Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Malam Tanggal Muda, Karena Cahaya Memintaku

Senin, 02 Juli 2018


Oleh: Faidi Ansori
Aku menanti hilangnya warna sore diufuk barat bersama matahari yang sudah tua, sedang kegelapan sudah nampak diujung mata.

Cahaya yang aku impikan amat teramat besar untuk kupandang, saat rembulan menghampiri malam.

“Sinanarku mulai redup” ucap bintang pada cahaya bulan

Dia pun berkata lagi "Apakah cahaya tahu siapa yang menghadapnya" fikirku dalam khayal bersama Prabu, Patih, Dalang, dan Wayang disebelah kanan kiri lorong pada dua arah utara dan selatan tanpa ujung.

Malam tanggal muda ini adalah permintaan cahaya agar aku bisa menggambarkan yang tak bisa ku gambar penuh keindahan tentangnya.

Malam tanggal muda, cahaya itu datang dan bertanya, berharap agar aku bisa mengartikan yang tak ku mengerti tentangnya.

Cahaya itu amat aneh untuk aku selami bersamanya, tapi dia cukup ayu kala terpancar dari bibir manisnya yang kulihat dihamparan kegelapanku.

Di malam tanggal muda ini, aku cukup ragu akan permintaan itu, karena aku takut tak bisa tanpa memaksa dengan pujian kesatria untuk menjawab pada pertanyaan Dang Hiang Cahaya.

Dia seperti wajah yang memancarkan cahaya merasuk dan menjelma kesejukan alamku. Tapi dia bukan bantalku, kerudangku, permataku, dan tentu bukan kasurku.

Aku ingin berkata pada cayaha itu:

"Jutaan makna dari dua katamu adalah sebabku mengejar cahaya"

Cahaya dari segala pojok, masih bisa aku tepis, tapi diatas masih ada cahayamu yang ku mengaharap kehadiran disetiap kata-kataku dimalam tanggal muda ini.

Kamu tetap pada kecantikan, tetap pada pendirian, tetap dan seharusnya kamu seperti itu wahai cahayaku.

Kamal, Bangkalan, 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kolom komentar diisi