Oleh: Aryo Gendeng
Semenjak kabar kau bersamanya
sudah menyatu.
Nafsuku pudar, semangatku redup.
Nafsuku pudar, semangatku redup.
Aku sekarang tak bertuan putri
lagi-
seolah aku hidup hanya
dijadikan pendamping para bahagia.
Aku hilang arah. Tak kenal
wajah suka duka.
Kupingku memaksa tulikan banyak
hal.
Hidupku serasa tak berorang
tua.
Tak ada kemungkinan baik lagi
yang dapat ku angankan.
Harapan pergi begitu saja.
Kecewa yang berlalu kini sudah
mengikat, ada pula yang menunggu.
Sepahat wajahmu rapuh tak
tertiup tak tersentuh.
Kau yang yang merapuhkan!
Airmata jatuh kau penyebabnya.
Seperti penyebab
kalimat-kalimat duka ini lahir dalam sajakku.
Sampang 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi