Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

ILMU SEKOLAH YANG TAK TERPAKAI

Senin, 13 November 2017

Oleh: Aditya Rio Rahmansyah

Mantan Wartawan Radar Madura, Bangkalan.

Apa yang kita pikirkan tentang dunia akademik? Dunia yang selama ini menjadi suatu kebutuhan primer bagi setiap manusia zaman kontemporer saat ini. Lalu pernahkan kita berpikir apa tujuan akhir bagi kita sebagai produk-produk dunia akademik saat ini?
Dari situlah terbesit dalam hati sanubari, bahwa pada dasarnya ilmu yang kita peroleh dari setiap bangku sekolah memiliki suatu nilai keterkaitan. Mulai dari tahap SD, SMP, SMK, sampai pada perguruan tinggi seharusnya memiliki ilmu kaji yang berkaitan.
Satu kasus mengenai mengapa nilai budi pekerti luhur bagi orang yang memiliki keilmuan tinggal terkadang berbanding terbalik dengan nilai kualitas dirinya, contohnya jika kita amati siapa dalang dari setiap kasus korupsi? Apakah dari orang yang memiliki status pendidikan yang rendah apa yang punya status pendidikan yang tinggi? haa... biar kawan-kawan pembaca sajalah yang menilai.
Makin banyak saja insan yang memiliki kawasan tinggi namun ilmunya menjadi suatu nilai sampah yang dijadikan sebagai senjata bagi dirinya untuk membodohi satu dengan lainnya. Konteks memanusiakan manusia bagi setiap manusia intelektuil (red: terpelajar katanya)   hanya menjadi suatu isapan jempol belaka.
Lantas, apa sebanarnya yang harus di benahi dalam kasus sampah macam seperti ini? kasus bagi kenapa makin banyak saja manusia yang memiliki status pendidikan tinggi namun hanya untuk sekedar memahami nilai kesahajaan saja mereka tidak memiliki? Gila status menjadikan dirinya angkuh dan lupa untuk merunduk dan mengesampingkan nilai dan filosofi padi. Filosofi padi yang mengajarkan kita untuk semakin berisi semakin merunduk hanya di jadikan mereka sebagai nilai sastra saja tanpa harus di pahami secara mendalam.
Jadi bagaimana? Apa yang harus di benahi? Sepertinya hanya satu jawabannya. Kita kembali flashback kala masa SD dulu, apa yang diajarkan oleh guru kita? Tatakramah, Etika, dan menjadi pribadi yang santun sepertinya bisa menjadi suatu gebrakan mental dan kembali menjadi suatu konteks penyadaran bagi setiap kaum-kaum terpelajar untuk kembali sadar bahwa mental mereka semua sepertinya banyak yang sedang sakit.  

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi