Oleh: Homaidi
Pengurus
Pusat, Sekretaris Jendral Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB). Kader Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komesariat Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Sungguh manusia yang aku (manusia)
sendiri tak paham sebenarnya manusia mana yang tak memanusiakan manusia.
Kau tau, kau sudah dianggap teroris?
Kau tahu, kau dikutuk dimana-mana?
Kau tahu, banyak pernyataan kebencian
terhadapmu?
Kau tahu, berbagai media memberitakan
dan mencibirkan keburukanmu?
Kau tahu, manusia selain mencuriagimu
sekarang?
Lalu, kau tak merasa sakit hati
mendengar itu semua?
Kau diperlakukan sebagai manusia atau
tidak oleh manusia yang menganggapmu teroris. Oleh manusia yang mengutukmu. Oleh
manusia yang menyatakan benci padamu. Oleh manusia yang memberitakan burukmu,
dan oleh manusia yang… Men----curiga---i---mu----.
Sungguh manusia yang aku (manusia) sendiri tak paham
sebenarnya manusia mana yang tak memanusiakan manusia.
Namun...
Aku yakin, bahwa keluargamu mendirikan
sholat setiap waktu, karena kau manusia, yang bertanggung jawab atas
keluargamu, namun mungkin karena kau berpikir sudah cukup kebaikan keluargamu
hanya pada dan untuk keluargamu saja. Kau tak menganggap tetanggamu juga berhak
menerima kebaikanmu.
Aku yakin, hakikat dirimu, istrimu,
anak-anakmu baik. Karena kau manusia, namun kebaikanmu tak baik untuk manusia
lainnya.
Aku yakin, tujuanmu sungguh mulia,
karena kau juga manusia, namun caramu salah kepada manusia lainnya.
Aku yakin, kau mengetahui jalan surga,
karena kau manusia, namun jalan surgamu terlalu instan.
Aku yakin, kau tak pernah berpikir,
bahwa tetanggamu bukan manusia, akan tetapi kau hanya lupa mereka adalah
manusia, atau menurutmu mereka sudah tak layak dianggap manusia.
Namun!
Aku tak yakin, bahwa kau tahu tentang
manusia lain yang mengkonstruksi dirimu karena kau manusia. Kebaikanmu di bauen menjadi kebaikan yang tak baik kepada manusia lainnya oleh manusia lainnya. Lalu, konstruksi (manusia), dirimu (manusia),
atau tetanggamu (manusia) yang tidak memanusiakan manusia?
Sungguh manusia yang aku (manusia) sendiri tak paham
sebenarnya manusia mana yang tak memanusiakan manusia. Bukankah seburuk-buruk manusia adalah
ia yang menganggap dirinya (manusia) paling benar? Oh, manusia. Manu-sia. Manu Sia. Sia
Manu. Sia Sia. Manusia, Sia Sia.
Bangkalan, 15 Mei 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi