Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Disnatalis Bertabur Bunga

Minggu, 22 April 2018


Selamat sejahtera kawan-kawan. Dimana saja anda berada jangan lupa tersenyum, baik dalam keadaan susah maupun senang. Saudara, jangan membaca tulisan ini, karena akan mengakibatkan kepintaran serta  kekeritisan saudara lahir kembali.

Saudara yang budiman, di hari senin ini, lebih tepatnya di pukul 12.45 menit tadi Seniman-seniman teater SABIT mengkritisi kepengurusan DEKANAT FIP UTM. Para seniman itu mengkritisi dengan memainkan naskah drama yang berjudul “Kampung Suka Ilmu.”, naskahnya berisi tentang satu ruangan keorganisasian yang harus di keroyok ditempati. Seperti pemain drama biasanya, diantara mereka ada yang menari, ada yang tertawa, ada pula yang berteriak. Seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi.

Kebertemuan dengan Kopet Petteng menambah penjelasan kenapa seniman-seniman SABIT ini memberontak dan mengkritisi kepengurusan DEKANAT. Kopet Petteng berkata, pementasan tersebut berupaya pemindahan sekber ke Lab. Humaniora tidak mencukupi dalam penempatan waktu rapat dan proses bagi UKM-UKM serta BEM dan DPM. Dengan landasan itu Seniman-seniman memberontak halus pada Dekanat yang bersangkutan. Sebenarnya, sudah ada tindakan dari Kopet Petteng serta Ketua BEM yang baru, akan tetapi dikarenakan dalam mengurus memindahkan para UKM ke ruang yang memadai itu terlambat, maka akibatnya BEM serta para Mahasiswa yang membantu harus berfikir dan mencari ruangan baru.

Untuk BEM serta teman-teman yang berjuang, ada kalimat dari Kopet Petteng. Yaitu, “air dalam mangkok akan KOCAR-KACIR bila di tekan dengan secara mendadak. Jadi tekanlah pihak-pihak yang mengurus dalam hal itu! Carilah bapak kalian yang mengumbar seribu janji itu! Lalu ajaklah berputar otak untuk masalah ini.” begitulah ucapan Kopet Petteng pada kami. Mudah-mudah yang berjuang, benar-benar menjadi pejuang. Sekian dan sampai jumpa.

Oleh: Pemanah Senja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi