Oleh: Islamudin (T'moon)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura (UTM)
Angin sore kehilangan arah dalam
mengarungi bahtera kehidupan. Kesana kemari berputar putar tak menentu mencari
hkakikat keyakinan dalam jiwa. Yang terlalu lama tak ia temukan
dalam pengembaraanya. Namun itu tak membuatnya patah arang untuk tetap terus
mengembara mengarungi kerasnya jalanan. Dia terus berusaha tanpa berhenti berhembus
dari tempat ini ketempat yang lain.
Dia terus menyusuri di semua penjuru
dunia, sehingga akhirnya dia melihat warna warni indah berseri. Iya itu
pelangi namanya, mungkin dari dia ku temukan apa yang ku cari selama ini. Angin pun bertanya pada pelangi yang perlahan memudar.
"Dimana
keyakinannya berada?"
Pelangipun tak tau jawabanya, kalaupun dia tau keberadaan
keyakinannya dia tak akan menghilang dari sorot mereka yang sedang asik
menikmati keindahanya. Angin pun berhembus meninggalkan pelangi yang perlahan
hilang pudar.
Angin berhembus dengan perasaan
gundah gulana akan keyakinan yang tak kunjung ia temukan. Dia terus mengelana
ke setiap penjuru dunia, untuk mengobati rasa penasarannya terhadap hakikat
dari keyakinannya. Lalu dia menghentikan hembusannya saat dia bertemu dengan
rumput yang bergoyang menikmati senja di kala sore itu. Angin pun bertanya pada
rumput.
“Hei rumput !
apakah kau mengerti dimana letaknya keyakinan itu?”
Rumput menjawabnya
“Wahai angin kenapa kau menanyakan hal itu padaku! Apakah dari dahulu kau tak mengerti
akan keyakinanmu? Padahal kau telah mengembara begitu lama, mengelilingi penjuru dunia,
menghempas kesana kemari, bahkan tubuhku pun kau hempas. Tapi
kau masih tidak mengerti akan keyakinan itu sendiri”
Angin pun berkata pada rumput.
“Hei rumput,
kau tau kenapa aku selalu mengembara mengelilingi dunia ini, terhempas kesana
kemari, bahkan kadang ku terlalu kencang berhembus, sehingga banyak kejadian
yang memilukan dan membuat banyak tetesan air mata karena hembusan ku. Semua
itu ku lakukan karena aku ingin mengetahui apa itu keyakinan”
Rumput diam sambil mendengarkan angin
bercerita. Diam sejenak lalu dia berkata.
“Hei angin,
kau ingin mengetahui apa itu keyakinan? Keyakinan itu sesuatu sikap yang kamu
rasakan dan kau tunjukan saat kau merasa cukup tau dan menyimpulkan bahwa kau
telah mencapai sebuah kebenaran. Mungkin antara keyakinan yang kau miliki dan
yang ku miliki itu berbeda. Hal itu ku anggap hal yang wajar karena keyakinan
itu tak dapat diukur oleh siapapun, hanya dirinya sendiri yang mengetahui. Keyakinan
hanya dapat dirasakan oleh hati dan pikiran. Seperti engkau, mereka tak pernah
mengerti bagaimana wujudnya, apa warnamu tapi mereka bisa merasakan kehadiranmu,
sentuhannya”
Meskipun mereka tak melihat akan wujudnya
seperti apa, namun mereka yakin akan adanya dirimu dan
hal itu adalah sebuah kebenaran. Anginpun hanya terdiam, mendengarkan rumput
bicara.
Setelah rumput selesai berbicara,
anginpun bertanya lagi, karena dia masih bingung apa yang dikatakan oleh rumput.
“Hei rumput, apakah
semua kebenaran itu sebuah keyakinan? Bukankah kebenaran itu relatif adanya”
Rumput pun langsung menjawab secara
spontan, tanpa berfikir panjang.
"Memang kebenaran itu hal
yang bersifat relatif, bagimu sebuah kebenaran belum tentu bagi mereka juga
sebuah kebenaran. Terkadang mereka bilang itu sebuah kesalahan. Keyakinanpun
juga begitu, keyakinan yang kau pahami sekarang dan menurutmu itu lahir dari
sebuah kebenaran belum tentu bagiku itu sebuah keyakinan. Karena itu semua
tergantung cara kita memandang sebuah kebenaran tersebut. Dan belum ku sebut
sebuah kiyakinanmu sama dengan keyakinanmu selama pengembaraan ini”
Saat itulah angin dan rumput
mulai akrab dan akhirnya mereka menjadi sahabat. Mereka selalu menghabiskan waktu
untuk bercerita apa saja yang membuat mereka senang ataupun sedih. Menghabiskan
senja di puncak gunung dan di bibir pantai kala itu mereka bercakap.
Kolam
kampus, 19 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi