Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Bisikan Tuhan dalam Ilusi

Jumat, 24 November 2017
Oleh: T'moon
Semalam diperempatan jalan nan sepi itu ku berbisik pada tuhan. Aku berkata pada tuhan tentang mereka yang sedang bercumbu rayu, mengobral nafsu dalam remang remang lampu jalan. Nampkanya  tuhan pun malah bertanya pada ku, Mengapa aku tak mengikuti mereka? Apakah kau tak mencium bau kasturi tubuh mungil nan seksi wanita itu? Apakah kau tak mau menikmati kenikmatan surga di dunia nan fana ini? oh tuhan! bagaimana aku mau mencicipi tubuh yang Kau bilang seharum kasturi itu tuhan! jika ku mendekat, bau anyir tubuh wanita seksi itu menyengat bak bangkai manusia yang telah lama mati. Dan aroma tubuhnya enggan untuk kunikmati, karena aku bukanlah hewan yang selalu menikmati tubuh seksi itu. Menggairahkan saat nafsu datang mengebu ngebu. Bisikan tuhan perlahan lahan menghilang seakan terbawa semilir angin malam itu.

Lalu ku berjalan langkah demi langkah menyusuri jalanan sepi. Melewati mereka yang saling beradu birahi. Kemudian aku melihat gemerlap cahaya terang di sudut jalan. Iya gubuk kecil yang menjajakan beraneka ragam pengetahuan, dari masalah ketuhanan, politik, organisasi, sampai pengkaderan. Iya disini mungkin lebih nyaman untuk memandang dan mendengar suara bising pemuda yang sedang bertukar pikiran. Sesaat ketermenung dalam kebisingan gubuk  ini, tiba-tiba seorang berwajah cantik nan sexi itu menghampiriku dia bertanya " mau pesan apa mas" hingga tiga kali dia bertanya pada ku dan ku baru terbangun dari lamunan ku, lalu ku menjawab "kopi hitam pahit mbak". Perempuan itu langsung pergi dan tak lama pesananku datang, perempuan itu menyuguhkan kopi dengan senyuman manisnya. Akupun spontan berkata " mbak jangan senyum terus, nanti kopi ini rasanya manis, terkontaminasi senyum manis mbknya". Perumpuan itu tersenyum dan berkata " aahh masnya bisa aja, iya udah mas kalo mau pahitlagi minumnya sambil mengingat masa lalu hehehe". Lalu perempuan itu langsung pergi melayani pelanggan yang lain meninggalkan bekas senyuman dalam secangkir kopi yang saat ini kunikmati.

Malam semakin larut dalam pancaran rembulan. Seteguk secangkir kopi kunikmati bersama sebatang rokok dalam jepitan dua jari. Ku memandang jauh segerombolan pemuda yang sedang asik membahas tentang ketuhanan, mereka saling melantangkan argumen-argumennya, saling sanggah menyanggah satu sama lain. Dalam hati ku berkata "Mengapa mereka mencari tahu siapa itu tuhan sedangkan mereka belum mengerti siapa dirinya" ah sudahlah tak ada untunyq ku memikirkan mereka yang sedang asik mencari tuhanNya. Tiba-tiba angin berhembus dingin, terasa  merasuk hingga ketulang. Suara itu datang berbisik kepada ku, "kenapa kamu tidak ikut bergabung dikerumunan itu wahai pemuda". Akupun bingung dari mana asalnya suara itu, lalu ku menjawab bisikan tuhan " tidak Tuhan ku, kenapa aku harus ikut membicarakan ketuhananmu, disaat Engkau selalu hadir dalam setiap hembus nafasku juga setiap langkahku. Akupun merasa tak sanggup untuk menerka-nerka bagaimana wujudmu, sejarahmu juga darimana asalmu karena aku percaya apa yang disampaikan  utusan-Mu dan yang tertulis dalam kalam-Mu. Apa mungkin aku bisa mencarimu dalam gubuk kecil ini dalam waktu semalam hanya bermodal teori-teori yang kudapatkan dari buku yan kubaca. Merekapun takan menemukan tuhan-Nya, karena mereka sendiri tidak mengerti siapa dirinya sendiri. Suara itu menghilang lagi bak jalangkung berangkat tak dijemput, pulang tak diantar. Jam terus berputar mengikuti porosnya, suara tuhan tak datang lagi, tanpa ku sadari sebatang rokok terjapit dalam dua jari mati, karena terlalu lama ku abaikan untuk menjawab pertanyaan tuhan. Kunyalakan lagi rokok yang tinggal beberapa hisapan habis juga secangkir kopi yang mulai surut. Kembali lagi ku termenung dan melamun karena kebosanan mulai hinggap di fikiran ini.

Akhirnya Pandangan ini berganti arah untuk menghilangkan kebosanan yang mulai hinggap. Pandanganku menyorot pada segerombolan pemuda yang berada di kanan tempat ku. Segerombolan pemuda yang wajahnya masih polos seperti baru mengenal dunia luar dan ada juga yang terlihat sudah tua yang sudah banyak mengaungi lika-liku romansa dunia luar. Merekapun sama seperti sekumpulan pemuda yang lagi mencari Tuhannya, tapi ada yang aneh dengan segerombolan pemuda ini. Pemuda yang terlihat polos seakan akan terhipnotis dengan kata kata yang dilontarkan temannya yang lebih tua dan yang sedang asik untuk ceramah tanpa ada perdebatan argumen. Mungkin ini yang dinamakan doktrinasi pemuda yang masih polos agar mereka mau bergabung di perkumpulanya dan juga sebagai penerusnya (kader) biar perkumpulanya tetep exis. Hal ini memang sudah tak asing lag istilah pengkaderan dalam sebuah perkumpulan pasti selalu ada apalagi kalau sudah memasuki tahun ajaran baru, pasti mereka akan saling berebutan mencari kader sebanyak banyaknya agar bisa menunjang kehidupan organisasinya bahkan juga untuk merebutkan satu kursi di tempat itu.

Hasrat ini ingin sekali untuk mendengarkan ceramah pemuda yang terlihat tua itu. Sedikit demi sedikit ku mendekat ke tempat perkumpulan pemuda itu, berharap bisa mendengarkan ceramahnya istilah kerennya sih kepo, akhirnya ku dalam posisi strategis untuk mengkepoin pembicaraan mereka. Ku bakar lagi rokok yang tinggal sebatang sambil membuka lebar lebar kuping untuk mendengarkan ceramah yang sedang berlangsung. Pemuda (tua) itu bilang, jadi begini dek kamu harus ikut kakak di perkumpalan ini agar jiwa kepemudaan mu bangkit lagi, disini (perkumpulan) kamu akan mendapatkan segudang ilmu dan pengalaman jika kamu mau aktif. Kamu juga bisa mendapat kenalan banyak kamu akan dilatih bagaimana menjadi seorang pemimpin, kamu nantinya akan meneruskan perjuangan kakak. Kalau di perkumpulan yang lain itu membuat sesat orang, jangan sampai kamu masuk diperkumpulan sebelah. Pemuda (polos) itu hanya mengangguk saja seakan sudah mulai tertarik dengan apa yang baru saja didengarkan seakan akan mereka enggan tuk bertanya pada pemuda tua itu. Lalu pemuda (tua) itu bicara lagi : jadi kalau temen-temen ini minggu depan gak ada kesibukan ayo ikut ke acara perkumpulan kaka, nanti disana kamu akan dapat kenalan banyak juga akan dapat pengalaman bahkan pacar hehehe. Pemuda (polos) hanya menjawab : siap kak, nanti saya ikut keacaranya. Ceramah itupun berakhir dan merekapun melanjutkam bersenda gurau salng tertawa lepas seakan tanpa beban untuk menghabiskan malam.

Tak terasa ku habiskan malam ini hanya digubuk kecil nan ramai beragam pemuda-pemudi. Satu persatu pemuda itu pergi dan gubuk mulai sepi hanya tinggal beberapa segerombolan pemuda. Akhirnya ku putuskan untuk pergi dari tempat ini tak lupa membayar kopi dan dua batang rokok ke penjual yang sexi dan bohai. Perlahan kaki ini melangkah pergi menjahui tempat itu, menyusuri jalan sepi tanpa ada lalu lalang kendaraan. Setengah perjalanan ku, terdengar bunyi lantang nan nyaring menyebut kebesaran tuhannya, dari sebuah rumah nan megah tempat peleburan dosa, mereka bilang rumah tuhan. Akhirnya kumelangkah menuju rumah tuhan untuk muhasabah diri pada-Nya. Terasa sunyi nan sepi tempat ini hanya ada segelintir orang yang bersujud pada-Mu dalam dinginnya subuh. Bahkan segrombolan pemuda yang seang berdebat tentang ketuhanan di gubuk kecil tadi tak ku temui disini, mungkin mereka sedang terlelap dalam hangatnya selimut tetangga. Dalam hati berkata apakah ini yang dinamakan kids jaman now, pemuda yang mencari tuhannya di gubuk kecil tapi tak pernah datang menemui panggilanya, ah sudahah buat apa kumemikirkan semua itu hanya membuat ku berfikir saja. Dan ku ingin pejamkan mata ini dan kurebahkan badan ini dirumah tuhan berharap ku kan bertemu pada-Nya dalam mimpi ku. Dari pada ku hanya berbisik padaNya dalam ilusi semata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi