Oleh:
Aditya Rio Rahmansyah
Mantan
Wartawan Radar Madura, Bangkalan.
Apa
yang kita pikirkan tentang dunia akademik? Dunia yang selama ini menjadi suatu
kebutuhan primer bagi setiap manusia zaman kontemporer saat ini. Lalu pernahkan
kita berpikir apa tujuan akhir bagi kita sebagai produk-produk dunia akademik
saat ini?
Dari
situlah terbesit dalam hati sanubari, bahwa pada dasarnya ilmu yang kita
peroleh dari setiap bangku sekolah memiliki suatu nilai keterkaitan. Mulai dari
tahap SD, SMP, SMK, sampai pada perguruan tinggi seharusnya memiliki ilmu kaji
yang berkaitan.
Satu
kasus mengenai mengapa nilai budi pekerti luhur bagi orang yang memiliki
keilmuan tinggal terkadang berbanding terbalik dengan nilai kualitas dirinya, contohnya jika kita amati siapa dalang dari setiap kasus korupsi? Apakah dari
orang yang memiliki status pendidikan yang rendah apa yang punya status
pendidikan yang tinggi? haa... biar kawan-kawan pembaca sajalah yang menilai.
Makin
banyak saja insan yang memiliki kawasan tinggi namun ilmunya menjadi suatu
nilai sampah yang dijadikan sebagai senjata bagi dirinya untuk membodohi satu
dengan lainnya. Konteks memanusiakan manusia bagi setiap manusia intelektuil (red: terpelajar katanya) hanya
menjadi suatu isapan jempol belaka.
Lantas,
apa sebanarnya yang harus di benahi dalam kasus sampah macam seperti ini? kasus
bagi kenapa makin banyak saja manusia yang memiliki status pendidikan tinggi
namun hanya untuk sekedar memahami nilai kesahajaan saja mereka tidak memiliki?
Gila status menjadikan dirinya angkuh dan lupa untuk merunduk dan
mengesampingkan nilai dan filosofi padi. Filosofi padi yang mengajarkan kita untuk
semakin berisi semakin merunduk hanya di jadikan mereka sebagai nilai sastra
saja tanpa harus di pahami secara mendalam.
Jadi
bagaimana? Apa yang harus di benahi? Sepertinya hanya satu jawabannya. Kita
kembali flashback kala masa SD dulu,
apa yang diajarkan oleh guru kita? Tatakramah, Etika, dan menjadi pribadi yang
santun sepertinya bisa menjadi suatu gebrakan mental dan kembali menjadi suatu
konteks penyadaran bagi setiap kaum-kaum terpelajar untuk kembali sadar bahwa
mental mereka semua sepertinya banyak yang sedang sakit.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi