Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

NIKMAT-NIKMAT GELI

Minggu, 14 Januari 2018
Oleh: Rochman Ali Putra
Ketua Umum Organda Ikatan Mahasiswa Pasuruan (IMAPAS)

Semua orang tahu bahwa ngerokok itu nikmat. Kepulan nikotin yang dihasilkan dari batang kretek serta bara api di ujungnya, ditambah paduan air panas, bubuk kopi dan gula pasir dengan takaran yang cukup, dan dituangkan kedalam satu cangkir cantik merupakan kenikmatan tersendiri bagi penikmat kopi dan rokok .

Kenikmatan rokok dan kopi hanya bisa dirasakan oleh orang yang memang benar-benar pecandu. Yang tidak terbiasa dengan tradisi itu pasti merasakan rasa lain yang tidak enak. Namun kita tidaklah boleh saling memaksa. Kalau yang tidak suka ngerokok dan ngopi cukuplah dengan air putih saja, atau teh, atau apapun yang lain, asal jangan miras, sebab yang satu ini dalam ajaran semua kitab agama manapun sangatlah dilarang. Pancasila pun menegaskan demikian (wkwkwakwak)-Intermezo saja, gak usah kalian mengerutkan dahi, nanti tuhan kalian Marah loh.

Jika anda tersinggung membaca tulisan gak serius ini. Saya sarankan: Ambil Wudhu’ dan banyaklah membaca Istighfar. Kalau kalian masih berkenan melanjutkan tulisan iseng ini dan sudah lari karakter kesetanan kalian. Dan juga kalian dapat memastikan sudah mempunyai iman yang kuat. Maka lanjutkan dengan sepenuh hati dan gak usah merasa tersinggung.

Jika ada seribu orang yang tidak suka dangdutan, pastikan salah satunya adalah saya. Karena menurut saya, dari pada mendengarkan musik dangdut, mendingan dengerin shalawatan, mutsabaqohan, dan tadarusan. Dangdut menurut saya sangat un-faidah dan itu merupakan bagian dari kemunafikan walaupun toh saya juga kadang munafik. Buktinya, akhir-akhir ini saya malah juga tertarik pada musik dangdut, terlebih ketika nyanyian Artis Muda yang sedang naik daun saat ini ‘katanya sih’ yaitu Via Vallen.

Lagu dangdut dalam persepektif penikmat yang baru tahu ini, seperti saya terkadang merasa aneh, ketika mendengar goyangan nada yang dibawakan Via Vallen yang saya sebutkan seorang yang naik daun dipragraf atas. Jangankan bertatap mata, lihat fotonya saja saya tak tahu seperti apa, tapi rasa saya telah jatuh cinta pada ‘suaranya’. Maklumilah saya merupakan penikmat lagu dangdut yang baru kenal terutama sosok Vallen. Jika saya penasaran pada sosok Via Vallen seperti kelakuannya yang sebenar-benarnya sungguhlah wajar. Bahkan sampai-sampai saya sempat membayangkan seorang Via Vallen sedang berada di balik kelambu tempat saya sholat dengan nada yang lamban nan sayu serta alunan pola yang tersayat-sayat, lalu membaca dengan tuntas Surah Ar-Rahman dengan suara emasnya, suara yang persis ketika ia melantunkann lagu yang berjudul “SAYANG” di atas panggung OM SERA. Itu hanyalah bayangan sewaktu saya mengingatnya. Hahaha, maaf sampai terbayang-bayang. Maklum soalnya baru tahu lagu dangdutan.

Nikmat-nikmat geli saya membayangkan wanita dangdut itu. Walaupun itu betul-betul terjadi, saya masih berkeyakinan tidak mungkin juga ia lakukan ditempat biasa saya sholat. Kalaupun ia benar-benar membaca surah Ar-Rahman paling juga ia akan jual hasil rekamannya untuk ia tukar dengan kulit pisang dari pada membeli tunas pisangnya untuk ia tanam.

Terlepas soal Via Vallen dan Dangdut, kurang lebih 2 bulan ini saya bisa mengisi liburan dengan kegiatan penuh di rumah, ya sambil melupakan segala kemunafikan yang telah saya nikmati selama satu tahun terakhir di kampus tercinta, yaitu kampus ternama di madura UTM atau lebih terkenalnya dengan sebutan kampus Trunojoyo.

Perasaan jengah karena selalu mendengar dakwah-dakwah manusia munafik dikampus juga wejengan, sastra, puisi, dan lain-lain yang saya rasa terlalu sangat dipaksakan biar dikatakan keren oleh pendengar sejatinya.

Dilain waktu pernah saya mendapat kritikan akan tulisan saya di akun FB. Tulisan itu saya sadari memang terlalu kasar dan tajam. Namun kritikan tersebut saya alihfungsikan sebagai bahan bakar untuk kemudian dalam kesempatan tulisan berikutnya.

Keindahan bahasa dalam penulisan sastra dan lainnya cenderung tidak saya pakai dalam gaya tulisan ini, karena saya menulis bukan untuk dijual. Namun aneh saja ketika ada orang yang rela menukar Idealismenya dengan sepeser uang kertas. Dan yang lebih aneh lagi orang yang membelinya ‘Hayooo, siapa sekarang yang sedang berpolitik jual beli daging itik. Ooo maaf salah, daging sapi maksudnya’ tapi tak jadi masalah. Saya tidak sakit hati loh, sebab bagi saya ketika anda berkhianat itu sudah biasa, yang luar biasa ketika anda tidak berhianat, hehehehehe. Dan kalau boleh saya ingatkan, itu IDEALISME men, bukan gorengan, juga bukan bungkusan filter, karena seorang produsen tidak menjual IDE-nya dengan harga eceran. Bayangkan saja ketika pemilik perusahaan rokok menjual resep rokok sama dengan harga perbungkus rokok ke setiap orang, wakwakwak, gile lu ndro’
*****
Peran Mahasiswa memang mulai terasa apik ketika pasca tragedi runtuhnya kekuasaan Rezim Suharto tahun 1998. Sehingga sampai saat ini dengan adanya sejarah yang telah Mahasiswa goreskan  diera 1998 membuat para generasi kita berbusung dada dengan adanya pertanyaan “siapa ditatanan masyarakat Indonesia yang paling ditakuti?”, maka jawaban mereka pastilah muncul kata “KAMI” (bagi mahasiswa). Pertanyaan berikutnya menyusul “Loh kenapa kok bisa kalian?” jawabnya pasti “Karena saya Mahasiswa”. Demikian tukas puas Mahasiswa sambil ketawa terbahak-bahak.

Dari dialog tersebut saya mencoba menarik kesimpulan yang konyol “jika Hakim sebagai Wakil Tuhan di dunia, maka Mahasiswa adalah sekutu Tuhan di dunia”. Percaya atau tidak percaya terserah kalian soal kekonyolan perkataan saya itu. Namun yang pasti anda juga mengamini dengan adanya gelar ‘mahasiswa’ yang merupakan suatu subjek selain Tuhan yang memakai gelar “MAHA” di depan namanya. Oleh karena itu, saya tidak pernah mengakui diri sebagai Mahasiswa Hukum, walaupun saya Mahasiswa Hukum atau Pelajar Hukum. Hehehehe.

Ke-idealisan Mahasiswa diera keterbelakan memang patut diajungi jempol. Mereka mampu menurunkan seseorang setingkat presiden dari Altar kekuasaannya, bahkan mereka juga berhasil meninabobokkan para penerusnya (Mahasiswa Jaman Now). Jangankan demo presiden, unjukrasa Toilet pun masih lenggak lenggok dan selalu berada pada garda terdepan ketika ada pembagian uang beasiswa, hahahah, hehehe.

Ohhh,,,,Via Vallen, Suaramu bagai Emas 24 karat, sayang kalau hanya engkau tukar dengan se-KIJANG kulit Pisang, hehehehehe.

Cangkir dan bungkus filter sudah kosong, tulisanpun terpaksa saya cukupkan. Maaf apabila kalian kurang puas dengan materi stand up komedi ini.

PASURUAN,
Selasa. 09 Januari 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi