Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Aktivis Jomblo? No!

Rabu, 10 Oktober 2018


Oleh: Bung Daniel
Penulis merupakan salahsatu pendiri Pancawarna

RODINDA (Romantis, Dinamis, Dialektik), begitulah pernyataan Bung Karno ketika ditanya bagaimana masyarakat harus menjalani hidup. Memang ketika melihat Sukarno, yang ada di pikiran saya dan anda, kehidupannya penuh dengan cinta. Selain hidup dengan penuh cinta, dia sosok Pemimpin besar Revolusi yang memiliki banyak istri, dan sepatutnya saya tidak perlu kaget dengan itu semua, diakui atau tidak, Sukarno memang dijuluki sebagai presidan yang gila wanita, juga pada esensinya kehidupan ini penuh dengan cinta, namun yang saya herankan ketika cinta itu dibatasi hanya dengan menyukai lawan jenis bahkan sampai tidak bisa tidur tiga hari tiga malam hanya untuk memikirkan si pujaan hati yang tak kunjung peka tentang persaan anda, maka pertanyaannya kenapa kita terlalu membatasi diri terhadap hal yang dikatakan cinta, jika demikian berarti tamatlah sudah cinta tersebut terbatas pada satu demensi saja.

Tentang Bung Karno cukuplah menjadi refleksi diri saja, tidak perlu diperdebatkan apalagi dipertengkarkan, sungguh tiada gunanya. Mari sejenak sruput Kopi, dan hisap rokoknya. Bagi yang tidak merokok, silahkan ngemil Chocolatos saja, karena dari bentuknya tidak jauh beda dengan rokok cerutu, dan itu sungguh terlihat keren dan kece. Jika masih ada netizen yang tidak suka, cuekin saja, toh yang menjalani kehidupan ini bukan dia, tapi anda.

Masih pada Rodinda yang dikatan oleh Bung Karno, maksudnya adalah pergerakan kehidupan, dari hal paling kecil hingga yang paling besar. Sama dengan proses pelajar yang terus dinamis, dari Siswa menuju Mahasiswa dan saat ini saya sudah menjadi Mahasiswa, sebenarnya ada kejanggalan ketika saya menjadi Mahasiswa, banyak panggilan-panggilan khusus yang melekat pada Mahasiswa, atau lazimnya itu disebut tipikal-tipikal yang membedakan antara satu dengan lainnya. Sehingga saya berpikir Pencetuskan tipikal-tipikal Mahasiswa itu sebenarnya lebay plus unik. Uniknya, ketika di bangku sekolah, julukan seperti ini hampir tidak ada. Karena pada dasarnya, setiap insan memiliki tipikal yang berbeda-beda, ada pemalas, rajin, pembaca buku, tukang gossip, bahkan gila pun juga ada, dan tanpa harus dijelaskan di antropologi sekolah.

Julukan itu banyak dipakai di setiap Kampus Indonesia, misal: Aktivis, Idialis, Akademis, Organisatoris, Bisnismen, Hedonis, Apatis, Romantis, Mahasiswa Kupu-kupu[1], Kunang-kunang[2], Kura-kura[3], Buaya, Ayam, Musang, Kelelawar, Macan, Domba, Ular, Tikus, Jangkrik. Dan Kenapa tidak sekalian kampus ini dijadikan kebun binatang, supaya pas dengan julukan-julukan itu. Mendengar julukan-julukan tersebut saya sempat bertanya-tanya, apakah di USA julukan seperti ini juga ada? Dan ternyata julukan ini cuma ada di Indonesia. Unik bukan? Tapi tidak mengapa, ini juga aset Negara yang harus tetap terlestari. Saran saya, kalau bisa jangan sampai punah populasi binatang di kampus kita, terutama si Ayam, karena Kalau binatang ini bisa punah, kasihan si Musang, mau makan apa dia?

Pembicaraan kebun binatang wis simpan dulu ya, mari sama-sama berdoa semoga binatang tersebut bisa terus berkembang biak. Diantara beberapa julukan diatas, saya ingin mengupas satu julukan saja, yakni Aktivis. Awalnya Saya mengira bahwa aktivis adalah salah satu nama binatang yang ada di kampus, ternyata saya keliru.

Aktivis diartikan sebagai Mahasiswa yang tidak bisa diam, ketika di kelas selalu bertanya dan tidak lelah untuk diajak berdiskusi, pembaca buku, aktif berorganisasi, aktif berkelana, kalau tidak ikut demo bukan Aktivis, orator, aktif menjelajahi pojok-pojok kampus dan warung kopi, dan ia juga yang paling aktif merawat kebun binatang. Sebenarnya untuk menjadi seorang Aktivis itu tidak mudah, jalan hidupnya mengerikan menurut saya, tes masuknya saja lebih sulit daripada tes Kopassus, jika tes kopassus hanya dilepas sendirian ditengah hutan dengan membawa satu senjata tajam yang digunakan untuk bertahan hidup. Tes masuk Aktivis lebih daripada itu, diantaranya;

Pertama, Ia dilepas sendirian ditengah-tengah kehidupan dengan tangan hampa
Kedua, sanggup bertahan hidup di tengah krisis moneter
Ketiga, siap dibenci oleh si akademisi dan hedonis.
Keempat, sanggup dianggap orang yang tidak laku.
Kelima, siap lulus empat belas semester.

Aktivis serigkali dikatakan sebagai jomblo revolusioner, ia dikatakan sebagai orang yang tidak punya cinta atau kekasih, kalaupun ada orang yang ia taksir, cintanya selalu berakhir tragis, sungguh malang kehidupanmu Aktivis. Tapi perlu diketahui, bukan berarti saya menstigmkan semua kehidupan aktivis bernasib sama seperti itu, ada juga Aktivis yang mengikuti Bung Oman dengan filsafat Romantismenya, akhirnya mempunyai banyak pacar dan mantan, dialah contoh aktivis Romantis yang baik.  Sebelum saya melanjutkan kepembahasan yang lebih lanjut, seyogyanya anda membaca atau mengingat tentang cinta pada paragraph pertama, jika sudah ingat, maka inilah maksud cinta yang dibatasi.

Cinta bebas mau kemana saja ia pergi. Kesendirian bukan berarti tidak memilki cinta, Tan Malaka sang bapak Republik kendati wafat dalam keadaan tidak memiliki istri, kehidupan dia juga penuh dengan cinta, walaupun sering pula dijuluki seorang jomblo revolusioner oleh pemuda Jaman Now, tetapi cintanya terhadap negara Indonesia sungguh besar, “Jika kau ingin bangsa ini merdeka, maka korbankanalah kemerdekaanmu demi merdekanya sebuah bangsa,”, ucap Tan Malaka dalam buku “Dari Penjara Ke penjara”, membuktikan begitu besar cintanya terhadap Negeri ini.

Alhasil, banyak yang memberikan statement bahwa jomblo itu sendiri, ya…saya mengamini itu benar, tapi bukan berati selamanya jomblo itu sendiri, coba bayangkan saja semisal, di dalam satu kamar ada tiga orang jomblo, maka itu bukan sendiri, tapi bertiga, sama halnya Aktivis, selama masih banyak Aktivis di dunia ini yang jomblo, ia tidak berarti sendiri melainkan banyak, karena prinsipnya para Aktivis adalah cinta. Cinta dapat didifinisikan dalam arti luas. Bagi mereka, Cinta juga ada dalam makna filsafat, secara Etimologi filsafat ada dua arti, philo adalah cinta, sophia adalah kebijaksaan, jika dikombinasikan artinya menjadi cintai kebijaksanaan. Itulah sebenarnya prinsip dari para Aktivis. Jadi jangan heran apabila Ativis tidak mau dikatakan Jomblo.

Hidup Aktivis Jomblo!



[1] Kuliah Pulang
[2] Kuliah Nongkrong
[3] Kuliah Rapat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi