Oleh: Yudi Kuswanto
Mahasiswa Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB), Universitas Trunojoyo Madura (UTM)
Masih dalam suasana hari kasih sayang dalam
kesendirian diatas loteng kontrakan. Penyakit
akhir-akhir ini yang aku derita kembali kambuh seolah memberikan firasat bahwa
kau akan dapatkan pesan mengerikan meski harusnya hari sangat mendukung lahirnya
seutas kebahagiaan. Benar saja
hati seolah teriris saat gawai menyala seketika, menandakan adanya sebuah notif
terpampang sebagai visualisasi pesan.
Terlihat sekejap; Kabar Duka. Sungguh kalimat
tak pantas, ia tak ubahnya sekomplotan yang mengatasnamakan hamba pembela agama
serta umat, meneror orang demi terciptanya sebuah substansional masyarakat yang
tak terkotak-kotak atas nama rezim, ormas, maupun
agama, bahkan ia berani
mengorbankan segenap jiwa-raga-keluarga. Matiku surge. Mengapa harus hidup jika
masih banyak kebatilan?.
Begitu, tak ubahnya kalimat klise satu ini. Mengapa harus ada sebuah
kabar duka atas matinya nalar pikiran kawan-kawan Pancawarna. Jangan. Aku tak
bisa lapang dada titah-titahmu yang tertuang telah ambil andil dalam
kemerdekaan akal. Kini
akal itu tak cupet meski cenderung bumpet.
Walau aku tak mengenal silsilah yang kau
tuangkan sebagai struktur, tapi rasanya diriku telah mempunyai kedekatan hampir
menyerupai kekeluargaan, sebab aksara telah berhasil menyelinap direlung palung
kalbu terdalam. Kau jangan mati, sungguh. Pekikan semangat juang tak harus
tersampaikan pada kongkow diskusi yang menyebalkan kan? bagiku kau masih hidup
dan terus akan hidup. Pancawarna,
kau sudah membangun peradaban dan akulah salah satu orang yang menghidupkan
peradaban.
Jadi, tak usah menyudahi
Dini
hari lalu tanggal sudah menafikan budaya saling mengkasih coklat. 15 februari
2019 Pimred Pancawarna. Mahasiswa reinkarnasi regenerasi aktivis negeri,
Bung Faidi. Ia mengirimkan pesanya padaku, mungkin Bung ingin mengakasih tahu bahwa detik itu
adalah hari berkabung dalam langit malam yang mendung.
Bung, bolehkah
hari ini aku kirim pesan untukmu lagi sebagai representasi dari kegalauan
mahasiswa introvert kampus yang
hidupnya selalu diperbudak oleh kezaliman public?.
Ia yang selalu merasa insecure pada tatapan-tatapan sekitarnya. Begini; sejak aku pertama
berjumpa dengan Bung,
tak ada kalimat yang keluar dari mulut kusam ini selain kagum. Engkau pekikkan
semangat diatas mimbar dan disekeliling mahasiswa yang tak tahu esensinya
sendiri sebagai mahasiswa. teringat betul hari itu kau memakai kaos dengan
gambar proklamator republic ini. Sempat bagiku untuk berpikir bahwa kau hari
itu memakai kaos tersebut untuk merekrut-mengajak dan mengilhami pemikiran-pemikiran
Sukarno yang ternaung dalam
kelompokmu—kau pasti tahu tak usah kusebutkan..hehe. Percayalah ini bukan tanpa
alasan. Kau pasti juga telah tahu bahwa warna, tulisan, angka singkatnya simbol
bisa meretas hakikat merdeka bagi sekelumit orang untuk memihaknya. Sebut saja
yang kau lakukan adalah bentuk perilaku kognitif.
Pembelaan Bung untuk menyetir persepsi
public, dengan pintarnya kau mereduksi diksi katamu Pancawarna gak mati hanya
saja ia masih diperbudak oleh tugas dari kampus yang Njancuk, akibatnya belenggu-belenggu
tersebut menghantarkan pada pudarnya nilai pertemuan di warung kopi di struktural
internal Pancawarna, kau semestinya tak harus gusar yang perlu kau lakukan
masih sama yang aku bilang sedari tadi, kau hanya perlu cari regenarasi agar
visi dan misi tak pudar meski kau kian beranjak ingin melepaskan idealisme
(tua/purna) masih banyak intelektual yang mengantri di depan pintu HRD
Pancawarna. Kau hanya perlu tanggap dan tepat untuk memilihnya.
Pancawarna, akan tetap panca meski yang bertahan
hanya eka, dan
dari eka kita seharusnya sadar bahwa provokator selalu diawali dengan kata saya
sebagai roda penggerak, menggerakan kaum intelektualis yang nasionalis, agamis
serta rehabilitativ terhadap pranata pemikiran tajam sebagai titik awal perubahan
bagi bangsa-negara, minimal nalar yang terus akan menjalar. Percayalah aku
sayang kamu meski kita tak sempat bertemu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi