Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

KAMPUSKU SANGAT MEWAH

Kamis, 16 November 2017

Oleh: Aryo Gendeng
Hidup Mahasiswa! Begitulah kaimat penyemangat mahasiswa ketika unjuk muka. Eh salah, maksdku unjuk rasa atau bisa di sebut Demo. Kalimat tersebut bukan diteriakan ketika ada Unjuk rasa, melainkan ketika ada acara, baik dalam kampus maupun luar kampus. Satu orang memandu di depan, kemudian beberapa orang mengikuti teriakan kata Hipdup Mahasiswa. Hidup Mahasiswa! Hidup Mahasiswa! Hidup Mahasiswa! Berarti bisa kita simpulkan bahwasannya ada dua waktu kalimat Hidup Mahasiswa itu diteriakan. Pertama waktu Demo. Kedua waktu acara seperti OSPEK, pelatihan, dan lain sebagainya.
Dari ulasan di atas, aku ingin bertanya. kapan kalimat Hidup Mahasiswa itu diucapkan? Hahaha. pasti sudah taukan jawabannya? Tenang saja itu hanya pertanyaan awal dan ringan sekali kok. Sekarang aku ingin bertanya lagi. Kapan Lahirnya kalimat Hidup Mahasiswa itu? Dan kapan kalimat Hidup Mahasiswa itu akan punah? Kenapa harus hidup mahasiswa? Kenapa tidak kalimat Hidup rakyat Jelata? Atau Hidup Pemuda Terlena?”, begitulah ucapan Gus Roihan sebelum membaca puisinya, para penonton tercengang. Sebenarnya aku juga tercengang. Tapi aku tak ingin ada orang yang tau tentang ketidak tauanku akan hal itu. Aku duduk tenang di tengah-tengah penonton. Dan Alhamdulillah penonton lainnya tidak memerhatikanku, para penonton sibuk memainkan HPnya. Aku mencoba lirik kecil penonton yang membuka HP itu, ternyata ada beberapa penonton yang membuka GOOGLE dan mengetik definisi dari kalimat Hidup Mahasiswa dan yang lainnya, ada yang memerhatikan Gus Roihan ada juga yang sibuk main ML. Melihat hal itu, aku langsung saja memperhatikan Gus Roihan, barangkali ia menjawab pertanyaan singkatnya, aku sangat menunnggu jawaban itu karena aku benar-benar ingin tau tentang hidup Mahasiswa. Sekitar 3 menit Gus Roihan diam di panggung. Kemudian ia membuka lembaran sebanyak 3 lembar. Hmmm, ternyata benar dugaanku Gus Roihan tidak menjawab pertanyaannya. Seperti biasa jika dia berdiri di panggunng, dia membaca puisi. Namun sebelum membaca puisi, Gus Roihan memberi wacana pertanyaan nyeleneh.
Aku Bukan Mahasiswa
Tapi aku Mahasiswa
Kalau kau menyebutku Mahasiswa, maka
Dugaanmu Benar.-
Tapi tidak menutup kemungkinan juga salah.
Kemahasiswaanku seperti rokok yang terhisap,
akulah arti Hidup Mahasiswa itu.-
Yang selalu mengikat waktu dengan IPK ku.
Yang tak Pernah puas angka itu.

Aku lah Mahasiswa. Yang kau sebut-sebut dalam kalimat Ketika kau unjuk Rasa.
Akulah Mahasiswa yang kau teriakan ketiaka ada acara. Yang-
Di sepeonsori oleh beberapa beberapa sponsor.

Akulah mahasiswa itu!
Kalau kau tidak percaya! Silahkan ubah kata aku di puisiku dengan kata Kamu.
Akulah mahasiswa! Copy paste adalah budayaku.
Debat adalah hobiku.
Malas adalah kebutuhanku.
AKULAH MAHASISWA. Yang selalu Berteriak HIDUP MAHASISWA!

Sambil bercingkrak dan joget tak karuan Gus Roihan membacakan puisi karyanya. Sewatu-sewaktu dalam pembacaan puisinya dia tertawa lepas seperti orang gila. Penonton terdiam. Hening. Tak ada suara. Mungkin kagum dengan pembacaan puisinya. yang jelas penonton bertepuk tangan. Tepuk tangan keras itu membuat aku juga ikut bertepuk meski tak tau maksud dari Gus Roihan. Gus Roihan tersenyum sinis. Dan mengangkat kedua tangannya. Dan seketika itu penonton diam.“hahaha. kalimat-kalimat yang ku ucapkan barusan bukan puisi. Aku hanya marah pada Mahasiswa Pemburu IPK. Kok kalian malah tepuk tangan! Jangan-jangan kalian takut di tuduh sebagai mahasiswa Pemburu IPK ya? Atau kalian takut dengan keritikan? Sehingga kalian bertepuk keras padaku. jangan takut! Aku bukan polisi yang @#$%%^&&&^%%$##%%%. Aku juga bukan politikus yang ***. Jadi kalian tidak perlu takut padaku. ok.”
“Ok.” Jawab penonton secara bersamaan. Gus Roihan tersenyum lebar. Kemudian tanpa salam dia turun dari panggung. Pertunjukan ini diadakan di gedung kesenian. Lebih tepatnya di kampus yang sangat terkenal di Madura. ya! kampus ini adalah kampusku. Namanya membumi se Madura. gedung kesenaiannya sangat besar sekali. Fasilitasnya sangat memadai. Bedrop dan segala macam lat pertunjukan terpasang dan tidak dilepas setelah usainya pertunjukan. Ada AC yang tidak akan membuat kamu gerah jiga menonton pertujukan di sini. Kalau tidak percaya, silahkan datang ke kampusku. Kalau sampean tidak tau tempatnya, kalian cukup bilang kampus di dekatnya kamal. Pasti orang yang kalian tanya mengerti, bahkan kalian diantarnya. Ya! Kampusku ini terkenal sangat murah, sarana-prasananya memadai, Bebas Koruptor, dan tidak ada Begal. Sebab polisi menjaga jalan-jalan di sekitar kampus sampai 24 jam penuh. Jadi para begal tidak punya kesmpatan untuk meminta sepeda motor. Jangankan meminta, mengintip saja tidak akan bisa. Kerenkan kampusku?
***
“Hei Aryo Gendeng. Kenepa kamu cengeng-cengeng dari tadi? heh! Aryo Gendeng. Ayolah kita akan membahas kegiatan kita selnjutnnya. Kita juga akan membahas tentang dana-dana yang masih belum cair! Hutang kita masih banyak! Heh! gendeng beneran anak ini!” sambil menggeratak lantang Samudro menendang pahaku. Aku terjatuh ke lantai. Orang-orang yang sedang ngopi di WDK tertawa saat melihat aku yang terjatuh.
“Kamu kok nendang aku Dro. Palang kamu itu! Dro, Dro!”
“Habisnya kamu sih melamun terus dari tadi! Coba bayangkan sudah setengah jam kamu itu melamun! Kamu itu melamun atau tidur sih?”
“oh. Ya ya ya. Maaf Dro. Aku sedang membayankan cewek cantik Menciumku. Cewek itu sangat cantik Dro.”

“Hahahaha. Dasar Aryo Gendeng. Benar-benar Gendeng. Ini nih, efek ditinggal nikah sama ceweknya. Hahahaha.” Orang-orang yang sedang ngopi di warung itu tertawa setelah Samudro mengucapkan kalimat aku di tinggal nikah sama Cewekku. Aduh-aduh. Aku serasa tidak punya wajah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi