Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

SAYA MAHASISWA DAN SAYA BERTANGGUNG JAWAB AKAN PERADABAN BANGSA INI

Sabtu, 05 Mei 2018

Oleh: Moh. Imam Baidowi
“Baik buruknya suatu negara dilihat dari kuaalitas pemudanya”. Kata-kata itu yang sering terdengar dari beberapa tokoh revolusioner, bahkan presiden Sukarno pun menegaskan dengan kata kata khas nya yang terkenal “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncangkan dunia”. Sudah terlihat jelas betapa berpengaruhnya kaum muda untuk kelangsungan suatu negara.

Pemuda merupakan salahsatu aset bagi perkembangan dalam peradaban suatu bangsa dimasa akan datang. Jauh sebelum bangsa indonesia merdeka, diasa mereka membuat suatu perkumpulan yang dipelopori oleh mahasiswa dari berbagai daerah dan mahasiswa yang sekolah di lembaga pendidikan belanda. Perkumpulan itulah awal mula tombak perjuangan mahasiswa adalam merintis dan memperjuangkan kemeredekaan bangsa Indonesia. Fungsi mahasiswa sangatlah besar bagi bangsa indonesia, baik fungsinya sebagai penyambung lidah rakyat ataupun dalam soal-soal mengkritisi pemerintah.

Sikap kritis mahasiswa mencapai klimaks pada tahun 1998 yang mana pada saat itu terjadi demo besar-besaran yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Peristiwa itulah yang mengubah sejarah, dimana mahasiswa mampu merubah sistem pemerintahan dan menuntut presiden Suharto turun dari kursi japabatanya yang sebelumnya telah menjabat presiden selama tiga puluh dua tahun.

Mahsiswa juga di sebut sebagain agen of change. Agen perubahan bangsa yaitu sebagai tolok ukur penyalur aspirasi rakyat, diharapkan di kala rakyat merasa di sewenang-wenangkan oleh aturan pemerintahan yang otoriter dan gak adil. Ketika rakyat merasa tertindas dengan ulah para pejabat tinggi yang tidak memikirkan nasib rakyat dan membuat mereka sengsara, maka mahasiswa yang selalu berada dibarisan terdepan, siap menggempur dan mendobrak benteng pemerintahan yang bertindak sewenang-wenang.

Jika persepsi semua kaalangan  sudah sedemikian tinggi pada mahasiswa, pertanyaannya apakah mahasiswa itu sendiri sudah siap dan tergerak jiwanya untuk menerima tongkat estafet perjuangan tersebut? Tentu saja perlui mengoreksi diri untuk mengetahui hal itu.

Dizaman milenial ini, mahasiswa tergolong ke dalam tiga tipe utama:

Yang pertama adalah mahasiswa yang terorganisir dalam satu identitas pergerakan tertentu yang memiliki idealisme, gerakan progresif revolusioner, dan tujuan yang jelas, tentu juga dengan frim berbeda antar organisasi. Mahasiswa yang seperti ini biasa disebut mahasiswa aktivis.

Yang kedua adalah mahasiswa akademik yang  teridentifikasi secara organisatoris dan tidak teridentifikasi secaara organisatoris, namun mereka bergerak sendiri-sendiri secara dinamis dengan idealisme dengan aktivitasnya masing-masing. Fokus utama mahasiswa tipikal akademis adalah IPK yang tinggi.

Yang ketiga adalah sekelompok mahasiswa apatis yang seakan-akan tidak perduli terhadap suatu hal yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Mahasiswa apatis yang saya sebutkan lebih condong  memikirkan dirinya sendiri, sehingga tidak merasakan rangsangan emosional terhadap kejadian atau kondisi yang terjadi disekitarnya. Mahasiswa apatis lebih terlihat sepeerti kupu-kupu (Kuliah pulang-kuliah pulang). Sikap apatisme yang cuek dan seakan tidaak perduli yang melekat pada mahasiswa tipe ini perlu dipertanyakan. Mengapa harus dipertanyakan, bukankah setiap manusia mempunyai kebebasan, tindkan, hak , dan pemikiran sendiri.

Baiklah saudara saudaara perlu digaris bawahi makna dari kata “Perlu dippertanyakan” adalah memberikan kesadaran akan fungsi dari mahasiswa, tanpa harus memaksakan untuk masuk kedalam sebuah organisasi ataupun perkumpulan lain.

Teringat sebuah perumpamaan orang jaman dulu, untuk membangunkan singa yang sedang tertidur adalah dengan mengagetkannya sehingga singa tersebut bangun dari tidur nyenyaknya. Dan untuk melihat keganasan dari singa yaitu mengompori sehingga sifat keganasannya bisa muncul. Hal ini berlaku untuk mahasiswa apatis. Untuk membangun kesadaraannya perlu penyadaran, sehingga dapat faham dan sadar akan fungsinya sebagai mahasiswa.

Jika bukan mahasiswa yang memperjuangkan nasib rakyat bawah , lalu siapa lagi. Jika bukan mahasiswa yang berada di garda baris paling depan dalam melawan dan mengkritisi pemerintah, lalu siapa lagi. Penanaman  sikap kritis perlu terus di asah sehingga mampu malahirkan mahasiswa-mahasiswa yang kritis dan berani serta mampu mendobrak pemerintah yang nyatanya kini kian kebal hukum dan kebal kritis. Ditambah kebijakan DPR mengeluarkan undang-undang MD3 yang menyebabkan DPR kian tidak tersentuh dan terlihat anti kritis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi