Oleh: Milenia Nur Purti R
Berkoar
menuntut segala hal menjadi ideal biasanya dilakukan oleh insan-insan yang
memiliki idealisme tinggi. Seperti: sering kita jumpai, baik zaman dulu atau
sekarang banyak demonstrasi dilakukan untuk melawan pemerintah yang otoriter.
Ya, memang saat itu pemerintahan sedang tidak sehat-sehat saja dan tidak
berlaku ideal. Seperti yang sering saya jumpai di kampus tempat saya berkuliah,
Universitas Trunojoyo Madura. Sering ada perkumpulan mahasiswa yang
menggencarkan aksi. Berbagai persoalan mereka anggkat. Intinya, persoalan itu
menyimpang dari yang seharusnya terjadi. Namun, apakah menyuarakan keidealan
harus di bungkus dengan kericuhan dan unsur anarkisme?
Berbicara
tentang keidealan atau idealisme mahasiswa, sepatutnya diikuti dengan aksi-aksi
positif yang menggambarkan pemikiran ideal tersebut. Mencakup Tri Fungsi
Mahasiswa. Ya, kita sama-sama mengamini hal itu menjadi acuan bagi mahasiswa
untuk menjadi insan-insan yang sehat secara emosional dan rohaninya. Katanya,
sih, gitu.
Namun,
hal yang menyimpang masih banyak saya
temui di lingkungan sekitar kampus. Hal menyimpang itu cukup kuat untuk
mematahkan hakikat Tri Fungsi Mahasiswa sendiri. Penyimpangan tersebut banyak
terjadi ketika mahasiswa-mahasiswa menanggapi konflik dalam kampus dengan cara
yang berlebihan.
Penyimpangan-penyimpangan
itu banyak terjadi di poin generasi perubahan dan control sosial. Contoh
penyimpangan pada poin generasi perubahan adalah banyaknya mahasiswa yang melakukan
aksi demostran ketika menyampaikan aspirasi atau pendapat mereka. Seingkali di
kampus, saya menjumpai perkumpulan mahasiswa aliansi tertentu melakukan orasi
terbuka di depan gedung rektorat hingga aksi keliling kampus secara
ramai-ramai. Tindakan tersebut dinilai mengganggu aktivitas mahasiswa lain
khususnya dalam aspek kenyamanan.
Aksi
demo tersebut bisa dinilai sebagai aksi yang telah lampau dilakukan oleh
mahasiswa saat ini. Mahasiswa bisa saja menyelesaikan suatu masalah dan
menyampaikan aspirasi mereka tanpa membuat aksi aksi tersebut. Bagaimana
jadinya jika ketika aksi mahasiswa mahasiswa tersebut berububah menjadi aksi
yang anarkis? Saya kira tidak akan menyelsaikan persoalan. Lain cerita jika
aksi yang dilayangkan Melalui tulisan seperti cerpen, puisi, dan essai-esai.
Kegiatan itu mampu meminimalisir terjadinya aksi demonstrasi yang tentunya
berujung dengan kericuhan.
Pada
poin control sosial, mahasiswa sering melakukan penyimpangan juga. Sebagai
contoh, sering sekali di temukan mahasiswa melakukan tindakan asusila lalu
dipublikasikan di media sosial. Penyimpangan yang berbentuk unsur pornogafi
inilah yang membuat kebanyakan nama mahasiswa di anggap buruk oleh masyarakat.
Karena seharusnya, individu yang
berjudul mahasiswa harus menjaga perilakunya agar dapat ditiru atau menjadi
panutan bagi masyarakat yang belum mengecap dunia pendidikan dan belum
mempunyai wawasan yang luas. Mahasiswa sebagai pengontrol sosial juga
diharapkan mampu menjadi pemimpin ketika mereka telah terjun di masyarakat.
Selain
contoh-contoh tersebut, masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Aksi demonstrasi yang dinilai anarkis dan sering
memicu kericuhan dan perilaku yang tidak sesuai norma adalah contoh kecil yang
terjadi. Di zaman yang semakin maju ini, seharusnya mahasiswa mampu berpikir
lebih maju daripada pelajar-pelajar di zaman lampau yang memiliki keterbatasan
wawasan. Tidak hanya itu, tujuan adanya Tri Fungsi Mahasiswa diharapkan mampu
menjadi pandangan hidup bagi manusia bernama Mahasiswa.
Selain
itu, Tri Fungsi Mahasiswa sebagai idealisme
bagi mahasiswa harus tertanam kuat di dasar hati. Karena hal itulah yang
membuat mahasiswa tetap dipandang sebagai kaum yang ber akademik tinggi, ber
intektual dan berwawasan luas, serta membuat mahasiswa semakin dilihat
posisinya ketika mereka telah terjun di dunia masyarakat. Juga; idealisme
diperlukan untuk menimbang dan menilai apa yang dilakukan itu baik atau buruk.
Mahasiswa
harus terus menyuarakan dan berpegang tegung pada prinsip. Namun, menyuarakan
idealisme tidak harus mengunakan aksi demontrasi, pemberontakan, dan tindakan
lain yang malah membuat prespektif umum kepada mahasiswa menjadi buruk.
Menyuarakan mahasiswa bisa melewati tulisan. Seperti puisi, essai, hingga
cerpen yang mengandung idealisme mahasiswa. Karena jika mahasiswa ketika
menyuarakan idealismenya menggunakan cara negatif, hal tersebut akan
menghasilkan dampak buruk bagi mahasiswa itu sendiri.
Dengan
adanya idealisme terutama bagi kaum intelektual bernama mahasiswa, diharapkan
dunia pendidikan semakin baik pertumbuhannya. Mahasiswa yang hidup tanpa sebuah
idealisme, ia tak ada pegangan untuk melakukan sesuatu dan tidak bisa merubah
hati dan pikirannya ke arah yang lebih baik. Mahasiswa yang sudah berpegang
teguh pada sebuah idealisme, ia akan berusaha mempertahankan hak-hak mahasiswa
dan khalayak umum dan menentang hal-hal yang merugikan. Sebagai agen perubahan,
generasi penerus, dan generasi pengontrol, peran ini membantu mahasiswa untuk
tetap berada di jalan tersebut.
Segala
sesuatu meskipun itu sulit, dengan tekad dan prinsip-prinsip yang kuat, akan
terselesaikan. Asalkan dengan kepala dingin, tanpa emosi, dan penuh toleransi.
Saling menghormati juga dibutuhkan agar tercapainya tujuan yang dicita-citakan.
Editor: Saudara Birar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kolom komentar diisi