Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Butiran Sajak Untuk Senja

Selasa, 17 Juli 2018


Oleh: Bung Oman
Kepala Bidang (KABID) Kajian Dewan Pengurus Komesariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komesariat Hukum, Universitas Trunojoyo Madura
Saat angan tidak dapat ku kejar serta impian tak dapat ku genggam, sepintas ku tak bisa membuka mata untuk melihat segala yang terlampir di hamparan dunia.
Bagaimana mungkin kehidupan akan segera sirna, sedang aku masihpun belum siap menghadap Sang Kuasa.

Aku mungkin mempunyai kebebasan walau sekedar meneriakkan satu untaian kata "Aahh...", tapi tersadar dalam relung jiwa untuk aku kemudian tidak berhak melontarkannya, sebab aku sadar diri ini bukan siapa-siapa.
Aku mulai bimbang kemana harus aku bawa serpihan duka atas angan yang tak kunjung menemukan asa, sedang segala proses usai aku tempa.
Batin menjerit lirih, tetapi tak tau raga harus berbuat apa.
Jiwa seakan berontak untuk lari, pun tak tau kemana kaki ini akan menapakkan langkah.

Kegalauan ini cukup sudah ku derita hingga gundah pun sudah cukup aku rasa.
Hingga aku memutuskan untuk menemukan sesuatu di ujung senja.
Tak peduli seberapa banyak manusia yang mencerca, sebab aku berlari begitu tergesa-gesa hanya untuk mencapai seberkas cahaya senja.
Hanya saja aku berpikir dengannya aku bisa merasakan nikmat karunia-Nya.

Keindahan alamiah yang begitu terasa sangat mempesona, hingga mampu melenakan asaku yang menggundah dan tersadar akan kuasa Tuhan yang sebenarnya.

Ada yang perlu ditelaah lebih dari sekedar pandangan mata yang sepintas memang terlihat indah. Namun pernahkah terpikir oleh kita akan sumber dari keindahan yang nyata itu.

Manusia memang mempunyai pikiran, akan tetapi enggan untuk benar-benar memikirkannya, sebab manusia jarang berprasangka bahwa dengan berpikir kita ada dan nyata.

Tak perlu ada alasan mengapa aku begitu menggilai senja,
Hanya saja aku ingin menikmati walau pada hakikatnya tak dapat ku jamah.
Dengan jingga ku berbagi cerita, pun dengan mega aku coba berbagi tawa.
Yah... hidupku memanglah begitu-begitu saja.
Mungkin lain waktu kau perlu duduk menemaniku, lalu aku suguhkan secangkir kopi panas kuku saja.

Bagaimana, apakah itu berkenan untukmu?

Masmamah
Bangkalan, 14 Juli 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi