Oleh: T'moon
Semalam diperempatan jalan nan
sepi itu ku berbisik pada tuhan. Aku berkata pada tuhan tentang mereka yang
sedang bercumbu rayu, mengobral nafsu dalam remang remang lampu jalan.
Nampkanya tuhan pun malah bertanya pada ku, Mengapa aku tak mengikuti
mereka? Apakah kau tak mencium bau kasturi tubuh mungil nan seksi wanita itu?
Apakah kau tak mau menikmati kenikmatan surga di dunia nan fana ini? oh tuhan!
bagaimana aku mau mencicipi tubuh yang Kau bilang seharum kasturi itu tuhan!
jika ku mendekat, bau anyir tubuh wanita seksi itu menyengat bak bangkai
manusia yang telah lama mati. Dan aroma tubuhnya enggan untuk kunikmati, karena
aku bukanlah hewan yang selalu menikmati tubuh seksi itu. Menggairahkan saat
nafsu datang mengebu ngebu. Bisikan tuhan perlahan lahan menghilang seakan
terbawa semilir angin malam itu.
Lalu ku berjalan langkah demi
langkah menyusuri jalanan sepi. Melewati mereka yang saling beradu birahi.
Kemudian aku melihat gemerlap cahaya terang di sudut jalan. Iya gubuk kecil
yang menjajakan beraneka ragam pengetahuan, dari masalah ketuhanan, politik, organisasi,
sampai pengkaderan. Iya disini mungkin lebih nyaman untuk memandang dan
mendengar suara bising pemuda yang sedang bertukar pikiran. Sesaat ketermenung
dalam kebisingan gubuk ini, tiba-tiba seorang berwajah cantik nan sexi
itu menghampiriku dia bertanya " mau pesan apa mas" hingga tiga kali
dia bertanya pada ku dan ku baru terbangun dari lamunan ku, lalu ku menjawab
"kopi hitam pahit mbak". Perempuan itu langsung pergi dan tak lama
pesananku datang, perempuan itu menyuguhkan kopi dengan senyuman manisnya.
Akupun spontan berkata " mbak jangan senyum terus, nanti kopi ini rasanya
manis, terkontaminasi senyum manis mbknya". Perumpuan itu tersenyum dan
berkata " aahh masnya bisa aja, iya udah mas kalo mau pahitlagi minumnya
sambil mengingat masa lalu hehehe". Lalu perempuan itu langsung pergi
melayani pelanggan yang lain meninggalkan bekas senyuman dalam secangkir kopi
yang saat ini kunikmati.
Malam semakin larut dalam
pancaran rembulan. Seteguk secangkir kopi kunikmati bersama sebatang rokok
dalam jepitan dua jari. Ku memandang jauh segerombolan pemuda yang sedang asik
membahas tentang ketuhanan, mereka saling melantangkan argumen-argumennya,
saling sanggah menyanggah satu sama lain. Dalam hati ku berkata "Mengapa
mereka mencari tahu siapa itu tuhan sedangkan mereka belum mengerti siapa
dirinya" ah sudahlah tak ada untunyq ku memikirkan mereka yang sedang asik
mencari tuhanNya. Tiba-tiba angin berhembus dingin, terasa merasuk hingga
ketulang. Suara itu datang berbisik kepada ku, "kenapa kamu tidak ikut
bergabung dikerumunan itu wahai pemuda". Akupun bingung dari mana asalnya
suara itu, lalu ku menjawab bisikan tuhan " tidak Tuhan ku, kenapa aku
harus ikut membicarakan ketuhananmu, disaat Engkau selalu hadir dalam setiap
hembus nafasku juga setiap langkahku. Akupun merasa tak sanggup untuk
menerka-nerka bagaimana wujudmu, sejarahmu juga darimana asalmu karena aku
percaya apa yang disampaikan utusan-Mu dan yang tertulis dalam kalam-Mu.
Apa mungkin aku bisa mencarimu dalam gubuk kecil ini dalam waktu semalam hanya
bermodal teori-teori yang kudapatkan dari buku yan kubaca. Merekapun takan
menemukan tuhan-Nya, karena mereka sendiri tidak mengerti siapa dirinya
sendiri. Suara itu menghilang lagi bak jalangkung berangkat tak dijemput,
pulang tak diantar. Jam terus berputar mengikuti porosnya, suara tuhan tak
datang lagi, tanpa ku sadari sebatang rokok terjapit dalam dua jari mati,
karena terlalu lama ku abaikan untuk menjawab pertanyaan tuhan. Kunyalakan lagi
rokok yang tinggal beberapa hisapan habis juga secangkir kopi yang mulai surut.
Kembali lagi ku termenung dan melamun karena kebosanan mulai hinggap di fikiran
ini.
Akhirnya Pandangan ini berganti
arah untuk menghilangkan kebosanan yang mulai hinggap. Pandanganku menyorot
pada segerombolan pemuda yang berada di kanan tempat ku. Segerombolan pemuda
yang wajahnya masih polos seperti baru mengenal dunia luar dan ada juga yang
terlihat sudah tua yang sudah banyak mengaungi lika-liku romansa dunia luar.
Merekapun sama seperti sekumpulan pemuda yang lagi mencari Tuhannya, tapi ada
yang aneh dengan segerombolan pemuda ini. Pemuda yang terlihat polos seakan
akan terhipnotis dengan kata kata yang dilontarkan temannya yang lebih tua dan
yang sedang asik untuk ceramah tanpa ada perdebatan argumen. Mungkin ini yang dinamakan
doktrinasi pemuda yang masih polos agar mereka mau bergabung di perkumpulanya
dan juga sebagai penerusnya (kader) biar perkumpulanya tetep exis. Hal ini
memang sudah tak asing lag istilah pengkaderan dalam sebuah perkumpulan pasti
selalu ada apalagi kalau sudah memasuki tahun ajaran baru, pasti mereka akan
saling berebutan mencari kader sebanyak banyaknya agar bisa menunjang kehidupan
organisasinya bahkan juga untuk merebutkan satu kursi di tempat itu.
Hasrat ini ingin sekali untuk
mendengarkan ceramah pemuda yang terlihat tua itu. Sedikit demi sedikit ku
mendekat ke tempat perkumpulan pemuda itu, berharap bisa mendengarkan
ceramahnya istilah kerennya sih kepo, akhirnya ku dalam posisi strategis untuk
mengkepoin pembicaraan mereka. Ku bakar lagi rokok yang tinggal sebatang sambil
membuka lebar lebar kuping untuk mendengarkan ceramah yang sedang berlangsung.
Pemuda (tua) itu bilang, jadi begini dek kamu harus ikut kakak di perkumpalan
ini agar jiwa kepemudaan mu bangkit lagi, disini (perkumpulan) kamu akan
mendapatkan segudang ilmu dan pengalaman jika kamu mau aktif. Kamu juga bisa
mendapat kenalan banyak kamu akan dilatih bagaimana menjadi seorang pemimpin,
kamu nantinya akan meneruskan perjuangan kakak. Kalau di perkumpulan yang lain
itu membuat sesat orang, jangan sampai kamu masuk diperkumpulan sebelah. Pemuda
(polos) itu hanya mengangguk saja seakan sudah mulai tertarik dengan apa yang
baru saja didengarkan seakan akan mereka enggan tuk bertanya pada pemuda tua
itu. Lalu pemuda (tua) itu bicara lagi : jadi kalau temen-temen ini minggu
depan gak ada kesibukan ayo ikut ke acara perkumpulan kaka, nanti disana kamu
akan dapat kenalan banyak juga akan dapat pengalaman bahkan pacar hehehe.
Pemuda (polos) hanya menjawab : siap kak, nanti saya ikut keacaranya. Ceramah
itupun berakhir dan merekapun melanjutkam bersenda gurau salng tertawa lepas
seakan tanpa beban untuk menghabiskan malam.
Tak terasa ku habiskan malam ini
hanya digubuk kecil nan ramai beragam pemuda-pemudi. Satu persatu pemuda itu
pergi dan gubuk mulai sepi hanya tinggal beberapa segerombolan pemuda. Akhirnya
ku putuskan untuk pergi dari tempat ini tak lupa membayar kopi dan dua batang
rokok ke penjual yang sexi dan bohai. Perlahan kaki ini melangkah pergi
menjahui tempat itu, menyusuri jalan sepi tanpa ada lalu lalang kendaraan.
Setengah perjalanan ku, terdengar bunyi lantang nan nyaring menyebut kebesaran
tuhannya, dari sebuah rumah nan megah tempat peleburan dosa, mereka bilang
rumah tuhan. Akhirnya kumelangkah menuju rumah tuhan untuk muhasabah diri pada-Nya.
Terasa sunyi nan sepi tempat ini hanya ada segelintir orang yang bersujud
pada-Mu dalam dinginnya subuh. Bahkan segrombolan pemuda yang seang berdebat
tentang ketuhanan di gubuk kecil tadi tak ku temui disini, mungkin mereka
sedang terlelap dalam hangatnya selimut tetangga. Dalam hati berkata apakah ini
yang dinamakan kids jaman now, pemuda
yang mencari tuhannya di gubuk kecil tapi tak pernah datang menemui
panggilanya, ah sudahah buat apa kumemikirkan semua itu hanya membuat ku berfikir
saja. Dan ku ingin pejamkan mata ini dan kurebahkan badan ini dirumah tuhan
berharap ku kan bertemu pada-Nya dalam mimpi ku. Dari pada ku hanya berbisik
padaNya dalam ilusi semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi