Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Bumi Merah Putih

Minggu, 25 Maret 2018
Oleh: Aryo Gendeng
Aktifis PANCAWARNA

Salam Sejahtera untuk kita semua!

Saudaraku yang sedang berbahagia dimana pun kalian berada. Tidak tau harus dimulai dari mana tulisan ini. Kebingung dalam penyajian pun meringkus batinku. Cerpen atau puisikah yang tepat untuk informasi seperti ini. Maka dari itu saya memohon dengan sangat kepada para pembaca, agar tidak menyebarkan tulisan ini hanya secara tulis saja. melainkan  beribu pengharap kepada saudara-saudara, agar menceritakan tentang ulasan dalam tulisan ini dengan pembicaraan. Ceritakanlah inti sari tulisan ini pada keluarga, sanak famili, serta teman dekat saudara.

Saudara yang budiman. Saya yakin saudara pasti sudah tau berita tentang SMAN 1 Torjun. Bumi belahan mana yang tidak tau jika diingat-ingat kembali. Belum usai bencana siswa diduga membunuh gurunya, sekarang lagi menyebar video kepala sekolah ditantang duel oleh siswa SMP. Saudara-saudara, kebingung sudah di depan mata. Tapi tak seorang pun memberi solusi tentang kasus ini. Tidak, saudara! Maksudnya bukan kasus SMA 1 Torjun yang tercemar. Melainkan tentang merosotnya moral di Tanah pusaka, yang salah satunya terjadi di SMAN 1 Torjun. Jika dilihat secara faktual, banyak buku-buku tentang teori belajar dan pembelajaran  terbit hingga meledak dimana-mana. Tapi keadaan moral generasi bangsa semakin berkurang. Apakah ada yang salah dari teori-teori tersebut?  Atau, kita yang yang tidak siap menerima konsep pembaharuan dari buku-buku itu? Banyak manusia-manusia yang belajar tentang kritik sastra di bumi pusaka merah putih ini. akan tetapi banyak filem yang bukan kadar kemampuan SDM tanah merah putih ini. Saudara-saudara! Ini buku-buku serta filem-filemkah yang gila? Atau kita yang yang tidak mau membaca? Atau para pengajak membacakah yang terlalu memaksa?

Ada beberapa konsepan keren dalam teori-teori belajar dan pembelajaran. Toeri dalam buku Ratna Willi Dahlan misalnya. Dalam bukunya ada teori tentang pengaturan diri. Yakni mencangkup manusia menjadi pengamat prilaku sendiri, kemudian mempertimbangkan prilaku itu  dengan kereteria sendiri, hingga pada pemberian hukuman diri sendiri. Sangat luar biasa konsepan tersebut, saudara . Tentu dapat di tebak, bahwa Ratna W. D. ini pernah bergelut di bidang Psikologi. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan yang ditulis itu.

Selain Ratna, ada Drs. Selameto. Dalam bukunya terulas tentang pengaruh dalam belajar.  Jelas dalam bukunya yang berjudul “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi” di halaman 26, yakni berisi tentang dorongan kognitf, harga diri, kebutuhan berilifas, serta penerapan di sekolah. Teori ini sangat luar biasa untuk di terapkan, saudara. Namun bila boleh bertanya, apakah teori ini mempu membuat anak-anak bangsa bagian plosok jatuh cinta pada teori ini? Mungkin, bagi saudara yang suka membaca akan menjawab iya. Dan tidak menutup kemungkinan pula, bagi saudara yang senang berdialog langsung dengan anak-anak bangsa akan mengatakan tidak. Mari kita kembali ke masa lampau. Kembali pada zaman nenek moyang kita belajar pada waktu itu. Nenek moyang kita belajar itu, dari contoh tingkah yang nyata. jadi cara belajarnya langsung pada bukti prilaku baik. Jika saudara tidak percaya, silahkan bertanya pada orang tua yang saudara kenal.

Saudara juga ingin tau kenapa para guru sekarang enggan dihormati oleh siswanya? Tentu sudah jelas, Bahwa, berlakunya undang-undang yang tidak membolehkan penanganan keras pada siswa adalah salah satu sebabnya. Kemudian kesaktian-kesaktian para guru sekarang tidak dapat di buktikan. Kesaktian yang dimaksud adalah Kelakuan Elok Selalu Ada dan Keiklasan Terus diajarI dalam setiap perjalanAN.

Ketika diingat-ingat ternyata tidak sedikit guru yang mencabuli siswanya. Hal tersebut bukan dikarenakan guru tidak mendapat ilmu tentang moral serta filsafatnya dalam perkuliahan. Bahkan kalau boleh beranggapan, mayoritas guru-guru itu banyak melahap buku-buku. Namun banyak manusia bumi merah putih kalangan ke bawah masih bertanya, kenapa para guru atau para pendidik enggan dihormati? Atau, apakah selama menempuh kuliah, guru itu lebih benyak melangkah ke percintaan dari pada keilmuan? Kenapa siswa lebih hormat kepada ustad? Saudara yang budiman. Jangan sekali-kali saudara menjawab pertanyaan. Sebab jika saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, takutnya saudara serta orang yang memberi wacana seperti ini dianggap teroris.
Saya bukan tidak sepakat pada konsep UU yang tidak membolehkan memukul siswa. bahkan kekaguman perlu diberibu tepukkan pada UU tersebut. Akan tetapi saya juga bukan tidak seteju bila siswa di pukul.

Kita tidak boleh menyalahkan manusia yang memberlakukan UU tidak membolehkan berlaku keras pada siswa. Akan tetapi, perlu mempertimbangkan bila tidak membolehkan guru untuk memukul siswanya. Yang penting ala kadarnya saja. Sesuai dengan kemampuan SBM bumi merah putih ini.
Dan jika boleh membuka rahasia, Manusia di pertiwi ini rindu dengan ajaran-ajaran moral yang pernah diterapkan oleh nenek moyang kita. Seperti Ki Hajar Dewantoro, Sukarno, serta para guru yang sangat luar biasa sungbangsihnya.

Saudara-saudara, orang yang menulis tulisan ini, bukan orang yang paling suci! Bukan kritikus! Bukan pengamat! Bukan penulis! Akan tetapi satu sampah yang ingin berproses menjadi pupuk, agar bermanfaat bagi Bumi Merah Putih. Dan dengan rendah hati kepada saudara berharap, agar tidak menyebarkan informasi ini dengan membagikan tulisan saja. Beribu terimakasih akan tersampaikan pada saudara, Apabila sudah bercerita secara lisan pada keluarga serta teman dekat.

Sebagai bumbu mutiara dalam hidup. Izinkan informai ini ditutup dengan kalimat yang dikutip di kitab La-tazhan. Yakni, Sesungguhnya yang patut disalahkan adalah kesalahan itu sendiri, dan sesungguhnya yang patut dibenarkan adalah kebenaran itu sendiri.
Sekian.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi