Oleh: Aryo Gendeng
“Hidup
Mahasiswa! Begitulah kaimat penyemangat mahasiswa ketika unjuk muka. Eh
salah, maksdku unjuk rasa atau bisa di sebut Demo. Kalimat tersebut bukan
diteriakan ketika ada Unjuk rasa, melainkan ketika ada acara, baik dalam kampus
maupun luar kampus. Satu orang memandu di depan, kemudian beberapa orang
mengikuti teriakan kata Hipdup Mahasiswa.
Hidup Mahasiswa! Hidup Mahasiswa! Hidup
Mahasiswa! Berarti bisa kita simpulkan bahwasannya ada dua waktu kalimat Hidup Mahasiswa itu diteriakan. Pertama
waktu Demo. Kedua waktu acara seperti OSPEK, pelatihan, dan lain sebagainya.
Dari ulasan di atas, aku ingin bertanya. kapan
kalimat Hidup Mahasiswa itu
diucapkan? Hahaha. pasti sudah taukan jawabannya? Tenang saja itu hanya
pertanyaan awal dan ringan sekali kok. Sekarang aku ingin bertanya lagi. Kapan
Lahirnya kalimat Hidup Mahasiswa itu?
Dan kapan kalimat Hidup Mahasiswa itu
akan punah? Kenapa harus hidup mahasiswa?
Kenapa tidak kalimat Hidup rakyat Jelata?
Atau Hidup Pemuda Terlena?”, begitulah
ucapan Gus Roihan sebelum membaca puisinya, para penonton tercengang.
Sebenarnya aku juga tercengang. Tapi aku tak ingin ada orang yang tau tentang
ketidak tauanku akan hal itu. Aku duduk tenang di tengah-tengah penonton. Dan
Alhamdulillah penonton lainnya tidak memerhatikanku, para penonton sibuk
memainkan HPnya. Aku mencoba lirik kecil penonton yang membuka HP itu, ternyata
ada beberapa penonton yang membuka GOOGLE dan mengetik definisi dari kalimat Hidup Mahasiswa dan yang lainnya, ada
yang memerhatikan Gus Roihan ada juga yang sibuk main ML. Melihat hal itu,
aku langsung saja memperhatikan Gus Roihan, barangkali ia menjawab pertanyaan
singkatnya, aku sangat menunnggu jawaban itu karena aku benar-benar ingin tau
tentang hidup Mahasiswa. Sekitar 3 menit
Gus Roihan diam di panggung. Kemudian ia membuka lembaran sebanyak 3 lembar.
Hmmm, ternyata benar dugaanku Gus Roihan tidak menjawab pertanyaannya. Seperti
biasa jika dia berdiri di panggunng, dia membaca puisi. Namun sebelum membaca
puisi, Gus Roihan memberi wacana pertanyaan nyeleneh.
Aku Bukan Mahasiswa
Tapi aku Mahasiswa
Kalau kau menyebutku
Mahasiswa, maka
Dugaanmu Benar.-
Tapi tidak menutup
kemungkinan juga salah.
Kemahasiswaanku seperti
rokok yang terhisap,
akulah arti Hidup Mahasiswa itu.-
Yang selalu mengikat
waktu dengan IPK ku.
Yang tak Pernah puas
angka itu.
Aku lah Mahasiswa. Yang
kau sebut-sebut dalam kalimat Ketika kau unjuk Rasa.
Akulah Mahasiswa yang
kau teriakan ketiaka ada acara. Yang-
Di sepeonsori oleh
beberapa beberapa sponsor.
Akulah mahasiswa itu!
Kalau kau tidak
percaya! Silahkan ubah kata aku di puisiku dengan kata Kamu.
Akulah mahasiswa! Copy
paste adalah budayaku.
Debat adalah hobiku.
Malas adalah
kebutuhanku.
AKULAH MAHASISWA. Yang
selalu Berteriak HIDUP MAHASISWA!
Sambil
bercingkrak dan joget tak karuan Gus Roihan membacakan puisi karyanya.
Sewatu-sewaktu dalam pembacaan puisinya dia tertawa lepas seperti orang gila.
Penonton terdiam. Hening. Tak ada suara. Mungkin kagum dengan pembacaan
puisinya. yang jelas penonton bertepuk tangan. Tepuk tangan keras itu membuat
aku juga ikut bertepuk meski tak tau maksud dari Gus Roihan. Gus Roihan
tersenyum sinis. Dan mengangkat kedua tangannya. Dan seketika itu penonton
diam.“hahaha. kalimat-kalimat yang ku
ucapkan barusan bukan puisi. Aku hanya marah pada Mahasiswa Pemburu IPK. Kok
kalian malah tepuk tangan! Jangan-jangan kalian takut di tuduh sebagai
mahasiswa Pemburu IPK ya? Atau kalian takut dengan keritikan? Sehingga kalian
bertepuk keras padaku. jangan takut! Aku bukan polisi yang
@#$%%^&&&^%%$##%%%. Aku juga bukan politikus yang ***. Jadi kalian
tidak perlu takut padaku. ok.”
“Ok.” Jawab penonton
secara bersamaan. Gus Roihan tersenyum lebar. Kemudian tanpa salam dia turun
dari panggung. Pertunjukan ini diadakan di gedung kesenian. Lebih tepatnya di kampus
yang sangat terkenal di Madura. ya! kampus ini adalah kampusku. Namanya membumi
se Madura. gedung kesenaiannya sangat besar sekali. Fasilitasnya sangat
memadai. Bedrop dan segala macam lat pertunjukan terpasang dan tidak dilepas
setelah usainya pertunjukan. Ada AC yang tidak akan membuat kamu gerah jiga
menonton pertujukan di sini. Kalau tidak percaya, silahkan datang ke kampusku.
Kalau sampean tidak tau tempatnya, kalian cukup bilang kampus di dekatnya
kamal. Pasti orang yang kalian tanya mengerti, bahkan kalian diantarnya. Ya!
Kampusku ini terkenal sangat murah, sarana-prasananya memadai, Bebas Koruptor,
dan tidak ada Begal. Sebab polisi menjaga jalan-jalan di sekitar kampus sampai
24 jam penuh. Jadi para begal tidak punya kesmpatan untuk meminta sepeda motor.
Jangankan meminta, mengintip saja tidak akan bisa. Kerenkan kampusku?
***
“Hei Aryo Gendeng. Kenepa kamu
cengeng-cengeng dari tadi? heh! Aryo Gendeng. Ayolah kita akan membahas
kegiatan kita selnjutnnya. Kita juga akan membahas tentang dana-dana yang masih
belum cair! Hutang kita masih banyak! Heh! gendeng beneran anak ini!” sambil
menggeratak lantang Samudro menendang pahaku. Aku terjatuh ke lantai.
Orang-orang yang sedang ngopi di WDK tertawa saat melihat aku yang terjatuh.
“Kamu kok nendang aku Dro. Palang
kamu itu! Dro, Dro!”
“Habisnya kamu sih melamun terus dari
tadi! Coba bayangkan sudah setengah jam kamu itu melamun! Kamu itu melamun atau
tidur sih?”
“oh. Ya ya ya. Maaf Dro. Aku sedang
membayankan cewek cantik Menciumku. Cewek itu sangat cantik Dro.”
“Hahahaha. Dasar Aryo Gendeng.
Benar-benar Gendeng. Ini nih, efek ditinggal nikah sama ceweknya. Hahahaha.”
Orang-orang yang sedang ngopi di warung itu tertawa setelah Samudro mengucapkan
kalimat aku di tinggal nikah sama Cewekku. Aduh-aduh. Aku serasa tidak punya
wajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi