Oleh: Saudara Faidi Ansori
“Bung
Harto, jangan paksakan aku menjadi diktator dan aku bukan pelacur Ideologi”
Kemarin
aku bertemu dengan kadernya Bung Harto diwarung kopi Selter, Mantra, Kedai
Online, KPK, Pak Tua, Anime, dan warung kopi lainnya. Mereka aku ajak ngobrol
soal birokrasi dikampus ternyata mereka tetap doyan jabatan, bahkan mereka
sampai mengajakku untuk bergandengan untuk menjadi tim sukses biar pesta
demokrasi dimenangkan. Tapi aku tolak dengan bahasa “Aku tidak suka
dengan sikap Bung Harto yang diktator dan aku tak ingin mempelacuri Ideologi
hanya karena kekuasaan kelompok”, demikian jawaban yang aku hidangkan
terhadapnya.
Bung?
Aku benar-benar tidak suka sikap Bung Harto yang diktator dengan menjadikan
tertara sebagai benteng kekuasaannya, apakah kalian tidak suka juga padanya,
kalau memang tidak tunjukkanlah padaku dengan bukti-bukti bahwa kalian bukanlah
penerus sistem kediktatoran Bung Harto.
Bung?
Aku kemarin bertemu kamu diwarung kopi dan membicaran soal pesta demokrasi
dikampus, ternyata sikapmu tetap seperti tahun-tahun yang lalu, bahwa kampus
harus dikuasai oleh golonganmu dan tidak boleh ada golongan lain yang
menggantikan kekuasaan kita yang sudah terus-menerus berjalan. Ingatlah bung!
bahwa kampus itu bukan milikmu dan milikku tapi milik kita bersama, kalau kita
masih adu tanding hanya persoalan tidak punya pengikut, berarti kita harus
belajar lagi taktik strategi mengagitasi dan mempropaganda individu dan
kelompok ketika kita berkumpul diwaktu acara diruang AC dan diwarung-warung
Kopi. Dengarkanlah perkataanku Bung!, jangan sampai diantra kita berselisih
karena persolan masa, yang perlu kita benar-benar pelajari diwaktu sekarang
adalah Ideologi kita masing-masing dengan serius agar kehidupan tidak dihantui
hanya sebatas masa dan perebutan kekuasaan.
Bung?
Aku ingin menyapamu lagi untuk ketiga kalinya bahwa kampus kita tidak bisa
dibangun hanya dengan golonganmu saja dan golonganku saja. Kita harus berjiwa
gotong royong untuk kemaslahatan bersama, bukan karena ini atau itu atau bukan
karena warna ini atau warna itu.
Bung?
Ideologiku bukan untuk diperjual belikan seperti jual beli hp. Aku tidak bisa
menukarnya dengan kekuasaan yang ditunggangi kepentingan kelompok tertentu dan
melupakan kelompok lain yang sama-sama ingin membangun kampus untuk lebih maju
dimasa sekarang dan akan datang. Aku memang tidak mau lagi ditawarkan untuk
menjadi seperti harapanmu, apalagi mendukungmu serta golonganmu. Ideologiku
digali oleh bapakku untuk kemeslahatan semua golongan tanpa kenal batas.
Campakkanlah pesan-pesan ini bung, bahwa Ideologiku bukan diperuntukkan untuk
pemimpin golongan, bukan pula pemuka gerombolan, tapi Ideologi bapaku hanya
bisa dimiliki oleh pemimpin nasional dan pemimpin tersebut yang bisa diharapkan
bapakku dan diriku sebagai penganutnya.
Bung?
Kalau kita sudah sama-sama sadar untuk bekerja bersama-sama tanpa kenal batas
golongan maka sampaikanlah pesan ini kepada semua teman-teman kita biar mereka
tidak seperti seorang diktator-diktator besar dunia seperti yang kita pelajari
didalam tek-tek sejarah.
Jangan
marah ya Bung?, santai-santai aja sambil hisap rokok dan seruputlah kopinya
Bung. Karena setiap sesuatu ada hikmahnya untuk dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi