"Siapa
status yang paling tinggi di masyarakat? Kalau boleh saya jujur, yang paling
tinggi bukanlah Nabi, bukan ulama’, bukan sahabat, bukan raja, bukan syuhada’,
bukan kiyai, bukan pastur, bukan pendeta, bukan resi, bukan sufi, bukan ustad,
bukan orang tua, bukan profesor, bukan dosen, apalagi Mahasiswa. Yang paling
tinggi adalah Manusia, maka menjadi manusia itu lebih penting,” Bung Slenteng
Santai dulu
Cak, janganlah tegang, jangan marah, jangan keburu-buru. Pertama yang harus
kita lakukan, yaitu sabar, karena sabar adalah pangkal dimana kita akan
disayang Tuhan, kalau kita tidak sabar, tak disayang tuhan, jadi jelas kan?
Demikian ucap Ustad saya sewaktu ngaji kitab.
Yang pertama
harus kita lakukan sebelum ketema diatas, nyalakan dulu roknya dan hisap dengan
kesenangan hati. Ingat hanya bagi perokok, yang tidak ngerokok jangan
mengharam-haramkan yang ngerokok. Kedua, buat kopi dulu, kalau selesai baru
seruputlah, biar fres otaknya, tapi hanya bagi yang ngopi, kalau yang tidak,
gak usah menyalahkan yang ngopi, apalagi sampai apesoan pada sipenulis, sebab penulis sedang ngerokok dan ngopi
juga. Hahahaha.
Kini tiba saatnya saya harus menjelaskan apa
yang menjadi pengangkatan tema diatas “Siapa
Status Paling Tinggi Di Masyarakat”.
Sekarang pertanyaan saya, kalain pernah belajar agama Islam, Kristen, Katolik,
Bhuda, Hindu, Konghucu, atau apapun agama yang pernah kalain pelajari atau yang
kalian pelajari? Kalau kalian benar-benar belajar tolonglah jawab, tapi sik. Kalian harus belajar
sungguh-sungguh dulu, itu syarat utamanya. Insyallah kalau saya tidak salah didalam
ajaran dogma masing-masing diantara kita, masih mempercayai adanya Status Nabi-Nabi,
Sahabat, Anak Tuhan, Pastur, Pendeta, Resi dan semacamnya.
Jika saya diperbolehkan berbicara Islam, kebanyakan
umat Islam didalam mempercayai agama, mereka dikenalkan dan mengenal para Nabi
dan Rosul. Rosul yang wajib dipercayai ada 25. Begitu pula didalam ajaran agama
Kristen dan Katolik Status Nabi sangatlah penting keberadaannya. Didalam ajaran
agama Konghucu mereka banyak mengenal Nabi-nabi seperti Nabi Fu Xi, Huang Di,
Nabi Yao, Nabi Sun, Nabi Xia Yu, Nabi Wen dan Nabi yang lain. Didalam agama
Hindu ada banyak Kasta, diantaranya ada kasta Brahma yang terdiri dari para pendeta-pendeta,
ada kasta Kesatria, Kasta Waisya, dan lain-lain. Didalam Agama Bhuda kalau
tidak salah yang saya ketahui, untuk membantu orang mengalami pencerahan, yang
membantu adalah Sangha, Sangha ini adalah komunita para rahib. Ya begitulah
pengetahuan saya tentang Status didalam ajaran agama-agama dunia. Semua yang
saya sebutkan diatas adalah status penting
dan perlu kita ketahui agar mampu mengerti siapa sebenarnya mereka itu
didalam masyarakat.
Yang penting juga perlu kita tahu, siapakah
Ustad, Kiyai, Profesor, Doktorr, Dosen, Raja, Orang Tua, dan Mahasiswa didalam
Masyarakat dan seberapa kuatkah mereka?
Saya akui secara jujur, bahwa mereka sama-sama kuat didalam masyarakat.
Mereka punya status sendiri didalam kalangannya masing-masing.
lihatlah Kiyai, kalau dia berada disosial
kultur pondok pesantren kedudukan Statusnya bagaikan dewa, siapa yang tidak mau
takdim padanya, setiap ucapanya tak salah, walaupun terkadang pula banyak
salahnya. Tetapi saking takdim butanya para santri tanpa belajar dengan baik
dan benar, segala yang keluar dan yang dilakukan oleh Kiyainya dianggap wahyu
yang tak boleh dibantahkan. Ini banyak terjadi dikalangan pondok pesantren.
Kiyai adalah status tertinggi dipondok pesantren.
Ustad, hahahaha ini mungkin agak lucu, karena
status Ustad juga bermacam-macam. Ada Ustad karena dipaksa menjadi Ustad sebab
ada tugas dari Kiyainya, ada pula Ustad karena sering bersama Kiyai, ada juga Ustad
karena sering muncul ditelevisi. Nama Ustad juga mempunyai status tinggi
dimasyarakat. Biasanya para Ustad mengajar dimadrosah, di masjid-masjid, dan
yang sangat mungkin pula punya murid dan jamaah pengajian. Ya namanya manusia,
saya punya perspektif sendiri untuk menilai Status Ustad yang saya tulis ini.
Bagi saya nama Ustad terkadang hanya bergelar nama, namun kenyataannya sungguh
sangat miris bila kita ketahui yang sebenarnya. Maaf ini pengalaman saya yang
saya tahu selama bersama Ustad-ustad dan juga yang saya alami sendiri ketika
menjadi Ustad hahahahah, sebab itu Status Ustad sangatlah berat untuk dipunya,
karena Ustad mengemban moral yang perlu dilakukan dengan ikhlas sesuai tuntunan
Al-quran dan Hadis, ya masak Ustadnya ngerampok, pacaran, judian, mabukan,
zinahan, korupsian. Itu kan gak etis bagi seorang Ustad.
Sekarang saya memang menyediakan terhadap
kalian khusus untuk yang berstatus Dosen, Profesor, Doktor, dan Mahasiswa.
Cak, kalian pernah tahu dan pernah berhadapan
dengan Dosen, Prof, dan Doktor? Kalau memang iya, apa yang pernah kalian tahu
dan alami dari mereka, baik atau buruknya? Ya udah, jawab sendiri saja, gak
usah dikasih tahu sama saya, sebab saya juga gak bisa telepati dengan kalian
diwaktu sekarang, kapan-kapan saja lah. Simpan saja unek-unek itu. Sekarang
coba baca saja uraian pengalaman saya ketika saya bersama mereka. Dulu sekitar
tahun 2010 kalau gak keliru, saya pernah hadir seminar yang diisi oleh Profesor
dan juga berstatuskan Rektor. Namun sayang seribu kalisayang saya lupa nama Profesor
itu dan dari Universitas mana? tetapi ingatan saya insyaallah masih kuat atas
energi positif pembawaannya ketika beliau mengisi seminar diaula Gedung Block E
lantai paling atas Pondok Pesantren Banyuanyar. Rektor itu keren sekali,
cerdik, berilmu, dan mampu bahasanya dipahami oleh para santri termasuk saya
yang pada waktu itu menjadi santri di pondok pesantren Banyuanyar. Tetapi
ketika saya bertemu Profesor lain, mereka hanya bisa keren didalam teks dan
penilitian saja. Namun tidak keren didalam prilaku kesehariannya ketika
berdinas dikantor yang dia duduki. Waduh Prof seperti ini tidak perlu dicontoh
oleh kalian, sebab kalau dijadikan contoh akan hancurlah dunia ini hahahahaha.
Saya kira cukup kalau masalah Profesor,
sekarang bagaimana Status Doktorr dan Dosen dikampus-kampus. Selama saya
menjadi Mahasiswa di Universitas ternama dimadura, Kecamatan Kamal, sulit kiranya
saya dapati Doktor dan Dosen yang benar-benar bisa membimbing saya para
Mahasiswa untuk menjadi mahasiswa kreatif, inovatif, solutif, akademis, dan
organisatoris. Tetapi sebaliknya banyak diantara teman-teman saya dibangku
kuluaih yang otaknya banyak terisi dan tercuni dengan pekerjaan-pekerjaan yang
diluar dunia keilmuan dan pengetahuan. Banyak membuktikan bahwa teman-teman
saya dikampus dipenuhi dengan otak-otak pabrik dan perusahaan. Sekarang
pertanyaannya benarkah Status Dosen, katanya mendidik keilmuan dan pengetahuan
tetapi melahirkan anak-anak bangsa yang berjiwa pekerja alias pembantu atau lebih
kasarnya kalau sering saya sebutkan “Merupakan
budak-budak produksi”. Ya betul. Kanapa tidak saya harus jujur dengan
kondisi itu.
Dosen dan Doktor yang saya ketahui selama
ini. Sangatlah tidak sesuai dengan apa yang ada dibenak fikirkan sebelum kuliah.
Pemikiran masalalu seperti Dosen, Doktor, Profesor dengan layangan isu bahwa
mereka pinter-pinter. Namun sayang seribu kali sayang ternyata tidak sesuai
dengan apa yang dialami dan dirasakan setiap kali saya masuk kuliah. Ya apa
mungkin seorang pengajar tidak masuk matakuliah dengan seribu alasan ada
kesibukan, sakit karena proyek ini dan proyek itu, hahahaha maaf tidak
disengaja, terlanjur menyebutkannya. Tetapi memang benar kan? Hihihi. Ada
banyak pula Dosen yang telat masuk kelas sedangkan mahasiswanya disuruh nunggu
dan diberikan tugas. Saya kira yang sibuk dan yang lebih pintar adalah mahasiswa
bukanlah Dosen atau Doktor, cuma karena Starus Sosial para mahasiswa kalah perang
dimidan perkuliahan dengan Dosen. Waduh-waduh, ini bahaya demi kecerdasan
bangsa Indonesia kalau dikemudian hari setiap dosen seperti itu terus, celaka.
Kita harus adil sesama pelajar. Kita harus mempercayai tuhan dengan kaffah, bahwa tuhan maha adil, masak
dosen tidak mau mengeikuti tuhan yang maha adil. Jadi jikalau diantara kita
punya Status, maka pergunakanlah Status sosial untuk kebaikan bersama sebagaimana
tuhan menciptakan kita untuk bekerjasama. Kita tidak boleh lagi mengulangi
kesalahan dua kali bahkan berkali-kali dikemudian hari, dan jangan banyak
alasan untuk membenarkannya kalau itu betul butul salah. Karena apabila kita
berbicara Status Dosen dan Doktor diruang-ruang kuliah sangatlah berpengaruh
terhadap para mahasiswa. Kalau dosennya tidak tahu maka mahasiswanya akan lebih
daripada itu, kalau mahasiswanya bodoh maka jangan salahkan mahasiswanya saja,
tetapi dosennya juga. Dan perlu dingat untuk para mahasiswa, seperti apa yang
dikatakan Soe Hoe Gie “Guru bukan dewa
dan tak selamanya benar dan murid bukan kerbau” dan juga untuk para dosen,
Mahasiswa juga manusia yang sepantasnya diperlakukan sebagaimana manusia, bukan
mesin.
Wah maaf bapak ibu dosen, saya tidak
bermaksud demikian tetapi saya bermaksud mencari apa yang benar dan apa yang
salah diantara kita. Saya mencari esensi bukan eksistensi. Apabila saya salah,
mohon dicari kenapa saya harus salah dan bisa anda menegur selama tidak sesuai
dengan realitas yang anda alami. Maklumilah karena saya manusia dan bersifat
manusia. Jika saya dipukul maka sifat seorang manusia juga ingin memukul, jika
anda disindir maka pantas kiranya anda tersindir dan mau menyindir pula. Kalau
dengan tinta kita bisa marah maka jawablah dengan tinta juga kita harus marah.
Karena ini adalah bentuk keadilan.
Pendapat saya akan pengalaman yang selama ini
dirasa diruang-ruang kuliah tidaklah bernilai absolot, sebab masih ada dosen
yang saya kenal baik diruang kuliah dan diluar. Ya kerena itu indahnya Status
Manusia dimuka bumi, pastilah ada Kontoversi, ini tidak perlu dikelirukan. Saya
lebih mencintai manusia daripada Status yang baru dibuat manusia.
Membicarakan Prof, Doktor, dan Dosen saya
kira sudah cukup jelas dengan pekerjaannya. Sekarang siapa sebanarnya Mahasiswa
dan apa Status yang diemban. Benarkah mahasiswa itu adalah agen perubahan,
seorang manusia geneus, intelek, dan kontrol Masyarakat? Apakah itu benar-benar dimiliki para
mahasiswa? ataukah malah sebaliknya mayarakatlah yang memiliki itu semua? Persoalan
ini adalah persolan yang cukup berat utuk saya jawab. Namun semoga tidak salah
jika saya jawab soal-soal itu dengan pengalaman salama belajar dibangku kuliah
bersama Mahasiswa.
Mahasiswa merupakan kekuatan besar dimana
penjajah bisa ditaklukkan karenanya, rezim bisa terganggu sebab ulah-ulah
gerakannya dan Masyarakat mengapresiasikan ketika mahasiswa bergeraak progresif
demi masa depan bangsa. Mari kita melihat kemasa lampau, ambil contoh paduka
presiden Sukarno, beliau sejak berumur 20 tahun mampu menyusun sistem yang mampu
mengusir penjajah dari tanah “Bumi Ibu
Pertiwi”, dengan senjata ajaran Marhaenismenya. Kemudian menggali apa yang
ada di negeri Indonesia dan muncullah PANCASILA 1 juni 1945 serta disepakati sebagai
kelahiran Pancasila yang dipelopori oleh paduka Presiden Jokowi. Ingatlah
ketika umur 20 tahun Status Sukarno masih mahasiswa dan dia bisa berbuat besar
untuk Indonesia. Sukarno ketika itu kuliah d HBS kalau sekarang Institut
Tektologi Bandung (ITB). Kita coba lihat yang lain seperti Hatta, Sjahrir, dan
Tan Malaka, mereka sarjana-sarjana yang mampu membangun bangsa Indonesia menuju
perubahan kearah yang lebih maju, sampai sekarang kita rasakan hasilnya. Itulah
Fonding Father kita.
Diera sekitar 1965/1966 muncullah manusia
baru yang tak asing ditelinga para aktivis Mahasiswa, yaitu Soe Hoe Gie dan
Ahmad wahib, mereka berdua mampu memberi perubahan signifikan dan semangat baru
untuk pemuda dan masyarakat Indonesia sehingga tergulingkanlah Ir. sukarno dari
kursi kedudukannya. Sukarno pada waktu itu dianggap otoriter dikalangan
Mahasiswa terutama oleh Gie. Namun sayang seribu kali sayang sulit saya temui
Manusia-manusia baru dikalangan mahasiswa zaman Pos-Moderent ini yang seperti
Gie dan Wahib atau yang mendekati semangat perjuangannya menghadapi penguasa
yang serba ambur adur ini. Harap dimaklumi mungkin karena presiden bangsa kita
masih belum dicap otoreter dan diktator atau memang Mahasiswanya yang BANCI.
Kalau coba saya teliti dari diri sendiri,
terkadang malah lebih banyak malesnya untuk belajar dari pada ngopi. Sering
membuang waktu hanya untuk ngobrol tak bermakna, daripada membaca buku,
belajar, ngerjakan tugas, menulis, dan mendengarkan dosen diawaktu persentasi.
Inilah yang saya alami. Namun juga masih banyak mahasiswa yang berangkat dari
rumahnya dibekali uang saku tebal dan rekening dengan bermacam nama oleh orang
tuanya, tatapi kuliah ya gak kuliah, belajar ya gak belajar, nugas ya gak
nugas, ya pacaran betul pacaran. Aneh, ini mahasiswa macam apa? Otak
Materialisme meracuni mereka. Masuk kampus dikenalkan dan mengenal jabatan,
kekuasaan, biasiswa, pacaran, cafe, dan pakain. Harap dimaklumi jika kalian
menemukan Mahasiswa zaman Now ini. Karena mereka memang terbiasa dengan seperti
itu. Sulit kiranya saya melihat Mahasiswa zaman Now membawa buku, membaca,
berdiskusi, kajian, musyawarah, hadir seminar dan acara-acara organisasi, serta
hal-hal postif lainnya. Apa karena bekal mereka materi ataukah nafsu birahi
hahahaha. Maaf-maaf saya tidak bermaksud demikian. Namun ini jukup jelas dalam
kehidupan mahasiswa sekarang. Yang waras harus ngalah, katanya hihihihi.
Warung kopi dan Cafe dijadikan tempat
pertemuan hanya untuk internetan dan game-gamean. Apa pantas untuk kalangan
Satus tertinggi di masyarakat. Saya kira tidak cocok, memang benar kata adik
saya, mahasiswa sekarang merupakan “Gererasi
Menunduk”, menunduk bukan lagi baca buku, bukan baca kitab, tetapi baca status
dan saling chatingan dengan
teman-teman dan pacarnya. Sunggu terbaiknya mahasiswa zaman sekarang, aduh
keliru, sungguh terburuknya mahasiswa zaman sekarang hahahaha. Yang sangat miris sekali ketika saya tanyakan
“Kalau lulus entar apa yang akan kamu lakukan?” Dia menjawab “Ya, kerja mas?”, kerja apa?
“Ya pokoknya Saya lamar pekerjaan
dulu?”. Demikian jawaban teman saya ketika ditanya. Hahahaha, begitu sangat
miris keadaan zama ini. Jadi kalau seperti itu, buat apa kulaih mencari ilmu
jauh-jauh kalau kita tidak keluar dari zona perbudakan yang selama ini ada dan
mengental dinegara kita. Kalau kuliah hanya untuk bekerja menjadi budak, ya
ngapain kuliah. Jadi begini saja, saya punya adik dan teman-teman Mts dirumah,
mereka gak kuliah bahkan Mts-pun gak lulus, tetapi penghasilannya sebukan
lumayan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Dan ada juga anak didik saya di
Amperreh, Karang Anyar, Ketapang Sampang, dia bekerja di Samarinda, Kalimantan
dan Malaysia. Pekerjaannya dikebun kelapa sawit, ada juga pembantu rumah tangga.
Namun penghasilannya bisa membuat rumah, membeli seperda motor dan mobil,
pengahasilannya lumayan banyak. Ketika saya fikir-fikir anak yang gak lulus
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau SD bisa mengalahkan para mahasiswa dikampus saya
yang hanya bisa menghasilkan uang 1 bulan dengan jumlah 2 juta. Sungguh mirisnya jika yang ada diotak
Mahasiswa adalah pekerjaan pembudakan atau kalau kata teman saya “Budak-budak pabrik dan budak-budak
perusahaan”, saya bukan bermaksud menyinggung tetapi inilah kenyataannya
ketika saya bertanya pada teman-teman. Kebiasaan ini harus dirubah, sebab ini
tidak sejalan dengan apa sebanarnya tujuan kita kuliah. Yang tepat seperti apa?
Yaitu niat kita seharusnya mencari ilmu, ibadah, menghilangkan kebodohan untuk
mencapai kreatifitas dan punya jiwa usahawan. Mungkin ini saran, apabila gak
cocok ya, jangan dipaksakan. Namun fikirkan dulu kalau kalian tidak suka dengan
cara ini, sialahkan cari cara lain.
Orang tua merupakan Status tertinggi dalam
keluarga, jika orang tua mengatakan A
maka si anak seharusnya mengikuti apa yang dikatakannya tetapi jika tidak karena
keluar dari syariat agama kita masing-masing maka jawabannya tidaklah boleh
diikuti. Mari kita buka lebar-lebar kebenaran yang seharusnya kita cari. Ingat
kebenaran itu datangnya dari tuhan bukan dari siapapun bahkan orang tua. Yang
lebih berkuasa adalah sang pencipta, bukan yang diciptakan, orang tua itu bukan
pencipta. Jadi kita berhak ikut, berhak pula tidak, apabila tuhan melarang kita
berbuat zina tetapi orang tua kita menganjurkannya, janganlah kita ikuti,
berati berhak tidak terhadapnya. Kalau tuhan menyuruh kita bersilatur rahim dan
orang tua kita melarangnya berarti orang tua melanggar aturan tuhan. Perlu
diingat bahwa bukan siapa yang berbicara tetapi apa yang dibicarakan dan ini
yang salah kaprah. Banyak orang tua tak mau mengikuti apa yang disarankan oleh
anaknya yang tahu dari tuhan dan nabinya karena dianggap anak itu lahir
darinya. Banyak sikap raja yang menjelma dalam diri orang tua yang tak mau
diatur oleh rakyatnya (Anak). Namun tidak sedikit anak yang tidak patuh pada
orang tuanya sekalipun salah dalam hukum agama dan budaya sosial. Banyak
diantara orang tua dan anak yang bersikukuh pada prisnsip masing-masing dengan
buta. Ya bahasa anak mudaya gak mau kalah karena “Saya yang lebih tahu”. Sikap demikian tidak diperbolehkan oleh
tuhan, kitab, dan nabi.
Saya kira kita harus sama-sama dewasa untuk
mengahadapi kehidupan ini, kita sama-sama mencari apa yang benar bukan siapa
yang benar. Karena kebenaran ada pada diri kita masing-masing, bisa ada pada
saya, anda, kalian, mereka, atau siapapun. Jangan kita persoalkan yang benar.
Yang perlu kita benahi adalah pengakuan kebenaran kita masing-masing. Tetapi
saya katakan demikian bukan menyuruh si anak untuk membantah, mencela, melecehkan
dan perbuatan negatif lainnya. Namun saya bermaksud kita harus bijaksana dalam
melakukan semua hal.
Sekarang sudah sampai maksud sebenarnya yang
saya tulis mulai dari pragraf paling atas serta maksud tema “Siapa Status
Paling Tinggi Di Masyarakat Itu”. Nabi, ulama’, sahabat- sahabat, raja,
syuhada’, kiyai, ustad, pastur, pendeta, resi, sufi, orang tua, profesor,
dosen, mahasiswa. Semuanya itu adalah statusnya adalah Manusia bukan malaikat,
bukan syaiton, bukan pula tuhan dan dewa. Mereka semua, jika kita ketahui dengan
teliti kenapa mereka dipilih sebagai satus tertinggi diantara yang lain, jawaban seder hananya karena itu merupakan
kepanjangan tangan tuhan.
Tuhan punya kepanjangan tangan dibumi untuk
menyebarkan kebenaran keberadaannya. Kita coba ambil contoh Para nabi dan rosul
didalam agama Islam. 25 Nabi dan Rosul adalah manusia pilihan tuhan yang
diperintah oleh Allah Swt. Untuk menyebarkan syariat, thariat, hakikat, dan
makrifat tuhan untuk semua makhluk ciptannya dibumi. Para Nabi menyuruh yang
makruf dan mencegah yang mungkar. Karena nabi manusia maka dengan alasan status
Manusia tuhan mimilih nabi sebagai staus tertinggi diantara ciptaan yang lain.
Coba kita baca Buku “Mengilmiahkan
Tauhid” Karya Bamar Eska, yang diterbitkan CV. Bintang Pelajar. Gresik di
halaman 51/56. Dalam buku tersebut dijelaskan “Allah berkuasa menunjuk manusia tertentu menjadi nabi”, jadi kita
dapat memahami bahwa hanya manusialah yang dipilih oleh Allah sebagai status
tertinggi di bumi, dan manusia tertentu itu bernamakan Nabi, ingat, Nabi itu
manusia. Manusia mempunyai akal yang mampu tahu apa yang baik baginya dan apa
yang tidak baginya. Seharusnya manusia mampu meneliti dan milihat dampak
positif atau negatif yang akan menimpa seorang diri. Maka karena Status manusia
kita dapat menilai segala apapun yang ada dimuka bumi.
Kiyai, Ustad, Dosen, Profesor, Pendeta,
Pastur, Sufi, Mahasiswa mereka semua dipilah oleh ruang sosialnya bukan karena
dia berkelamin malaikat, atau hewan tetapi karena statusnya sebagai manusia.
Namun masih banyak diantara mereka keluar dari jalur kemanusian. Banyak
diantara mereka malah milih sendiri seperti hewan bahkan melebihi. Status gelar
akan percuma jika tidak menjadi manusia sebagiamana sifat manusia seharusnya.
Jadi sangatlah jelas, bahwa pangkal Status
kelas yang saya sebutkan semuanya karena dilatarbelakangi hakikatnya sebagai
Manusia. Kita tak perlu memperdebatkan hal ini keruang-ruang diskusi dan
kertas. mulai dari sekarang kita harus menjadi manusia sejati, yang kiyai,
ustad, pastur, pendeta, profesor, dosen, doktor, Mahasiswa dan yang menyandang
status lain. Perlu kiranya kita benahi kekeliruan, biar status tertinggi kita
sebagai manusia mendorong status lainnya yang selama ini kita bangga-banggakan.
Kalau kita benar-benar menjadi manusia sejati, saya yakin kita tidak akan perlu
dengan status baru itu. Baik yang profesor, ustad, pendeta, sufi, dan lainnya.
Saya kira cukup disini saja karena tangan ini
tak sanggup untuk meneruskan.
Terimakasih anda sudah membaca. Kalau anda
gemes, silahkan koment dan anggaplah tulisan ini gawur, ya karena memang disengaja ngawur hahahaha, tolong balas dikomentar.
Hadanallah Waiyyakum Summassalamu Alaiku Warah
Matullahi Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi