikungkung dengan sistem feodalisme itu dinegeri
Indonesia ini. Apakah kita masih punya keinginan lagi akan sistem-sistem
tersebut yang secara jelas-jelas merugikan segenap rakyat. Kita adalah manusia
dan seharusnya bersikap manusiawi, dengan ini kita harus mengerti
semengerti-mengertinya bahwa hidup mereka adalah nyawannya dan nyawanya juga
hidupnya.
Sistem
feodalisme janganlah sampai bertumbuh besar apalagi sampai menjadi pandangan
hidup dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara Indonesia. Kekuatan-kekuatan
feodalisme dimasa lalu besar adanya ketika kerajaan Kutai, Sriwijawa,
Majapahit, Mataram, Pajajaran, Bintara, dan yang lain-lain. Namun kita
terkadang buta untuk melihat sejarah dimasalalu sejak zaman feodalisme itu.
Pernahkah kita tahu perang kaum feodalisme tua dan feodalisme muda antara
Majapahit dan Demak, antara Banten dan Pajajaran. Tidakkah kita tahu dengan
perang itu maka bangsa kita dimasa lalu membuat mereka lembek tak berkekuatan.
Apakah kita tetap mau perang sesama saudara sebangsa. Apakah kita tetap mau
dengan sistem feodalisme tersebut. Marilah kita buka mata lebar-lebar,
perasaan, dan akal sehat secara mendalam, bahwa sistem demikian tidak boleh
adanya dinegara Indonesia ini. Jangan jadikan rakyat sebagai perkakas dari
sistem-sistem tersebut agar rakyat bisa hidup sejahtera sebagaimana bunyi silla
terakhir didalam Pancasila. Rakyat bukanlah perkakas para raja-raja,
ningrat-ningrat, pemimpin-pemimpin, dan golongan-golongan tertentu dengan
kepentingan untuk kekuasaannya sendiri. Kasihanilah nasib rakyat yang menderita
oleh masalalu dan jangan sampai terulangi dimasa kita sekarang dengan nama
Indonesia dan Pancasila. Percayalah bahwa Pancasila menolak sistem-sistem
feodalisme, percayalah bahwa negara Indonesia tidak menawarkan sistem-sismtem
yang tidak mendukung rakyatnya untuk merdeka. Percayalah bahwa hanya manusia
Indonesia yang tidak mengerti Indonesia akan tetap pada pola tersebut. Ingatlah
bahwa Pancasila menolak akan sistem feodalisme dalam bentuk apapun dan dari
latar belakang bangsa apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi