Oleh:
Moh. Rasyid
Mahasiswa Aktivis
Jurusan: Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Ilmu Keillaman UTM
Mahasiswa Aktivis
Jurusan: Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Ilmu Keillaman UTM
Diciptakannya
manusia dengan bentuk berbeda-beda merupakan pilihan yang sangat tepat dari sang pencipta alam semesta. Perbedaan yang dimaksud dapat
kita lihat pada diri manusia dari berbagai aspek. Wajah tampan dan cantik
merupakan bentuk dialektika yang bersifat mencolok dan mendasar, apalagi ketika disinggungkan dengan soal jenis kelamin.
Jenis
kelamin manusia, atau yang biasa kita sebut dengan “Laki-laki dan perempuan” mengindikasikan adanya perbedaan dalam
diri manusia. Jika ada laki-laki, maka tentu perempuanpun ada. Tidak mungkin
disebut “Perempuan” apabila tidak terdapat sesuatu
yang bertolak belakang (antonim), yaitu “laki-laki”. Artinya, istilah tersebut muncul karena ada jenis yang
berdeda dan begitupula
seterusnya.
Kenapa
manusia harus berbeda jenis kelamin? Maka jawabannya, tentu bukan tanpa alasan ketika Allah menciptakannya dengan perbedaan jenis kelamin. Sebagaimana firman-Nya dalam kitab suci
Al-quran yang artinya;
Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu menjadikan kalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. (QS. Al-Hujarat
49:3)
Ayat diatas setidak-tidaknya menjadi hujjah
(dalil) yang cukup akurat dibalik kasus perbedaan yang saya terangkan di atas, bahwa Yang
Maha Esa sengaja me-manage kehidupan manusia dengan beraneka ragam bentuk. Sebab, jika
semua diseragamkan, justru akan berpotensi timbulnya persoalan-persoalan lain
yang sebetulnya tidak harus terjadi dimuka bumi ini.
Sewaktu-waktu
kita perlu membayangkan betapa kakunya kehidupan ini, jika semua manusia berwatakkan sama,
tergolong orang-orang baik dan tak satu pun dari mereka yang berkarakter jahat dengan penuh kecongkakan. Sungguh siklus kehidupan berlangsung
begitu datar tiada gelombang
apabila sama dalam segala halnya.
Dalam
perfilman, kita mengenal istilah “protagonist, antagonist, sidekick, deuteragonist” dan lain sebagainya. Itu artinya, bahwa sebuah film
memiliki beraneka ragam karakter yang saling melengkapi satu sama lain, sehingga
bisa memberikan aroma konflik, alur serta perkembangan cerita, seperti yang diinginkan sutradara. Maka betapa fatalnya
alur sebuah film jika semua lakon dalam film tersebut memiliki karakter yang
sama, sama-sama protagonis atau antagonis.
Sungguh
ajaran Islam itu sangatlah indah. Semua bait-bait wahyu yang tertuang didalam kitab Al-quran tentang diciptakan Alam semesta, justru
mengandung kemaslahatan dan kemudharatan.
Bangaiamana mungkin, kita tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya dunia
ini jika Allah SWT hanya menciptakan Adam As tanpa Hawa, tentulah tidak pernah
ada makhluk bernama manusia-termasuk yang sedang membaca tulisan saya ini.
Tetapi
lagi-lagi skenario Tuhan tetaplah yang terbaik (Mumtaz) dari yang paling baik. Pada akhirnya, Tuhan kembali
mempertemukan Adam As dengan belahan jiwanya Hawa di jabal rahmah setelah kurun lebih
ratusan tahun berpisah. Alasan dipertemukannya adalah karena Allah akan
menciptakan makhluk sebangsa Adam As dan Hawa setelahnya. (Ini
cerita singkatnya Bosssss).
Tugas
kita selanjutnya adalah menempatkan segala hal yang saling bertolak belakang
itu pada tempat yang sebenarnya. Diantara contoh yang paling pokok dalam
pembahasan kali ini adalah bermacam jenis karakter yang ada pada diri
perempuan. Disadari atau tidak, unsur-unsur
kontradiktif ini tidak akan memicu konflik baru dalam semesta. Justru ia
sebagai pelengkap dari pada kekurangan-kekurangan yang ada.
Kerapkali
kita jumpai perempuan-perempuan disekitar dengan berbagai bermacam pola karakter. Diantara mereka ada yang baik dan tentu ada pula
yang tidak baik. Dari dua karakter yang berbeda ini, seharusnya para lelaki
patut bersyukur serta menyikapinya sebijaksana mungkin, ketika sudah mendapatkan ruang yang cukup besar dalam memilah dan memilih perempuan mana yang pas sebagai pendamping hidup.
Sejauh ini
belum ada penelitian ilmiah yang bisa menyimpulkan tentang berbagai jenis
karakter perempuan. Tetapi berdasarkan informasi yang penulis dapat,
sekurang-kurangnya ada sembilan jenis karakter perempuan, yaitu:
1.
Penyabar
Perempuan jenis
ini jarang bereaksi ketika ada pihak-pihak yang mencoba menyakitinya. Diam
adalah tindakan yang lazim dilakukan oleh perempuan jenis semacam ini, ketika ada orang-orang yang mengejek, memfitnah,
berbicara kasar dan lain-lain kepadanya.
2.
Pemarah
Perempuan
jenis ini tentunya sering marah-marah baik ke pasangannya sendiri maupun ke
orang lain. Walaupun dia kelihatannya galak, tapi
kelemahannya pun tidak sedikit. Dia bisa saja seorang yang sangat penakut atau
cenderung gampang menangis.
3.
Pencemburu
Perempuan
jenis ini selalu merasa curiga kepada pasangannya. Kecurigaannya bisa
sangat berlebihan dalam artian dia bisa sangat agresif, selalu menginterogasi
pasangannya. Dia gampang termakan gosip-gosip yang bagi dia merupakan suatu kebenaran.
4.
Manja
Manja adalah
sebuah “fitrah” atau pembawaan dari masing-masing orang. Setiap orang memiliki
sikap manja, walaupun kadarnya berbeda-beda. Manja cenderung identik
dengan anak-anak. Banyak anak-anak yang sebetulnya dia sudah bisa menyuap
makanan sendiri, tetapi dia masih ingin disuapin oleh orang tuanya, itulah
salah satu contoh sikap manja, tentu juga pada soal perempuan
5.
Sensitif
Perempuan
jenis seperti ini, perasaannya gampang tersentuh. Apa pun yang
orang katakan tentang dirinya, walaupun dalam situasi bercanda, maka dia akan
menanggapinya dengan serius. Dia selalu merasa orang yang paling menderita di dunia.
Apapun yang orang katakan tentang dirinya, itu merupakan sesuatu yang
memojokkannya.
6.
Pemurah
Perempuan
dengan karakter seperti ini gemar menyenangkan pasangan atau temannya atau
siapapun itu yang dekat dengan dirinya dengan cara selalu memberi mereka apa
yang dia punya. Dia tidak pernah berfikir bahwa dia datang dari kelas ekonomi
menegah atau atas.
7.
Materialistik
Perempuan
jenis ini selalu meminta banyak hal dari pasangannya. Sifat materialistiknya
muncul apabila perempuan jenis ini sudah mempunyai pasangan. Apabila dia dan
pasangannya pergi, maka selalu ada hal-hal yang diminta dari pasangannya.
Permintaannya tidak terbatas hanya pada benda tetapi berbentuk uang juga.
8.
Kikir
Perempuan jenis
ini tentu bertolak belakang dengan perempuan bertipe pemurah. Dia sangat
berhemat. Sangat perhitungan dengan uangnya. Jangankan untuk berbagi dengan
orang lain, untuk belanja keperluannya sehari-hari saja dia harus menghitung
berkali-kali.
9.
Pasrah
Perempuan
bertipe pasrah jarang kita temui dikehidupan sehari-hari. Dia cenderung tidak
mempunyai semangat hidup dan tidak tahu harus berbuat apa. Apabila ada orang
yang mengajaknya melakukan sesuatu. Dia akan
mengikutinya tanpa memikirkan resiko yang akan menimpanya.
Dari bermacam-macam karakter dan ciri perempuan, maka dari
sinilah diharapkan adanya upaya-upaya kongret oleh para lelaki untuk memimpin
kaum perempuan menjadi lebih berpola positif lagi perangainya. Dari yang
awalnya pemarah menjadi penyabar, kikir menjadi pemurah dan seterusnya.
Perbedaan
karakter tersebut memang riil adanya. Dan eksistensi kita (Lelaki)
dimuka bumi ini juga riil dengan segala bentuk tanggung jawab kepada seorang
perempuan-terlebih dalam romansa rumah tangga.
Bahkan tidak
hanya sesempit itu, berbagai jenis karakter yang saya sebutkan
diatas
kemudian membuka ruang yang cukup besar nan menantang para lelaki dalam menghadapi sikap perempuan yang tidak lagi
sama itu. Hubungan antara dua orang, sebut saja pasutri, si perempuan tidak
mungkin selamanya bersikap baik, bahkan bias sewaktu-waktu
ia akan menampakkan kecongkakannya pada sang suami karena faktor-faktor
tertentu, karena uang belanja telat ia bisa saja marah. Si
suami tidak menuruti keinginan sang istri untuk nonton ke bioskop, tentu ia
akan sangat marah dibuatnya, dan banyak lagi
faktor yang kemudian memicu gejolak hati seorang perempuan.
Pada kondisi
inilah wibawa seorang lelaki akan benar-benar teruji oleh perbedaan itu tadi.
Lalu, bagaimana seharusnya kita kaum laki-laki bersikap? Laki-laki yang sadar dengan kelembutan hati seorang
perempuan, tentu tidak akan pernah sesekali menggunakan bahasa ataupun sikap
yang kasar untuk menegur kesalahan yang diperbuat istrinya. Tegurlah dia dengan
perasaan kasih dan sayang. Sebab, pada dasarnya lelaki menegur bukan dengan
perasaan, bahwa ia paling benar dan tetapi karena perempuannya ceroboh. Tapi ia menegur karena ingin mengayominya, ia tidak ingin
orang yang dicintainya berlarut-larut dalam kesalahan. Karena ia sadar bahwa
salah satu alasan memilihnya adalah untuk saling melengkapi dalam menggapai
kenikmatan dun’ya wa ukhrowi.
Sebagai laki-laki sejati, sungguh sangat tidak bisa terbayang jika semua
perempuan sama. Betapa terbunuhnya mental kita jika mereka sama-sama, sama. Niscaya,
tidak akan pernah ada neraka untuk para perempuan sejenak beristirahat menebus
dosa-dosa. Syukur, alhamdulillah Tuhan
menciptakan perbedaan ini meski tidak semua yang berbeda itu beda dan tak semua
yang sama itu sama. Tetapi itu tidak begitu penting, yang paling penting kaum
perempuan harus bisa memastikan diri kira-kira kalian tergolong jenis perempuan
yang mana? Selamat menunduk, memandang diri sendiri.
Tim Editor: PANCAWARNA
Tim Editor: PANCAWARNA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi