Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Ulah Seniman Gila

Selasa, 21 November 2017
Oleh: Aryo Gendeng.

“Hal yang dinanti-nanti telah tiba. Maaf sebelumya, saya terlalu tergesa-gesa untuk menyatakan hal ini kepada saudara-saudara. Saudara sebangsa tanah air, cepatlah bersembunyi! Sebab perang telah terjadi disudut-sudut. Ia! ternyata sudah dimulai saudara-saudara! Tahun lalu tepatnya sama di tempatku menyatakan ini, waktunya sama dengan hsekarang. dan permasaahannya sama dengan permasalahan yang akan terjadi ini! baiklah, langsung saja pada initinya. Sebab saya harus cepat mengabarkan pada saudara, kemudian lari dari atau harus cepat-cepat  bersembunyi. Percayalah, saudara adalah orang yang sedang dicari suaranya untuk mendukung mereka! Kalau saudara sampai tidak lari, maka saudara akan di introgasi hingga suara saudara didapatnya. Ayo saudara! Ayo bersembunyi sampai perang berakhir. Tapi,  di tempat persembunyian nanti saudara harus membaca geografi serta membandingkan antara satu dengan yang lain. Sehingga ketika saudara ditaya. kenapa saudara lari dari perang? Saudara bisa menjawab dengan jawaban ala politikus atau sastrawan yang sedang lari dari kejaran.

Baik saudara waktu saya tidak banyak! Saya harus pergi! Mereka sudah dekat!  Tempat ini juga akan dijadikan tempat perang! Jagan lupa sudara. ketika saudara mendengar suara mereka, suadara harus lari.  Kalau perlu.  ketika saudara mencium bau mereka, saudara harus menyingkir lalu bersembunyi di tempat yang aman.” begitulah kata anak muda yang berpakaian compang camping. Dia loncat ke atas bangku. Kemudian berorasi semacam orang kebingungan dan tergesa-gesa.  Selesai berorasi , anak muda itu turun dengan dengan tergesa-gesa. Kemudian berlari keluar warung semacam dikejar orang-orang.

Manusia yang berada diwarung itu melihatnya  dengan penuh dengan kebingungan. Aku juga bingung atas ulahnya yang tidak jelas itu. Setelah anak muda itu lenyap dari penglihatan, semua manusia yang berada di dalam warung itu menarik nafas panjang, kemudian mengeluarkan secara pelan-pelan.

Aku lebih memilih duduk. Kebetulan dipojok warung ada teman lama ku. namanya kopet. Dia sedang asik duduk sambil mengisap sebatang rokoknya. Nampanya hanya kopet yang tidak bingung dengan ulah anak muda itu.
“Pet. Sudah lama kamu di sini?” tanyaku. Kopet tersenyum lalu memukul pelan kursi di sampingnya.  Aku tanggap dengan hal itu. aku duduk di sebelahnya.

“Pet anak muda yang orasi di atas bangku tadi siapa ya pet?” tanyaku sambil mengambil rokok yang berada dalam bungkusan depan kopet. Rokok itu milik kopet. Aku hanya meminta satu batang.

“Kamu ingin tau apa maksud dari seniman barusan?” kopet tidak menjawabnya. Malah menanyakan balik kepadaku.aku mengangguk. Dia mengeluarkan HP androitnya. Kemudia memencet-mencet HP itu. lalu dengan tangan yang di senuyikandari manusia yang berada di warung itu Kopet menyodorkan padaku. ternyata ada  foto dua orang yang sedang tersenyum. Orang di dalam foto itu berpakai rapi. Nampak jelas sekali nomer di tengah kepala kedua orang itu.  Kebetulan foto itu setengah badan. Dan di bawahnya itu tertulis visi dan misi mereka. Aku sudah mulai menangkapnya.

“Coba kamu geser. Masih ada lagi kok.” Ucap kopet padaku. aku melakukan anjuran. Ternyata foto dengan tujuan dan maskud yang sama.

“PilPres di kampus kita sudah dekat. Kamu harus bersembunyi. Sesuai dengan anjuran seniman tadi. tapi jangan lupa memilih alias jangan sampai bersembunyi diwaktu pemilihan nanti.” ucap kopet degan nada santai. Lalu mengisap rokoknya kembali.

“Pa pet terima kasih atas informasinya.” Aku langsung menunduk kemudia memasukan kepalaku ke bawah bangku.

“Hei! Kamu sedang apa?” tanya kopet dengan nada mengeretak.

“Aku sedang bersembunnyi pet.” Jawabku singkat.

“Maksudnya bukan bersembunyi seperti itu. akan tetapi..” aku langsung keluar dari bawah bangku. Kemudian berdiri menyoroti kopet.

“Akan tetapi apa pet?” tanyaku penasaran.

“Sudah! Sudah! Kamu pasti tau ketika kamu memikirkannya nanti.”

“Mending kamu memesan kopi sana.” Ucap kopet padaku dengan nada yang santai. aku menuruti. Aku melankah ke mbak penjual kopi di warung itu. Habis memsan kopi aku kembali duduk dengan Kopet. Kemudia kami membahas tentang Pil Pres di kampus yang tidak bisa aku ceriatakan pada kalian. Ok.

Bangkalan 21/11/2017
 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi