Oleh: Bung Oman
Kepala Bidang (KABID) Kajian Dewan
Pengurus Komesariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komesariat Hukum,
Universitas Trunojoyo Madura
Saat angan tidak dapat ku kejar serta
impian tak dapat ku genggam, sepintas ku tak bisa membuka mata untuk melihat
segala yang terlampir di hamparan dunia.
Bagaimana mungkin kehidupan akan segera
sirna, sedang aku masihpun belum siap menghadap Sang Kuasa.
Aku mungkin mempunyai kebebasan walau
sekedar meneriakkan satu untaian kata "Aahh...", tapi tersadar dalam relung jiwa untuk aku kemudian tidak berhak melontarkannya, sebab aku sadar
diri ini bukan siapa-siapa.
Aku mulai bimbang kemana harus aku bawa
serpihan duka atas angan yang tak kunjung menemukan asa, sedang segala proses
usai aku tempa.
Batin menjerit lirih, tetapi tak tau
raga harus berbuat apa.
Jiwa seakan berontak untuk lari, pun tak
tau kemana kaki ini akan menapakkan langkah.
Kegalauan ini cukup sudah ku derita
hingga gundah pun sudah cukup aku rasa.
Hingga aku memutuskan untuk menemukan
sesuatu di ujung senja.
Tak peduli seberapa banyak manusia yang
mencerca, sebab aku berlari begitu tergesa-gesa hanya untuk mencapai seberkas
cahaya senja.
Hanya saja aku berpikir dengannya aku
bisa merasakan nikmat karunia-Nya.
Keindahan alamiah yang begitu terasa
sangat mempesona, hingga mampu melenakan asaku yang menggundah dan tersadar
akan kuasa Tuhan yang sebenarnya.
Ada yang perlu ditelaah lebih dari
sekedar pandangan mata yang sepintas memang terlihat indah. Namun pernahkah
terpikir oleh kita akan sumber dari keindahan yang nyata itu.
Manusia memang mempunyai pikiran, akan
tetapi enggan untuk benar-benar memikirkannya, sebab manusia jarang
berprasangka bahwa dengan berpikir kita ada dan nyata.
Tak perlu ada alasan mengapa aku begitu
menggilai senja,
Hanya saja aku ingin menikmati walau
pada hakikatnya tak dapat ku jamah.
Dengan jingga ku berbagi cerita, pun dengan
mega aku coba berbagi tawa.
Yah... hidupku memanglah begitu-begitu
saja.
Mungkin lain waktu kau perlu duduk
menemaniku, lalu aku suguhkan secangkir kopi panas kuku saja.
Bagaimana, apakah itu berkenan untukmu?
Masmamah
Bangkalan, 14 Juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi