Kata sudah tak mampu mewakili airmata para jelata.
para pejuang bersujud
di kaki partai. Kabar buruk sudah dimimpikan para bayi.
Sedang aktivis benyak mengasingkan kejujuran.-
Yang ada para birokrasi lupa, bahwa rakyat tak lagi
memandang. Sebab wacananya menggemuruh tanpa hujan.
Ibu ku berkata “Berhentilah berjuang, kalau hanya mejadi wacana belaka.” Aku membisu. Sebab aku tau, kalau Kejadian buruk semakin larut. kemudian berujung tentang perut. Aku tau, bahwa kemiskinan dan airmata hanya menjadi bahan dialaog untuk unjuk diri agar terbukti siapa yang paling hebat dalam berdebat.
Ibu ku berkata “Berhentilah berjuang, kalau hanya mejadi wacana belaka.” Aku membisu. Sebab aku tau, kalau Kejadian buruk semakin larut. kemudian berujung tentang perut. Aku tau, bahwa kemiskinan dan airmata hanya menjadi bahan dialaog untuk unjuk diri agar terbukti siapa yang paling hebat dalam berdebat.
Bapakku berkata, “berhentilah bersair! Kalau hanya bersair tentang gadisnya.” Aku tercengang. Sebab sair-sair sekarang telah lupa pada siapa yang mampu menjadiakan sajak bagai mutiara dunia.-
Dan sekarang aku bertanya kepada para seniman dan pejuang!
Dimanakah taring yang meneduhkan masyarakat?
Dimanakah Awungan yang mampu
meruntuhkan langit serta meratkan bumi bagi para penjahat yang terlindungi?
Dimanakah manusia yang telah mengabarkan bahwa-
ia mampu menampung airmata?-
-padamu
aku bertanya.
-yang lupa akan pusaka leluhurnya.
-yang lupa akan pusaka leluhurnya.
Bangkalan
2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi